NL - 19

56K 5K 237
                                    

"LEON?"

Kesadaran Alan terkumpul sempurna, saat matanya melihat pesan yang dikirimkan Leon kepada adik kesayangannya. Demi apa, sahabatnya itu berani menghubungi Rara. Sekarang perasaan Alan sangat campur aduk.

"Astaga," kaget Rara.

Tangan Rara mengusap dadanya, betapa terkejutnya Ia mendengar suara lantang Alan, jantungnya bahkan sampai berdegup kencang.

"Berani-beraninya si singa chat adik gue," desis Alan yang masih bisa didengar Rara.

Demi apa pun, Alan tak akan mengizinkan Rara dekat dengan Leon, meskipun dia adalah sahabatnya sendiri. Leon itu playboy cap singa, ceweknya ada dimana-mana, tentu saja Alan tak akan membiarkan adik polosnya jadi korban.

Memikirkan itu semua membuat darah Alan semakin mendidih, entah kenapa Ia jadi kesal.

"Kenapa sih Kak, kaget tau," ucap Rara sedikit kesal.

Alan mengalihkan pandangan tajamnya kepada Rara, membuat Rara merinding, sepertinya Alan benar-benar sedang emosi.

Jari Alan menekan simbol telepon yang tertera di layar ponsel Rara, Ia langsung menempelkan ponselnya ke telinga. Baru dua kali berdering, sambungan telepon tersebut langsung diangkat oleh Leon, membuat Alan semakin curiga.

"Halo Ra, ke-"

"Ra, tutup telinga dulu ya, Kakak mau ngomong sama Leon," titah Alan.

Alis Rara mengerut, "Kenapa harus tutup telinga?" Bingungnya.

"Tutup aja cepet."

Terpaksa Rara menutup kedua telinganya menggunakan kedua tangan, meskipun masih bisa mendengar suara Alan. Ia setia berdiri menunggu ponselnya dikembalikan.

"Heh singa, apa-apaan lo ganggu adik gue!" Marah Alan.

Terdengar ringisan di seberang sana, saat mendengar suara Alan yang lumayan lantang.

"Apa sih lo? Sans dong."

"Sans-sans pala lo sans. Jangan coba-coba lo ya godain adik gue!"

"Yaelah, otak lo emang tumpul. Gue cuma minta tolong buat-"

"Halah, bilang aja lo mau modus kan sama Rara! Awas aja ntar gue bilangin Kak Bara, kalau playboy cap singa kayak lo mau godain adik gue."

"Eh si dodol, gue cuma mau ajakin lo nongkrong. Tapi hp lo gak aktif, ya udah gue minta no Rara sama si Ica. Dasar lo bisanya aduan sama Kak Bara!" Kesal Leon.

"Apa lo bilang? Suka-suka gue dong, Kak Bara kan Kakak gue!"

"Sini kalau berani adu jotos! Gak usah bawa-bawa Kak Bara."

"Siapa takut, ayo!"

Tut...

Rara sudah tak tahan mendengar perdebatan antara Alan dan Leon, Ia tak ingin kakaknya itu benar-benar berkelahi gara-gara dirinya.

Terpaksa Ia merebut ponsel miliknya di tangan Alan, lalu menekan tombol berwarna merah agar sambungannya terputus.

"Kakak kenapa sih marah-marah gak jelas?"

Mata Alan semakin melotot, "Kenapa kamu bilang? dia itu playboy Ra, Kakak gak akan biarin tuh si singa deketin kamu," ucap Alan berapi-api.

"Kak Leon cuma minta tolong kok," jelas Rara.

Alan memutar bola matanya malas. Mana ada playboy nelepon cuma mau minta tolong, pasti ada niat terselubungnya itu.

"Jangan percaya Ra, awas aja kalau kamu deket-deket sama Leon."

"Ihh, Kak Leon baik kok. Kakak kan sahabatnya, kenapa malah jelek-jelekin Kak Leon?" Kesal Rara.

Rara jadi teringat kejadian tempo hari, dimana Leon menolongnya saat Gisel dan teman-temannya menghadang jalan Rara.

"Kok kamu belain dia bukan Kakak?" Heran Alan.

"Bukan gitu-"

"Apa jangan-jangan kamu sama si ba-"

"Aku sama Kak Leon gak ada apa-apa."

Rara langsung memotong omongan Alan, membuat Alan semakin curiga. Mulai hari ini Ia akan selalu mengawasi adiknya dari perangkap Leon playboy cap singa.

"Kalau Kakak tau kamu ada apa-apa nya sama si singa, Kakak bakal kurung kamu di kayangan," ancam Alan.

"Loh kok kayangan sih, mati dulu dong akunya," polos Rara.

Tangan Alan menepuk keningnya sendiri. "Amit-amit, maksud Kakak itu istana, ya istana."

Untung saja otak Alan langsung manteng, Ia kaget saat Rara bicara mati, ya kali dia ingin Rara kenapa-napa.

"Oh, kayak princess ya di istana?"

"Hah?"

"Princess juga kan punya istana, itu loh kayak film yang Kakak tonton sama aku waktu itu." tutur Rara semangat.

Terdengar helaan nafas yang berasal dari bibir Alan. Kenapa adiknya ini sangat polos, terpaksa Ia mengangguk mengiyakan ucapan Rara.

"Yeay, Kakak mau kasih aku istana," girang Rara.

Alan kembali membaringkan tubuhnya di ranjang, manarik selimut sampai menutupi seluruh kepalanya.

Rara langsung keluar dari kamar Alan dengan gembira, hal sepele seperti itu saja mampu menyenangkan hati Rara.

New Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang