34

71 4 7
                                    

Jeffrey tidak bisa tidur memikirkan ucapan Jo; ya memang dia belum cerita kepada Jo yang sesungguhnya. Tapi Jeffrey percaya, sahabatnya itu pasti sudah ada insting perihal hubungannya dengan Luna. Dan benar saja, pagi-pagi jam setengah 6 Jeffrey sudah sampai lagi di kediamannya Jo dan Keisha. Bi Inah yang membukakan pintu-pun kaget. Pasalnya, yang punya rumah aja belum bangun.

Bi Inah pun mempersilahkan Jeffrey untuk masuk; lelaki itu memilih untuk duduk saja di patio belakang. Biar kegiatan keluarga Jo pagi ini tidak terganggu. Tidak berapa lama, Keisha yang masih mengenakan baju tidurnya-tentu saja sudah dibalut dengan kimono kalau engga, bapak Jo yang terhormat bisa ngambek kayaknya- yang sudah diinfokan oleh Bi Inah bahwa ada Jeffrey pun menghampiri lelaki yang sedang menikmati kopinya itu.

"Jeff ? Ngapain ?"

"Morning. Mau nemenin Jo ngajak jalan pagi anak-anak"

"Seriously ? Lo ga hangover ?"

"Kei, I'm high tolerance, okay ?"

"Right. I forgot. Yaudah tunggu ya. Jo udah bangun sih, lagi siap-siap"

"Anak-anak ?"

"Well, Abi is up. Ganen juga. Tinggal Adit"

"Keenan ?"

Keisha yang sejujurnya masih ngantuk + rambutnya yang masih sedikit berantakan itu pun tersenyum "Mau nanya Keenan kok berbelit sih. Udah baru bangun tuh anaknya" jawab Keisha meledek. Jeffrey terkekeh pelan dan menikmati kembali kopinya setelah Keisha kembali ke dalam untuk mempersiapkan anak-anaknya.

Selang 15 menit; suara anak-anak yang heboh itu pun mulai terdengar. Jeffrey meyakini, keempat anak-anak itu sudah terbangun dan bergegas untuk sarapan terlebih dahulu. Akhirnya Jo pun juga menghampiri Jeffrey di patio belakang "Well, so fast" ejek Jo sambil tersenyum

"Sebelum keduluan lagi"

"Right" Jo mengangguk setuju "Sayang, kalo anak-anak udah siap kabarin" ucap Jo kepada Keisha yang masih sibuk menyiapkan sarapan ke empat anak itu. Ya itung-itung simulasi anak empat ya.

Tepat pukul 6 akhirnya mereka berangkat menuju kawasan Senayan; tentu tanpa Keisha karena wanita itu harus bekerja ada shift pagi. Jo yang memutuskan untuk menyetir dengan Jeffrey yang sudah duduk disebelahnya itu tertawa pelan mendengar celotehan anak-anak itu yang duduk dibelakang.

Pagi ini lapangan di daerah Senayan sudah mulai cukup ramai; setelah bertemu dengan Diaz dan Arka-dan para ayah- mereka memutuskan untuk membiarkan anak-anak itu berkeliling mengitari area lapangan itu saja, alasannya biar masih bisa dipantau.

Keempat bapak-bapak itu—oke Jeffrey belum jadi bapak-bapak—memutuskan untuk ikutan berlari mengelilingi lapangan. Dari kejauhan Jeffrey bisa melihat Keenan bersama dengan teman-temannya. Tawanya sangat mirip dengan Luna dan itu yang membuat Jeffrey jatuh cinta kepada Keenan.

Semenjak Keenan lahir ke dunia; Jeffrey sudah menaruh hati kepada anak lelaki itu. Walau parasnya sepertinya Damian, tapi Jeffrey bisa melihat sisi Luna dalam diri Keenan. He always watching him from a far. Ketika Tristan suka membawa Keenan ke kantor, Jeffrey tak lupa suka membelikan snack kesukaan Keenan dan meminta anak itu merahasiakannya dari Tristan. Tentu saja Keenan setuju.

Acara jalan pagi itu berjalan dengan lancar tentu saja bahkan Jeffrey sudah  berkenalan dengan ayah dari Diaz dan Arka. Setelah selesai sarapan; akhirnya rombongan Jo kembali ke rumahnya. Adit dan Keenan bahkan sempat tertidur di mobil.

"Keenan mau langsung pulang aja ?" tanya Jeffrey sesaat mereka tiba di rumah Jo. Keenan mengangguk sambil mengusak matanya dengan pelan; Jeffrey mengangguk dan mengusap pelan rambut Keenan. Setelah mengambil barang-barang Keenan di kamar Adit dan berpamitan dengan Jo; Jeffrey mengantar Keenan pulang.

Fallin' All in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang