18

52 4 0
                                    

Luna memutuskan untuk keluar kantor pada jam makan siang seorang diri. Tadinya mereka berencana untuk makan di daerah sekitar Benhil tapi, akibat kejadian semalam Luna memilih untuk makan sendiri. Bukan hanya karena dia menangis semalaman dalam diam yang mengakibatkan bengkak pada matanya dan mengharuskan dia memakai kacamatanya seharian ini tetapi juga karena dia malas berbasa-basi.

Tanpa sadar, Luna sudah sampai di salah gedung perkantoran, yang tidak terlalu kecil memang tapi sangat cukup untuk bisnis suaminya dan sahabatnya itu. Luna hanya berdiam diri dibalik kemudi dan memerhatian sekitar. Mobil Damian ada disini. Sepertinya suaminya tidak pergi ke kantor melainkan ke studionya. Sesuai percakapan yang dia dengar tadi malam.

Luna masih ragu antara ingin turun dan menghampiri Damian atau diam saja disini. Dia melirik sedikit ke jam tangannya dan akhirnya menghela napas. Sepertinya dia memilih untuk turun untuk memastikan semua baik-baik saja. Luna baru saja ingin membuka pintu dan kegiatannya terhenti ketika melihat dua orang keluar dari gedung itu. Luna buru-buru menyembunyikan dirinya agar tidak terlihat.

Terlihat jelas senyuman di wajah wanita itu sambil menggandeng lelaki disebelahnya.

Itu Damian dan Dara.

Mereka memasuki mobil Damian dan pergi meninggalkan gedung itu. Luna yang menyaksikan hal tersebut hanya bisa terdiam dan terpaku. Tidak ada yang bisa diucapkan. Ini terlalu mendadak untuknya. Sebisa mungkin Luna masih mencoba untuk berfikiran positif dan apa yang ia lihat barusan adalah hal yang lumrah.

Luna mencoba untuk mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Setelah mencoba untuk memfokuskan dirinya, ia memilih kembali ke kantornya dan kembali bekerja.

Pikirannya pun masih kosong hingga Luna sampai dirumah. Bi Minah yang menyambutnya dan mengajaknya untuk makan malam pun diabaikan olehnya, Luna hanya tersenyum dan masuk ke kamarnya untuk berganti baju. Setelahnya Luna kembali duduk termenung diruang tamu.

"Bu, ada Pak Jo" ujar Bi Minah

Luna mengerjap sebentar dan segera berdiri untuk menyambut Jo yang mengantar Keenan. Luna hanya tersenyum ketika melihat Jo di depan pintu "Thank you Jo"

"Anytime Lun" jawab Jo; Jo sempat memperhatikan Luna sesaat sebelum akhirnya pamit untuk pulang.

Setelah selesai menyiapkan makan malam untuk Keenan, Luna menghela nafasnya dan menyusul ke kamar Keenan. Ternyata Keenan baru saja selesai mandi, dengan rambutnya yang masih basah anak lelaki itu sibuk memasukkan buku-buku yang ia perlukan untuk esok hari di sekolah.

"Sini Mommy keringin rambutnya"

Keenan tersenyum dan duduk disebelah Luna sambil memberikan handuknya. Luna menghela nafasnya dan segera mengeringkan rambut anak semata wayangnya itu. Keenan mulai bercerita keseruan yang terjadi dirumah Adit dengan antusias. Tentunya, Luna menanggapinya dengan antusias yang sama.

Setelah rambut Keenan setengah kering; tiba-tiba Luna memeluk anaknya dengan erat. Keenan yang tidak tahu apa-apapun hanya bisa membalas pelukan ibunya itu "Nak, Mommy sayang banget sama Keenan. Sayang banget. Keenan tuh dunianya Mommy. Maafin Mommy ya Nak kalau Mommy pernah buat Keenan sedih" bisik Luna

"Keenan juga sayang Mommy. Maafin Keenan juga kalo Keenan suka bandel dan ga nurut ya Mom"

"Engga Nak, Keenan selalu membuat Mommy happy. Keenan selalu membuat Mommy dan Daddy bangga" ujar Luna sambil melepaskan pelukannya dan memegang bahu Keenan. Air matanya seketika turun; Keenan yang melihat itu segera menghapus air mata ibunya dan tersenyum

"Mommy jangan nangis. Keenan janji ga akan bikin Mommy nangis"

"Iya Nak, engga... Mommy ga nangis. Cuman ga nyangka kamu sudah besar aja" Luna terkekeh pelan sambil memegang tangan Keenan

Fallin' All in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang