"Sshhh..." ringis Rara pelan.
Rio yang sedang duduk di kursi sebelah tempat tidur Rara terkejut bukan main, saat mendengar ringisan yang berasal dari sang adik, dan pergerakan jari Rara yang ada di genggamannya.
Dengan cepat Rio menekan tombol yang berada di atas nakas yang langsung terhubung dengan dokter. "Pah, Mah. Rara," seru Rio terharu.
Semua orang segera menghampiri Rara, Nadin berjalan tergopoh-gopoh, dengan mata yang sudah berkaca-kaca, dadanya juga mendadak berdetak dua kali lipat.
Terhitung sudah 1 hari 1 malam Rara tidak membuka matanya, membuat semua orang khawatir, dan akhirnya Rara memberi tanda-tanda akan sadar, membuat semua orang bernafas lega.
Rara terus meringis, matanya masih tertutup rapat dengan kelopak mata yang terus mengerut, keringat dingin pun membanjiri keningnya.
Nadin sangat khawatir, Ia berusaha menahan air matanya saat melihat Rara seperti kesakitan, tangannya terulur mengusap puncak kepala putrinya.
"Cepat panggil dokter!"
"Aku sudah menekan tombolnya, sebentar lagi dokter sampai," sahut Rio.
"Sayang," panggil Arsen melihat Rara yang terus mengerutkan kelopak matanya. Demi apa pun Arsen sangat takut jika terjadi apa-apa kepada Rara.
Bara, Alan, dan Rey diam mematung. Ada apa dengan Rara? Mereka merasa otaknya mendadak ngeblank, bingung harus berbuat apa. Mereka hanya memandangi Rara yang terlihat sedang gelisah dalam tidurnya dengan raut cemas.
"S-sayang bangun, ini Mamah nak," panggil Nadin dengan air mata yang sudah merembes keluar dari matanya.
Alan tersadar, Ia berjalan mendekati Nadin yang terlihat frustasi, Ia merengkuh bahu Nadin menenangkannya. Tapi Nadin terus terisak tak kunjung tenang.
"Permisi."
Seorang dokter ditemani dua orang suster baru saja memasuki ruangan, mereka menggeser pelan Arsen, Rio dan Nadin supaya menyingkir, memberi mereka jalan dan ruang.
Dokter itu menatap sekejap monitor medis yang menunjukkan garis tak beraturan. Tangannya menyentuh nadi Rara, memeriksanya dengan hati-hati, setelah itu Ia mengarahkan senter kecil, ke mata Rara yang dibuka menggunankan jarinya.
"Suster siapkan suntikan," titah dokter itu.
Salah satu suster langsung menyiapkan apa yang diperintahkan, tangannya sibuk meraih botol kecil, lalu menancapkan jarum suntik tersebut ke dalam botol tersebut. Sedangkan suster yang satunya terus memantau mesin-mesin yang menunjukkan keadaan pasien.
"Dok, anak saya kenapa Dok?" Panik Nadin.
"Putri saya tidak apa-apa kan?"
"Rara," lirih Bara.
Dokter tak menjawab berbagai pertanyaan yang terlontar untuknya, Ia sibuk memeriksa keadaan pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
"Ini Dok." Suster tersebut menyerahkan suntikkan yang sudah siap kepada dokter yang langsung diterima dokter tersebut.
Dengan sigap dokter menyuntikkan suntikkan itu ke lengan Rara yang baik-baik saja. 3 menit kemudian monitor menunjukkan keadaan normal, membuat dokter tersebut menghela nafas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life [END]
ChickLitSeluruh Chapter tersedia [CERITA SUDAH TAMAT] *** Aurora yang sering disapa Rara dipertemukan kembali dengan keluarga kandungnya. Ternyata Ia memiliki tiga Kakak laki-laki yang sangat possessive. Apakah Rara...