NL - 35

57.3K 4.8K 403
                                    

"Tangan kamu kenapa?"

Semua orang yang ada di sana kecuali Alan, langsung mengalihkan tatapannya ke arah tangan Rara yang terbalut perban.  

Nadin menutup mulutnya tak percaya, Ia syok melihat kain putih yang membalut tangan putri bungsunya.

Bara terdiam kaku, otaknya sempat berhenti berpikir, jika saja suara Nadin tidak menyadarkannya.

"Rara kamu kenapa?"  

Nadin berdiri, lalu berjalan dengan langkah cepat mendekati Rara, tangannya meraih tangan Rara yang di perban.

Rara hanya tersenyum tipis, niat ingin menyembunyikan tangannya, tapi malah dia sendiri yang membuat tangannya dapat dilihat semua orang.

Citt...

Suara decitan kursi berhasil mengalihkan pandangan Rara menjadi menatap Bara yang sudah berdiri dan menggeser kursi tersebut sehingga menimbulkan suara decitan antara kursi dan lantai.

Bara membuat langkah besar untuk menghampiri Rara yang sudah menundukkan kepalanya, saat sudah berada di depan Rara, Bara langsung meraih pergelangan tangan Rara membawanya ke depan wajah datar Bara, membuat Rara harus mengangkat tangannya.

Rahang Bara terlihat mengeras, matanya menyorot tajam ke arah luka yang sudah diperban itu.  

Pikiran Bara langsung melayang ke kejadian tadi sore, dimana dia meninggalkan Rara demi mengobati luka kecil Leta. Hatinya terasa tertusuk, menyadari jika Rara juga terluka akibat pecahan kaca tersebut.

Saat ini Rara gugup setengah mati, entah kenapa Rara jadi takut kepada Bara. Akhir-akhir ini Bara memang menakutkan menurut Rara.

"Ayo ke rumah sakit," ucap Bara dengan suara berat.

Bara menarik pelan tangan Rara, tapi Rara langsung melepaskan tangannya dari genggaman Bara, membuat hati Bara melengos. Ia membalikkan kembali tubuhnya.

"Kenapa?"  

Rara mengangkat kepalanya, menatap mata Bara, lalu tersenyum menenangkan.

"Aku gapapa, ini udah diobatin Kak Alan," balas Rara tenang.

Wajah Bara semakin datar, "Tetap saja harus ke-"  

"Gapapa, ini bukan hal besar yang harus Kakak khawatirkan."

Bara mengepalkan tangannya, matanya menyorot tajam Rara, nafasnya terdengar berat.

Nadin khawatir Bara akan melampiaskan amarahnya kepada Rara, tapi Ia tak bisa mencegah Bara. Karena jika Ia ikut campur maka keadaan akan semakin runyam.

"RARA DENGERIN KAKAK!" bentak Bara.

Jantung Rara berdegup mendengar Bara membentaknya, Ia sangat terkejut, baru kali ini Bara membentaknya dengan keras. Apa salah jika Rara tak ingin pergi ke rumah sakit? Kenapa kakaknya itu sangat marah.

"Tapi aku gak mau," tolak Rara dengan suara sangat pelan.

Tapi karena pendengaran Bara sangat tajam, ditambah dirinya sedang sensitif, jadi Bara bisa mendengarnya.  

New Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang