8

80 5 0
                                    

Seminggu telah berlalu semenjak kejadian itu. Luna berusaha sekuat mungkin untuk tetap tersenyum di kantor dan tentunya di depan Keenan. Sampai sekarang-pun dia masih tinggal di Apartment Tristan, dan Damian masih berusaha untuk menghubunginya bahkan sampai datang ke kantor Luna.

Sangat kebetulan dalam seminggu itu Luna mempunyai jadwal yang sangat penuh. Dia harus meng-handle dua meeting sekaligus di salah satu hotel ternama selama 3 hari berturut-turut. Sisanya, dia sudah memberi tahukan ke resepsionis bahwa dia akan meeting untuk persiapan acara besar kantornya jadi dia tidak bisa menerima tamu, kecuali itu tamu dari atau untuk Bosnya. 

Keenan pernah sekali bertanya kenapa mereka stay di rumah Tristan ? Dimana ayahnya ? Luna sebisa mungkin menjelaskan ke anaknya yang baru berusia 10 tahun itu. Ayahnya sedang keluar kota dan Luna cukup sibuk jadi dia tidak mau meninggalkan Keenan sendiri, iyaa itu adalah alasan yang tepat untuk Luna berikan kepada Keenan. 

Semua akses Damian untuk menghubungi Keenan pun terputus. Luna mengambil handphone yang biasa Keenan gunakan untuk menghubunginya dan ayahnya. Karena pada saat yang bersamaan Keenan juga sedang ujian, jadi Luna punya alasan yang tepat. Luna juga personally mengantar jemput anaknya, tanpa bantuan dari Pak Rusdi. Oh kadang Tristan juga yang akan menjemput Keenan apabila Keenan pulang cepat dan membawanya ke kantornya. 

Kadang Luna sempat berfikir, apakah yang dia lakukan sudah kelewatan ? Apakah ini berlebihan ? Tapi Keisha dan Tristan menjadi orang yang sangat tegas ketika Luna menceritakan hal ini, jawaban mereka pun sama "Biarin! Biar dia tau rasa. Lo kan ga pernah marah. Biar dia tau lo juga bisa marah sama dia. Jangan terlalu baik deh" 

Damian frustasi. Dia tidak bisa diam seperti ini dan tidak melakukan apa-apa. Ini sudah seminggu dan menurutnya ini sudah keterlaluan. Bahkan untuk menemui Keenan saja tidak bisa. 

Sore itu Damian sudah duduk di lobby kantor Luna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore itu Damian sudah duduk di lobby kantor Luna. Ia mencoba keberuntungannya kembali. And today lucky on his side; Luna keluar dari lift dengan membawa tas laptopnya dan beberapa paper bag. Ini memang sudah jam pulang kantor. 

Damian berjalan mendekat dan berdiri tepat di depan Luna "Boleh kita ngomong ?"

Luna cukup kaget melihat Damian; pipinya yang biasanya terlihat berisi kini sedikit cekung. Tangan kirinya terlihat menggunakan wrist guard 'Is he work out too much?' batinnya

"Please ?" gumam Damian

Luna menghela nafasnya dan mengangguk "Okay"

.             .              .

"Iyaa Sar, ku nitip ya... Nanti ku jemput Keenan" 

 "Maaf ya ngerepotin... Oke... Salam ya buat Keenan dan Diaz" akhirnya Luna menutup teleponnya. Ia baru saja menelepon Sarah -- Ibu dari Diaz. 

Damian yang sedang menyetir melirik ke Luna yang masih sibuk mengecek beberapa email dan surat masuk melalui ipadnya. Dia tersenyum sedikit dan akhirnya membuka pembicaraan "Kamu mau makan dulu ga ?"

Fallin' All in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang