Tak terasa sudah 1 bulan lamanya, Rara tinggal bersama keluarga kandungnya. Semua memperlakukan Rara bak putri raja, semua orang selalu memanjakan Rara. Tak lupa kakak-kakaknya juga selalu bersikap posesif jika menyangkut Rara.
Rara dan Ica semakin lengket bak saudari kembar, di sekolah mereka selalu bersama, Ica juga sudah sering berkunjung ke rumah Rara untuk sekedar bermain.
Hari ini adalah hari minggu, semua orang kecuali Nadin berada di rumah untuk menghabiskan akhir pekan bersama, Arsen dan Bara selalu menyempatkan dirinya istirahat untuk bisa berkumpul dengan keluarga sejak kedatangan Rara.
Rara tidak tahu kemana perginya Nadin. Ia tidak sempat bertanya pada mamahnya itu, karena Nadin pergi keluar dari pagi buta.
Semua orang sedang duduk di ruang keluarga menonton film bersama, Rara duduk di antara Bara dan Rio, Alan sempat merajuk karena tidak bisa duduk di samping Rara, jadilah sekarang Ia duduk di karpet bawah kaki Rara.
"Eh enak aja ini keripik aku," sewot Alan saat Rio dengan santainya merauk keripik keju di dalam toples yang berada di pangkuan Alan.
Alan berusaha menyembunyikan toples tersebut ke samping tubuhnya agar Rio tidak bisa mengambilnya lagi.
"Yaelah, pelit banget. Awas aja kalau minta duit buat ngurus tuh motor butut," kesal Rio.
Rio memakan sisa keripik yang ada di tangannya, Alan sangat pelit jika menyangkut keripik keju.
Alan langsung mendelik, kenapa semua orang suka sekali membawa-bawa isabelnya dalam semua permasalahan. Isabelnya tidak bersalah.
"Dih, baperan. Sans dong," balas Alan tak sabar.
Plak...
Tangan Bara melayang begitu saja menampar pipi Alan lumayan keras, bahkan suaranya sampai terdengar semua orang.
Rara meringis melihat raut sakit yang Alan tampilkan, tak tau kenapa pipinya juga seakan terasa perih.
Mata Alan terbelalak menatap Bara tak percaya, bagaimana bisa dengan mudahnya kakaknya itu melayangkan tangannya.
"K-kak? Kenapa nampar aku. Aku salah apa? Kakak bener-bener gak berperikeadikkan."
Mata Bara tak melirik sedikit pun kepada Alan yang sedang mengusap pipinya yang terasa panas. Bara malah fokus menatap film yang sedang berputar di layar televisi besar di ruang keluarga.
Rara bergegas turun dari sofa lalu duduk di karpet sebelah Alan, ibu jarinya langsung mengusap pelan pipi kakaknya.
"Nyamuk."
Alan melongo, bagaimana bisa Bara menampilkan muka datarnya setelah menampar pipi mulus miliknya.
Tatapan Alan beralih menatap melas Rara yang sedang mengelus tempat dimana Bara menamparnya.
"Oh nyamuk. Aku kira Kak Bara marah loh," ucap Rara lega.
Tadi Rara sempat mengira jika Bara sedang marah, makanya Ia buru-buru menghampiri Alan. Bara hanya tersenyum tipis membalas ucapan Rara. Sedangkan Rio dan Arsen menahan tawanya susah payah, melihat muka tak berdaya Alan.
"Apa, nyamuk? Kakak nampar aku gara-gara nyamuk?" Ucap Alan tak percaya.
"Harusnya kamu bersyukur tau, kalau misal tuh nyamuk buat kamu DBD gimana? Sayang sama duit harus ke rumah sakit," ejek Rio dengan wajah menyebalkan.
"Bener tuh," celetuk Arsen.
Muka Alan berubah semakin datar mendengar kakak dan papahnya yang sangat tidak masuk akal menurut Alan.Mereka itu selalu bersatu hanya untuk membully dirinya yang sangat baik hati ini, pikir Alan.
"Amit-amit."
Rara terkekeh, Ia tau jika Rio dan Arsen hanya bercanda. Tangan Rara melingkar di tangan Alan, lalu menyenderkan kepalanya di bahu Alan untuk meredakan amarahnya.
"Udah Kak, jangan marah, Papah sama Kakak becanda kok."
Rara mengambil keripik dari toples yang ada di sebelah Alan, lalu menyuapi keripik keju tersebut ke mulut Alan agar tak marah. Dengan pasrah Alan menerimanya, lagi pula Ia sedang malas berdebat. 1 lawan 3, ya jelas Alan akan kalah.
"Hallo semuanya, lagi pada kumpul ya?"
Suara Nadin dari arah pintu utama berhasil mengalihkan fokus mereka semua. Refleks Rara berdiri dari duduknya lalu berlari menghampiri memeluk Nadin yang sudah muncul di ruang keluarga.
"Mamah dari mana aja?" Tanya Rara tanpa membalas sapaan Nadin tadi.
Tangan Nadin mengelus sayang puncak kepala Rara. "Maaf ya Mamah gak pamit tadi, Mamah abis dari bandara."
Rara melepaskan pelukannya, menatap Nadin bingung. "Bandara? Mau apa, Mamah mau pergi?"
"Enggak sayang, Mamah pergi ke bandara buat jemput Leta."
"Leta?"
Rara merasa bingung, karena ini kali pertama Ia mendengar nama Leta, Ia penasaran siapa itu Leta.
"Sepupu kamu," Nadin membalikkan badannya ke belakang, "sini sayang."
Tangan kanan Nadin menarik lengan seorang gadis muda yang terlihat sebaya dengan Rara, agar berdiri sejajar dengan dirinya.
"Hai," sapa gadis bernama Leta tersebut kepada Rara.
Senyum manis terbit di wajah cantik Rara sampai menampilkan deretan giginya yang rapi.
"Hai juga."
"Kamu Rara ya?"
"Kok tau?" Kaget Rara, padahal dirinya belum memperkenalkan diri.
Leta terkekeh. "Iya dong, Mamah Nadin udah cerita semua tentang kamu, jadi aku tau."
Bibir Rara membentuk huruf o diikuti kepalanya yang mengangguk menandakan jika Ia mengerti.
"Sayang panggil Kakak ya, soalnya Leta lebih tua setahun dari kamu," sahut Nadin yang sedari tadi hanya memperhatikan.
"Ohh gitu, maaf ya Kak," ucap Rara tak enak, karena sudah tidak sopan kepada yang lebih tua.
Leta hanya tersenyum maklum, lagi pula mereka baru bertemu jadi itu wajar terjadi. Ia mengedarkan pandangannya, lalu matanya menangkap sosok Arsen, Bara, Rio, dan Alan di dekat sofa.Mereka bertiga sudah berdiri dari duduknya dengan raut wajah berbeda. Kaki Leta berlari kecil menghampiri Arsen, lalu memeluk Arsen senang.
"Apa kabar Papah?"
Arsen tersenyum tipis tak lupa membalas pelukan Leta, "Baik." Hanya itu kata yang keluar dari mulut Arsen.
Leta melepaskan pelukannya lalu menghampiri Rio dan Alan, memeluk mereka secara bergantian dengan pertanyaan sama yang Ia ajukan kepada Arsen.
Saat sudah ada di hadapan Bara, senyum Leta semakin lebar, bahkan matanya sampai menghilang, langsung saja Ia mendekap tubuh jangkung dan tegap milik Bara.
"Apa kabar Kak? Aku kangen banget sama Kakak hehe," cengir Leta.
Bara tak membalas pelukan Leta, Ia hanya berdiri kaku dengan raut wajah tak terbaca. Menyadari respon yang diberikan Bara padanya Leta segera melepaskan pelukan mereka.
Dari jauh, Rara hanya memandang itu semua, ternyata kakaknya mempunyai adik selain dirinya, Ia tidak tau jika Ia memiliki seorang sepupu perempuan.Dalam hatinya, Rara merasa senang karena Ia akan mempunyai teman perempuan di rumah ini.
Nadin menghampiri Leta lalu merangkul bahunya lembut. "Ayo sayang, Mamah anter ke kamar kamu. Pasti cape kan abis dari perjalanan jauh."
"Iya Mah."
Setelah berpamitan, mereka berdua meninggalkan ruang keluarga menuju kamar tamu yang akan digunakan Leta menginap di rumah ini.
"Ra, kamu gapapa kan?" Tanya Alan khawatir.
Kening Rara mengerut, tak mengerti maksud dari Alan. "Gapapa kok, emang kenapa?"
"Gak kok hehe."
Melihat kedatangan Leta, Alan menjadi khawatir jika Rara akan merasa cemburu, karena hanya Rara yang selama ini dimanjakan oleh keluarganya, tapi sekarang rumah ini sudah kedatangan Leta sepupu Alan, jadi Alan merasa sedikit khawatir.
"Oh iya, aku ke kamar dulu ya, lupa belum ngerjain tugas hehe," cengir Rara.
Rara baru ingat jika Ia punya tugas yang belum dikerjakan, apalagi itu adalah tugas kimia, jadi Ia harus segera mengerjakannya.
"Mau Kakak bantuin?" Tanya serempak Bara dan Rio.
Bara dan Rio saling tatap, mereka seakan sedang berlomba untuk mendapatkan juara pertama, dimana mereka adalah musuh bebuyutan, dan Rara menyadari hal itu.
"Ga usah. Aku bisa sendiri kok, aku kan pinter kayak Papah, iya gak Pah?" Canda Rara.
Arsen terkekeh geli. "Iya dong kamu kan putri Papah," ucap Arsen bangga.
"Ya udah sana, kalau udah beres ke kamar Kakak ya," pesan Alan.
Rara menganggukkan kepalanya, lalu melenggang pergi meninggalkan ruang keluarga menuju kamarnya di lantai dua dengan langkah cepat.
Saat sampai di puncak tangga, Ia melihat Nadin dan Leta sedang berdiri di depan kamar miliknya dengan badan yang menghadap pintu kamarnya, sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu, karena wajah mereka terlihat serius.
Dengan inisiatifnya, Rara berniat menghampiri mereka berdua, untuk bertanya ada masalah apa. Tapi saat sudah dekat, kakinya tiba-tiba terhenti mendengar ucapan Leta.
"Aku mau tidur di kamar ini Mah."***
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
New Life [END]
أدب نسائيSeluruh Chapter tersedia [CERITA SUDAH TAMAT] *** Aurora yang sering disapa Rara dipertemukan kembali dengan keluarga kandungnya. Ternyata Ia memiliki tiga Kakak laki-laki yang sangat possessive. Apakah Rara...