NL - 28

55.3K 4.4K 57
                                    

"Eughh..."

Perlahan mata Rara terbuka, Ia mengerjapkan kelopak matanya guna menyesuaikan cahaya lampu yang memaksa masuk ke retinanya, sekilas Ia merasa pusing saat matanya langsung menatap lampu yang ada di langit-langit, terasa begitu menyengat.

Bara yang mendengar suara Rara melenguh, segera bangkit dari duduknya, Ia menyimpan asal Ipad miliknya di sofa, kakinya berjalan cepat menghampiri Rara. Membuat semua orang ikut berdiri dan mengikuti Bara.

"Sshh..." ringis Rara.

"Kenapa sayang? Ada yang sakit?" Khawatir Bara.

Bara sudah berdiri di samping brangkar yang ditiduri Rara, Ia mengusap kepala Rara lembut, takut jika adiknya merasa pusing.

"K-kakak?"  

Entah kenapa Rara merasa linglung, Ia sempat bingung saat sadar, tapi bau obat langsung menusuk indra penciumannya, membuatnya sadar jika Ia sedang ada di rumah sakit.

"Iya sayang, ini Kakak," balas Bara lembut.

Tangan Bara menggenggam lengan Rara, membuat Rara diliputi rasa aman, Bara selalu membuat Rara merasa terlindungi.

"Sayang kamu gapapa?" Serobot Nadin yang sudah tidak sabar.

Terpaksa Bara melepaskan genggamannya, Ia berjalan mundur membiarkan Nadin menghampiri Rara.

"Gapapa kok Mah, emang aku kenapa?" Tanya Rara diiringi kekehan kecil.

Arsen dan Rio berdiri di samping Rara yang masih kosong, tak lupa Leta pun berdiri di samping Nadin. Mendengar ucapan Rara yang terbilang santai, terpaksa mereka tersenyum, Rara memang gadis yang baik.

"Kamu masih pusing gak?" Tanya Rio yang dibalas gelengan kepala oleh Rara.

"Kalian kenapa liatin aku kayak gitu? Aku baik-baik aja kok," tutur Rara.

Arsen mengusap pipi Rara lembut. "Putri Papah."

Senyum tipis Arsen terukir di wajahnya yang masih terlihat tampan itu, manik ya menatap putri satu-satunya sendu.

Rara membalas senyum Arsen, Ia menikmati usapan lembut yang Arsen berikan di pipinya. Tiba-tiba, Rara mengedarkan pandangannya, dari tadi Ia belum melihat batang hidung Alan, biasanya kakaknya itu yang paling heboh.

Brak...

Suara pintu ditutup berhasil mengalihkan fokus semua orang, Rara sedikit terkejut melihat Alan keluar dari ruangan tersebut tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepadanya.

Raut wajah Rara berubah jadi sedih, kenapa Alan tak berbicara padanya? Apa kakaknya itu marah, karena Rara sudah menyusahkannya?  

"Alan gapapa, dia cuma butuh udara segar, dari tadi dia di sini," celetuk Rio mengisi keheningan.

Menyadari perubahan ekspresi Rara, Rio sengaja berbicara seperti itu untuk mencairkan suasana.

"Bara susul Alan dulu." Bara melenggang pergi meninggalkan ruang inap.  

"Udah jangan dipikirin, mending istirahat ya," nasihat Nadin.

New Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang