29

45 4 4
                                    

Warning : a little bit mature content. Be wise


Setelah kejadian semalam, setibanya di kantor Luna langsung menelpon Keisha untuk mengkonfirmasi kejadian tersebut. Keisha cukup kaget ketika Luna menanyakan hal tersebut, pasalnya dia berencana memberitahukan info itu nanti ketika mereka berdua bertemu. Luna tidak marah dengan Keisha, malah Luna bersyukur at least Keisha sudah mewakilinya pada saat itu untuk membela Keenan.

Luna tidak bisa memaafkan apa yang telah dilakukan Dara pada Keenan. Padahal sebelumnya, Luna sudah memperingati Dara untuk menjauh dari Keenan. Dan yang membuat Luna lebih dongkol lagi adalah Damian seperti tidak berbuat apa-apa dan terlihat tidak peduli. Sepulangnya kerja, Luna sudah memarkirkan mobilnya di depan studio Damian. Tadi siang, dia menelepon Nisa dimana keberadaan bosnya itu. Info dari Nisa, Damian akan ke studio sekitar jam 2 siang. Benar saja, Luna bisa melihat mobil Damian rapi terparkir di parkiran studio.

Luna segera turun menuju lobby studio itu dengan tergesa-gesa. Keadaan Keenan pagi ini terlihat lebih baik daripada kemarin, dia sudah bisa memilih makanan untuk nanti malam dia makan bersama Luna. Setidaknya ada kelegaan dari dalam diri Luna melihat Keenan seperti itu. Tapi tetap saja, Luna tidak terima dengan apa yang sudah Dara bahkan Damian buat kepada Keenan.

"Damian ada ?"

"Oh Bu Aluna"

"Damian ada ?"

"Ada Bu, lagi meeting"

"Saya mau ketemu"

"Tapi Pak Damian sepertinya masih sama klien"

"Saya ga peduli. Kasih tau dia, saya mau ketemu"

Tepat saat itu, pintu ruang meeting terbuka dan terlihat Damian masih berbincang sambil berjalan keluar bersama tamunya. Luna terdiam sebentar, sepertinya dia mengenali tamu yang diajak oleh Damian. Itu adalah Mas Alfa, salah satu kerabat dan juga klien Damian untuk bisnisnya. Lelaki itu tersenyum ketika melihat Luna yang sudah berdiri di lobby.

"Eh, Aluna... Apa kabar ?"

Luna yang memang tujuannya datang untuk marah-marah kepada Damian langsung mencoba menetralkan emosinya dan senyum sebisa mungkin "Mas... Baik... Mas Alfa gimana kabarnya ?"

"Baik donk... Lo kesini mau nyamper Damian ? Gila sih, emang dari dulu lo berdua sejoli banget. Sweet banget. Kapan nih program anak kedua ?" tanya Alfa santai; Damian hanya tersenyum dan tidak menanggapi

Luna hanya bisa tersenyum sopan "Mba Dewi apa kabar Mas ?"

"Baik baik... Doain ya mau anak ketiga nih. Ayo donk nyusul"

"Iya bro doain aja" ujar Damian santai. Doain pala lo, batin Luna. Luna beneran sekesal itu sama Damian. Apalagi lelaki ini masih terlihat santai dan tersenyum menanggapi Alfa. Setelah akhirnya berbincang sebentar Alfa pun pamit pulang meninggalkan Damian dan Dara di lobby.

"Kalo ada yang cari saya, bilang saya sibuk dan ga bisa ketemu tamu ya" ucap Damian kepada resepsionis sebelum berjalan masuk ke ruangannya yang diikuti oleh Luna. Ruangan yang ditata oleh Luna dahulu atas permintaan Damian itu tidak berubah. Perpaduan warna abu-abu, putih dan beige masih mengiasi ruangan itu. Seketika memori Luna saat menyiapkan ruangan untuk Damian ini kembali; bagaimana hebohnya Luna mencari barang-barang interior dan meeting dengan beberapa vendor.

Damian mempersilahkan Luna untuk duduk di sofa, tapi Luna langsung menggeleng dan memilih untuk berdiri saja. Ingatan Indah itu hancur ketika memorinya kembali kepada Dara. Bisa saja sofa itu dipakai oleh Dara dan Damian untuk bercumbu, memikirkannya saja Luna sudah ingin muntah.

"Gimana Bali ? Kamu sehat ?"

PLAK

Tamparan Luna kepada Damian cukup keras; Damian langsung menyentuh pipinya dan melihat ke Luna yang mukanya terlihat merah akibat menahan amarahnya. Tubuh Luna terlihat gemetar dan air matanyapun turun secara perlahan.

Fallin' All in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang