31

58 4 2
                                        

Warning : a little bit mature content and harsh words. Be wise

-----------------------------------------------------------------

Damian menatap monitor yang menampilkan slide presentasi untuk beberapa event yang akan diadakan dalam 3 bulan kedepan. Meeting sore ini dilead oleh Barra, Damian memilih diam dan hanya memberikan masukan sedikit. Setelah salah satu teamnya selesai presentasi, kini giliran Agil yang mengupdate progress kerjasama event bersama kantornya Dara. Damian sama sekali tidak berkomentar tentunya; bahkan ketika Barra mengatakan bahwa kerjasama itu harus selesai akhir bulan ini. Selesai atau tidak selesai event tersebut. Agil mencoba untuk mengerti keadaannya, jadi ia menyanggupi.

Setelah meeting itu selesai; Barra melihat Damian yang masih terdiam dan tengah menyibukkan dirinya dengan kerjaan kantor yang masih pending "Lo udah ngehubungin Keenan ?" tanya Barra sambil meminum es americanonya

"Nomor gw masih di block"

"Serius ?"

Damian hanya menganggukkan kepalanya sambil menghela nafas. Barra menatap sahabatnya tidak percaya; Damian terkenal sebagai lelaki perfect. Ganteng, family man, bertanggung jawab, setia, kurang apa ? Ditambah kedekatannya dengan Keenan yang selalu diagung-agungkan oleh teman-temannya sebagai daddy and son's relationship goals dan sekarang berakhir seperti ini. Hanya karena satu perempuan dan kebodohan Damian.

Tentu ada titik dimana Barra sirik dengan kedekatan Damian dan Keenan. Barra tidak bisa melihat anaknya setiap hari; seminggu mungkin bisa dihitung hanya berapa jam saja. Tapi ternyata, Damian terlihat lebih menyedihkan dibanding dirinya. Barra menutup laptopnya dan menepuk pelan pundak Damian yang membuat Damian menengok ke arahnya

"Talk with him, Dam. Jelasin"

"Gw ga punya muka untuk itu. Keenan sekecewa itu sama gw, Bar"

"Percaya atau engga, it's hard for Abi also. Apalagi Abi lebih kecil daripada Keenan. Tapi gw harus ngejelasin keadaannya sama dia. Gw ga bisa ketemu dia 24 jam, tapi gw bisa memastikan kalo dia butuh gw, gw akan selalu ada buat dia. It's hard I know, tapi itu bisa pada akhirnya"

"Kalo menurut lo gw ajak Luna balikan gimana ?" tanya Damian

"Jangan gila lo! Ga usah ngada-ngada. Walaupun gw temen lo, tapi gw ga setuju Dam. Jujur aja. Lo terlalu jahat untuk bisa balikan lagi sama Luna. Apalagi dengan semua tuduhan lo ke dia" tegas Barra yang membuat Damian menghela nafasnya

"Terus gw harus apa ?"

"Talk with Keenan. Lo dateng ke rumah, ngobrol. Jelasin semua. I'm sure he will understand"

"I hope so. Gw sekangen itu sama Keenan"

"Pastilah. Gw aja pasti sehari minimal harus dua kali video call-an sama Abi. Kalo engga kayak ada yang ilang aja gitu" ucap Barra sambil tersenyum kecut

"Lo ngerasa kehilangan ga sih Bar ? I mean... You know, Jo urusin Abi 24 hours. Bisa ketemu Abi setiap hari, sedangkan lo harus terjadwal" tanya Damian dengan penasaran

Barra menghela nafasnya dengan berat sambil bersedekap "Well, pasti. Yakali gw ga jealous sama Jo. Tapi disatu sisi gw beruntung sih. Jo sebaik itu sama Abi, sesayang itu. Bahkan secinta itu sama Keisha. Jadi gw ngerasa aman aja. Yang paling penting, gw sama Jo bisa kerjasama buat ngurusin Abi. We talk about his future, not that much tapi kita tahu jalan apa yang harus diambil Abi. And we agree at some point" jelas Barra

"By the way... Kalo Luna nikah lagi lo siap ?" lanjut Barra yang membuat Damian langsung melotot kaget mendengar pertanyaan Barra

"Gw ga pernah mikir kesana sih"

Fallin' All in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang