Rara ingin segera hari esok. Ia ingin cepat-cepat kembali sekolah, berdiam diri di rumah benar-benar membuatnya bosan tak terkira.
Kata Bara, hari ini dia akan pulang cepat agar dapat menemani adik kecilnya itu, tapi sekarang sudah pukul 4 sore, kakaknya itu belum muncul juga.
"Zii, sini! Ikutin aku jalan-jalan ihh."
Dengan sabar Rara memberi arahan kepada zii, agar mengikutinya menyusuri seluruh rumah, tapi sepertinya kucing itu tak mau.
"Kamu ini mageran, kamu harus olahraga biar sehat," gerutu Rara.
"Meoww..."
Zii hanya rebahan di atas karpet bulu yang lembut, cakarnya sesekali mencakar karpet bulu tersebut.
"Kamu jadi kucing kok males sih," gemas Rara.
Rara duduk di karpet sebelah zii, kedua tangannya langsung menggelitiki perut zii, membuat zii bergerak kesana-kemari.
"Haha, rasain."
"Meoww..." Zii berhasil terlepas dari kejailan Rara, kucing itu berlari pelan ke arah pintu utama.
Bruk...
Tubuh zii terpental sedikit ke belakang, membuat Rara langsung berdiri dan berlari menghampiri zii yang terlihat syok.
Rara mengais zii ke dalam gendongannya, dada Rara berdegup melihat zii ditendang dengan lumayan keras oleh Leta yang baru pulang sekolah.
"Kak Leta kok tendang zii?" Tanya Rara dengan nada yang lumayan tinggi.
Leta hanya menatap acuh kepada Rara dan zii yang ada di gendongannya, Ia berniat melangkahkan kakinya melewati Rara, tapi langsung di cekal oleh Rara.
"Kenapa Kakak gak jawab?"
Tangan Leta menghempas tangan Rara, membuat tangan Rara sedikit sakit. Hal itu membuat zii merasa terancam, kucing itu melompat dari gendongan Rara, lalu mendekati kaki Leta.
"Akhh..." teriak Leta. Kaki Leta dicakar oleh zii, membuat Leta berteriak kesakitan, padahal hanya goresan kecil.
"Dasar kucing sialan," maki Leta.
Kaki Leta langsung menendang kembali zii, membuat mata Rara terbelalak terkejut, bagaimana bisa Leta melakukan itu kepada seekor kucing.
"Berhenti! Kenapa Kakak tendang zii lagi," marah Rara.
Mata Leta melotot, tak terima Rara sudah berteriak kepadanya, berani sekali dia memarahi dirinya.
"Kamu gak liat? Kucing sialan itu udah cakar kaki aku," hardik Leta.
Zii bersembunyi di belakang Rara, kucing itu tampak ketakutan.
"Itu karena Kak Leta nendang zii duluan! Kakak harus minta maaf sama zii" tuntut Rara.
Mata Leta semakin terbelalak mendengar perintah Rara yang sangat tak masuk akal menurutnya, yang benar saja masa Leta harus meminta maaf kepada seekor kucing.
"Apa kamu bilang? Aku harus minta maaf sama kucing sialan itu?" Ucap Leta tak percaya.
Nafas Rara memburu, Ia tak terima kucing kesayangannya diperlakukan tak adil seperti ini. Harusnya binatang itu disayangi bukan disakiti.

KAMU SEDANG MEMBACA
New Life [END]
ChickLitSeluruh Chapter tersedia [CERITA SUDAH TAMAT] *** Aurora yang sering disapa Rara dipertemukan kembali dengan keluarga kandungnya. Ternyata Ia memiliki tiga Kakak laki-laki yang sangat possessive. Apakah Rara...