Lelah. Itulah yang sekarang dirasakan seorang gadis cantik yang mempunyai tubuh mungil, kulit putih, mata indah, pipi chubby, rambut panjang sepinggang, dan iris mata coklat terang. Gadis itu adalah Aurora, biasa disapa Rara.
Rara sedang duduk di ranjangnya, sekedar untuk melepas rasa pegal di sekujur tubuhnya. Hari ini adalah hari minggu, yang biasa dilakukan orang lain untuk bersantai, tapi tidak dengan Rara, dari pagi tubuhnya tak berhenti melakukan pekerjaan rumah.
Sifat lemah lembut dan penyayang nya tidak bisa melawan perilaku tak adil dari bundanya---Rena. Ia selalu menerima dan memaafkan semua perbuatan bunda dan kakak-nya yang bernama Jessi. Meskipun Rena dan Jessi selalu menyuruh Rara melakukan ini-itu dengan tidak berperasaan, Rara tetap menyayangi bunda dan kakaknya.
Rara membaringkan tubuhnya di atas kasur yang agak kasar dan sempit miliknya. Matanya menatap langit-langit kamar yang tidak terlalu bagus, ada jejak genangan air di atap kamar, pertanda jika saat hujan pasti bocor.
Tangan Rara menggenggam kalung yang bertuliskan namanya 'Aurora'. Hanya benda itulah yang selalu menguatkan dirinya, entah kenapa jika Ia menggenggam kalung itu, Ia berasa tenang. Seakan-akan ada seseorang yang merindukannya.
Ia tinggal di rumah minimalis yang sederhana, rumah tersebut memiliki 2 lantai, taman kecil, dan garasi untuk 1 mobil. Ayah dan bundanya bisa terbilang orang mampu, bahkan kakaknya sekarang sekolah di SMA bergengsi. Rara tidak suka menuntut ini-itu, Ia hanya akan menerima barang yang sudah dibelikan ayahnya.
"RARA!" suara menggelegar dari lantai 2 terdengar sampai kamar Rara. Itu adalah suara milik Jessi.
Segera saja Rara menegakkan tubuhnya, tergesa-gesa keluar dari kamar, lalu berlari ke arah kamar Jessi yang ada di lantai 2, kamar terbesar di rumah ini.
Ceklek...
Rara membuka pintu kamar Jessi, terlihatlah Jessi sedang berbaring di ranjang dengan wajah yang dilapisi masker. Jessi masih memakai piyama, padahal jam sudah menunjukkan pukul 12 siang.
"Apa Kak?"
Rara menghampiri Jessi, lalu berdiri di samping ranjang tempat Jessi berbaring, menunggu intruksi dari kakaknya.
"Bikinin gue jus jeruk dong, sekalian pake sedotan. Awas aja kalau gak pake!" Titah Jessi tegas dengan mata terpejam.
Setelah memberi Rara perintah, tangan Jessi mengisyaratkan agar Rara segera pergi. Hal ini sudah biasa bagi Rara, malah ini termasuk pekerjaan paling mudah di rumahnya. Meskipun ada pembantu, tapi sebagian besar pekerjaan rumah, Rara yang mengerjakan.
"Iya Kak," jawab Rara, lalu melenggang pergi menuju dapur.
Sebenarnya, Rara sempat merasa pusing tadi, tapi Ia segera menggelengkan kepalannya, agar rasa pusingnya hilang.
"Eh, non mau bikin apa?" Tanya Bi Surti---ART, saat melihat anak bungsu majikannya datang ke dapur.
"Mau bikinin Kak Jessi jus jeruk Bi," jawab Rara tersenyum.
Rara berjalan ke arah kulkas, mengambil beberapa jeruk peras dan gula di laci, lalu mengupas jeruk tersebut.
"Biar Bibi aja atuh, Non duduk aja ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life [END]
ChickLitSeluruh Chapter tersedia [CERITA SUDAH TAMAT] *** Aurora yang sering disapa Rara dipertemukan kembali dengan keluarga kandungnya. Ternyata Ia memiliki tiga Kakak laki-laki yang sangat possessive. Apakah Rara...