Rara masih bergelung manja dengan selimut tebal berwarna putih dan baby pink miliknya. Matanya masih tertutup rapat, semalam Ia tidur pukul 11.45 WIB, karena tidak bisa tidur.
Samar-samar terdengar suara dengkuran halus yang berasal dari sampingnya, suara itu berhasil menggangu mimpi indah Rara.
Kelopak mata Rara mengerjap, sebenarnya Ia masih mengantuk, tapi tangannya lansung mengucek matanya agar tidak mengantuk.
"Hoam."
Mulut Rara terbuka, Ia menguap menandakan jika Ia masih mengantuk. Maniknya menetap tangannya yang diperban, sepertinya semalam Alan sudah menggantinya, terbukti dengan perbannya terlihat baru dan bersih.
"ASTAGA," kaget Rara.
Tak sengaja Rara berteriak, kaget saat manik coklat terangnya melihat sosok yang Rara cari semalam ada di kursi samping ranjangnya. Rara menutup mulutnya menggunakan kedua tangan, takut dia terganggu.
Dia adalah Bara, yang sekarang sedang duduk di kursi rias milik Rara, tapi Ia pindahkan jadi di samping ranjang, Bara tertidur dengan posisi terduduk di kursi, kepalanya menunduk ke ranjang, dengan punggung yang membungkuk.
Rara meringis, pasti bangun tidur badan kakaknya itu akan sakit, karena semalaman dengan posisi seperti itu.
Pulang dari apartemen, bukannya menuju kamar sendiri, Bara malah masuk ke kamar Rara, karena Ia akan meminta maaf, tapi saat masuk, Ia melihat Rara sudah tertidur. Jadi Ia memilih untuk menunggu Rara membuka mata indahnya, tapi Bara jadi ketiduran.
Mata Rara menatap punggung tangan Bara yang terlihat terluka, ada darah kering di sana, wajah Rara berubah jadi sedih, pasti kakaknya tidak mengobati luka tersebut.
Tangan Rara meraih punggung tangan Bara, membuat Bara merasa terganggu dari tidurnya, perlahan Bara mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.
Kepala Bara terasa sedikit pusing, mungkin efek samping dari minuman yang Ia minum tadi malam.
Rara bangkit, berniat mengambil kotak P3K yang ada di kotak obat samping meja rias, tapi sebelum melangkahkan kakinya, tangganya langsung dicengkeram.
"Mau kemana?" Tanya Bara dengan suara serak khas bangun tidur.
Bara menegakkan tubuhnya, hatinya sakit melihat Rara akan meninggalkannya. Ia pikir Rara pasti ingin pergi karena tak suka melihatnya ada di sini.
"Lepasin Kak."
Rara melepaskan tangan Bara membuat ego Bara tersentil, sepertinya Rara sangat marah padanya, pikir Bara.
Kaki Rara melangkah ke dekat meja rias, lalu mengambil kotak kecil bertuliskan P3K. lalu Ia kembali ke ranjangnya.
Hal itu tak luput dari pandangan Bara, Ia pikir Rara akan meninggalkannya, ternyata Ia salah.
"Kak duduk di ranjang," titah Rara yang langsung dituruti Bara.
Rara ikut mendudukkan dirinya di atas ranjang, menyimpan kotak tersebut, lalu meraih tangan Bara yang terluka. Sedangkan Bara, Ia hanya diam menatap Rara tak percaya.
"Kenapa gak diobatin? Kalau infeksi gimana?" Suara kesal Rara memasuki indra pendengaran Bara.
Bara hanya diam, Ia pikir ini mimpi, karena kemarin Ia melihat jelas tatapan kecewa yang Rara berikan padanya. Tak mungkin Rara sudah memaafkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life [END]
ChickLitSeluruh Chapter tersedia [CERITA SUDAH TAMAT] *** Aurora yang sering disapa Rara dipertemukan kembali dengan keluarga kandungnya. Ternyata Ia memiliki tiga Kakak laki-laki yang sangat possessive. Apakah Rara...