32

55 4 4
                                        

Warning : a little bit mature content and harsh words. Be wise

-----------------------------------------------------------------

Perpisahan itu tidak ada yang menyenangkan. For the second time Luna merasakannya kembali. Tepat hampir dua bulan ini semenjak hubungannya selesai dengan Haikal. Hubungan tanpa adanya kepastian. Pada awalnya berat memang, Haikal kadang masih suka mengiriminya pesan. Bahkan sesekali menawarkan diri untuk menjemputnya. Tapi, Luna selalu menolak. Ini tidak baik untuk keduanya. Dan ternyata itu menjadi efektif. Frekuensi Luna dan Haikal bertemu semakin renggang seiring berjalannya waktu. Terakhir mereka bertemu ketika di bandara, tepat dimana Haikal akan berangkat ke US untuk studinya. Tentu saja, Luna mengajak Keenan untuk mengucapkan salam perpisahan kepada Haikal.

Haikal menyambut Keenan dengan senyuman yang lebar dan memeluk anak lelaki itu; bahkan Haikal menitipkan Luna kepada Keenan. Keenan tersenyum dan berkata "Makasih ya Om. Makasih sudah baik ke Mommy dan Keenan" Haikal langsung terenyuh dan memeluk anak lelaki itu kembali. Luna yang melihat itu hanya bisa tersenyum. Setidaknya perpisahannya kali ini baik-baik saja. Tidak ada air mata didalamnya.

Hari ini Luna memutuskan untuk pulang kantor on time dan memilih untuk quality time bersama Keenan; tadinya sih Tristan mau mampir. Tapi ternyata dia ada date dengan Citra, jadi Luna tidak mau mengganggu waktu mereka. Keenan masih asik tiduran disofa ruang keluarga mereka sambil menonton film kesukaannya, sedangkan Luna sedang mengupdate beberapa pekerjaanya.

"Mom"

"Yes"

"Daddy apakabar ya ?"

Ketikan Luna pada keyboard laptopnya pun terhenti; ia menatap Keenan yang masih menatap tv di depannya "Kamu udah telfon Daddy ?" Keenan hanya menggeleng pelan

"Keenan kangen Daddy ya ?"

Keenan tampak ragu untuk menjawab; sepertinya anak ini memang sudah rindu dengan Damian. Hampir setengah tahun berlalu semenjak kejadian itu; dan Keenan sama sekali tidak menghubungi Damian. Begitupun sebaliknya. Well, Damian mencoba menghubungi Luna. Menanyakan kabar Keenan, tapi hanya ditanggapi seadanya oleh Luna. Entah mengapa, Luna masih enggan untuk berhubungan kembali dengan Damian.

Luna menutup laptopnya dan menghampiri Keenan. Dipeluknya anak lelaki itu dengan erat "Gapapa sayang. Kalo Keenan kangen Daddy gapapa... Mommy ga larang. Keenan harus ngomong kalo kangen sama Daddy"

"Daddy marah gak ya sama Keenan, Mom ?"

"Kenapa harus marah ?"

"Kan Keenan block nomor Daddy"

Luna tersenyum dan mencium pipi anak lelakinya itu "Hey, Daddy will never be mad at you Nan. He love you too much. Dia kangen banget sama kamu. But, Daddy mengerti kalau Keenan belum siap ngomong sama Daddy. He will always be there for you if you need him"

"Mommy ga marah sama Daddy ?" memang benar, namanya anak kecil pasti ada saja pertanyaannya. Pertanyaan polos Keenan membuat Luna menghela nafasnya.

"The most important thing is you Nan. Mommy will be okay if you okay"

"Tapi Mommy marah ?"

"Mommy hanya kecewa. Tapi itu sudah berlalu. Mommy is okay now" Luna berusaha meyakinkan Keenan. Pertanyaan Keenan sangat menusuk dirinya. Tentu saja Luna marah dan kecewa, tapi Luna merasa itu sudah berlalu. Yang terpenting sekarang adalah Keenan.

Keenan mengambil ponselnya dan Luna bisa melihat Keenan baru saja membuka blokiran nomor Damian. Keenan melirik sebentar ke Luna sebelum akhirnya menekan tombol call pada nomor Damian. Tidak butuh waktu lama, Damian akhirnya mengangkat panggilan itu

Fallin' All in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang