25

56 5 0
                                    

"Bun"

"Hmm"

"Bunaa"

"Apaa"

"Liat Adit duluuu"

Keisha yang sedang mengerjakan laporannya pun akhirnya berhenti sebentar untuk melihat Adit yang sudah berdiri disebelahnya; anak keduanya itu berlari ke patio dengan keringat yang masih bisa terlihat jelas dari keningnya. Sabtu pagi ini, ketiga anaknya sedang bermain bola di halaman belakang sedangkan Jo yang baru pulang dari gym pun juga duduk disana sambil meminum kopinya.

Wanita itu merapikan rambut Adit yang berantakan dan mengusap pelan pipi tembam Adit "Apa ? Mau ngomong apa sih Dit ?"

"Rumah Dadda tuh rumah Adit juga ga ?"

"Hah ?!" Seketika Jo yang sedang asik mem-browsing salah satu e-commerce pun terhenti dan memusatkan perhatiannya kepada Adit

"Iya, rumah Dadda itu rumah Adit juga kan ?"

"Maksudnya gimana sih Dit ? Buna ga paham" tanya Keisha sambil melirik Jo yang sudah melipat tangannya didepan dada dan menatap lurus keduanya

"Iya, Adit lupa bilang Buna. Keenan katanya sekarang punya dua rumah. Nah Adit juga mau. Terus pas Adit cerita sama Abi sama Bang Ganen, Abi bilang kan ada rumah Dadda. Jadi, rumah Dadda juga rumah Adit kan ?"

Keisha terdiam sebentar dan melirik ke Jo yang menatapnya dengan penuh pertanyaan. Wanita itu tersenyum ke Adit dan menyeka keringat Adit dengan handuk kecil yang sudah tersedia disana untuk ketiga anaknya "Iya boleh. Anggap aja rumah Dadda juga rumah Adit yang kedua" jawab Keisha dengan santai sambil tersenyum

"YES!!" Adit berseru dan segera berlari kembali ke Ganen dan Abi

"Yang tadi tuh maksudnya apa ?"

Keisha langsung melihat ke Jo yang dari tadi masih memerhatikannya "Yang mana ?"

"Maksud Adit ngomong gitu apa ? Dia manggil orang itu Dadda juga ?" cecar Jo

Keisha menghela nafasnya; sepertinya Jo tidak bisa menganggap santai apa yang dia bilang tadi kepada Adit "Ya aku juga gatau Jo. Aku juga ga ada maksud apa-apa... Kan Adit bilang dia mau punya rumah dua karena Keenan katanya sekarang rumahnya ada dua. Mungkin Luna kasih penjelasannya begitu ke Keenan jadi ya anak itu cerita ke temen-temennya begitu juga. Lagian dari pada kamu dicecer suruh beli rumah dua mending ku bilang aja itu rumah dia juga" jelas Keisha kepada Jo "Untuk yang dia panggil Dadda, bukannya kita udah setuju ya ? Should we talk about this over again ?" tambahnya

Jo menghela nafasnya dengan kasar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya "That's ridiculous"

"Loh... Aku jawab apa adanya"

"Ya emang harus bawa-bawa dia ?"

"Wait... Are you mad ?"

"No"

"Jo... yang tadi tuh cuman becanda. Kamu beneran anggep itu serius ?"

"I'm done... Aku mau mandi" ucap Jo dan langsung meninggalkan Keisha yang masih duduk di patio. Keisha hanya bisa menggeleng pelan sambil memijat pelan keningnya.

Topik itu memang sangat sensitif untuk Jo sampai sekarang, walaupun yang berkomunikasi langsung dengan Barra untuk urusan Abi hanya Jo seorang. Tapi siapa sangka ternyata pertanyaan dari anaknya bisa membuat Jo segitu kesalnya.

Keisha menghela nafas dan segera berjalan masuk ke dalam kamarnya. Bisa terdengar bunyi gemercik air dari kamar mandi menandakan ruangan itu sedang diisi oleh Jo. Keisha langsung segera menyiapkan baju yang akan dikenakan Jo siang ini untuk meeting perihal bisnisnya di Chicago. Terdengar pintu kamar mandi terbuka "Babe, aku lupa bawa boxer. Minta tolong donk ambilin" teriak Jo dari pintu kamar mandi.

Fallin' All in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang