50

49 4 0
                                    

Noted : Please do ignore the timestamp

.                    .                     .

Selama Zaki stay di Jakarta –oh ralat, setelah 4 hari Zaki di Jakarta, di hari terakhir seminarnya lelaki yang lebih muda dari Tristan itu melihat keanehan dari dalam diri seorang Tristan Shankara. Hal pertama yang Zaki sadari adalah, adanya selimut pink merk H terbentang di sofa milik Tristan ketika Zaki pulang dari seminar. Aneh kenapa? Karena sebelumnya selimut itu tidak pernah Zaki lihat dan tidak pernah ada pada sofa itu selama ia menginap.

Kedua, selimut itu wanginya mirip dengan wangi kakaknya. Mungkin ya karena semasa pacaran kakaknya sering menggunakan selimut itu, tapi jorok banget Tristan ga pernah cuci. Ketiga, senyum Tristan benar-benar tidak pernah lepas dari bibirnya. Tristan terlihat ceria dari biasanya. Bahkan Zaki kaget ketika tiba-tiba Tristan mentransfer uang jajan untuk dirinya. Tristan bener-bener aneh pokoknya.

Dan tibalah hari dimana Zaki sudah harus pulang ke Jogja, kembali ke rutinitasnya menjadi anak kuliahan. Zaki sudah membereskan barang-barangnya dari semalam, bahkan dia nambah 1 koper lagi karena kemarin Tristan mengajaknya pergi dan membelikan dirinya beberapa baju dan sepatu. Yang tadinya dia hanya membawa 1 ransel dan 1 tas jinjing sekarang menjadi 1 ransel dan 1 koper –tas jinjingnya dia lipat dan dimasukkan ke dalam koper.

"Zak, udah siap?" tanya Tristan setelah ia keluar dari kamarnya. Lelaki itu baru saja beres mandi–karena tadi dia sempet ngegym bentar—rambutnya masih sedikit basah, tapi matanya tidak lepas dari ponselnya.

Zaki yang memang sudah siap dari tadi pun menoleh dan mengangguk "Udah Mas."

"Yuk" ajak Tristan setelah dia memakai kacamatanya. Keduanya segera menuju mobil Tristan yang terparkir rapi di basement apartment nya. Selama diperjalanan, Zaki tidak berhenti bercerita tentang seminar yang dia datangi dan sedikit meminta pendapat kepada Tristan untuk kedepannya dia harus bagaimana, pekerjaan apa yang cocok untuk dirinya dan berbagai hal. Bahkan Tristan iseng bertanya apakah Zaki sudah mempunyai pacar atau belum. Dengan malu-malu Zaki menjawab bahwa dia menyukai seseorang di kampusnya. Tentu Tristan langsung heboh dan mendengarkan cerita Zaki.

Sesampainya di stasiun kereta, keduanya memutuskan untuk makan di Mcd terlebih dahulu – karena Zaki masih ada setengah jam lagi sebelum keretanya datang. Mereka memilih untuk duduk dekat kaca sambil menikmati hujan yang mengguyur Jakarta sore itu.

"Zak"

Zaki menoleh dan melihat Citra yang sudah berjalan kearah keduanya; Zaki terdiam dan melirik ke Tristan yang masih asik memakan burgernya tampak tidak terganggu dengan kehadiran Citra. Sejujurnya Zaki merasa antisipasi takut keduanya bertengkar kayak waktu itu. Apalagi ini di tempat umum "Kak" sapanya kembali.

Citra tersenyum dan duduk disebelah Zaki "Kereta jam berapa?" tanya Citra

"18:40 Kak. Kakak kok ga bilang mau kesini?" tanya Zaki

"Ya surprise aja. Kamu seminggu di Jakarta, tapi ketemu Kakak cuman sebentar. Jadi yaudah Kakak samper lah kamu mau pulang" jelas Citra dan membuat Zaki mengangguk. Bener sih, seminggu Zaki di Jakarta tapi dia sama sekali ga ketemu Kakaknya – ya karena kejadian waktu itu juga Zaki tidak bertemu dengan Citra.

"Zak, gw mau beli kopi dulu, lo mau sekalian ga buat di kereta?"

"Boleh Mas" Tristan mengangguk dan pergi ke gerai Starbucks yang ada disebelah. Zaki memastikan Tristan sudah pergi dan melihat ke Citra "Kak"

"Hmm"

"Kakak sama Mas Tristan udah baikan?"

"Kenapa nanya gitu?"

Fallin' All in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang