Bab 9 Bersama

8.5K 408 0
                                    

POV: Alister.

Sebenarnya apa yang kulakukan sekarang? Mengikuti pasangan yang terlihat sedang kasmaran? Kezia dan Fabian sedang bercakap-cakap sambil tertawa. Kami sedang berada di butik Kezia, dia ingin aku menjadi modelnya untuk pakaian item laki-laki. Wajah tampan dan badanku yang atletis membuat Kezia memintaku untuk membantunya. Lagi-lagi aku tidak bisa menolak permintaan Kezia, hanya wanita itu yang mampu membuatku berkata 'Iya'

Aku mendengus kesal, nyatanya bukan hanya aku tapi Fabian juga diminta datang untuk memberikan komentar. Komentar? Aku kan pengacara, jelas ucapanku lebih terpakai daripada pengusaha seperti dia. Mataku terus saja mengawasi mereka sambil bergaya di depan fotografer.

Setelah selesai aku meminta Kezia membayarku dengan mengajakku makan di restoran Jepang. Alih-alih ingin berduaan dengan Kezia, Fabia malah ikut juga. Moodku selalu rusak kalau sudah begini.

"Kenapa Zia, kok gitu banget ngeliatin aku?" Aku mengerutkan kening melihat tatapannya pada-- penampilanku, mataku mengikuti lirikannya.

"Nggak, sejak kapan kamu ngerubah gaya pakaian kamu?" tanya Kezia lalu kembali melihat menu makanan.

Aku berdehem, merasa tidak pede. Kezia kan dari dunia fashion jelas dari matanya tidak suka melihatku dengan kemeja polos seperti ini. Salahku kenapa membebaskan Mila menyiapkan pakaian kantorku.

"Bagus kok, lebih kelihatan berwibawa pakai kemeja kayak gitu. Wibawa pengacaranya keluar." Fabian berkomentar, mataku memicing tidak suka padanya.

"Besok-besok aku nggak makek deh, aku juga kurang nyaman dengan pakaian kayak gini," ucapku, terlihat senyum Kezia mengembang dari balik menu.

"Orang ganteng mah bebas mau makek apa aja, Zia. Kamu jangan terlalu menekan Ali untuk ikutin gaya fashion kamu dong," suara Fabian menegur Kezia. Apa-apaan ini? Yang membuatku malas adalah wajah Kezia yang meresponi ucapan Fabia. Terlihat betul gadis itu mengagumi Fabia, bisa tidak jangan di depanku. Ku remas kantong sakuku yang ada kotak cincin lamaranku.

Aku tidak tahu harus bagaimana, mereka berdua asyik bercerita dengan gelak tawa. Seakan aku tidak ada. Dengan susah payah aku menelan makananku. Aku terlupakan, Kezia lebih suka berlama-lama melihat ke arah Fabian dari pada melihatku yang ada di depannya. Aku dan Fabian dulu satu angkatan di kampus, Kezia adik tingkat kami. Aku tahu ia menyukai Fabian, aku pikir dengan aku selalu standby di sisi Kezia. Perasaan wanita itu akan berubah.

Sepertinya aku tidak boleh berharap terlalu banyak.

"Ali... " Aku mengalihkan mataku dari ponselku, suara itu dari Kezia. Dan Fabian tidak ada, setelah lebih 15 menit kubiarkan mereka asyik dengan dunia mereka berdua.

"Fabian mana?" tanyaku pura-pura kecarian padahal berharap Fabian pergi dan tidak akan kembali.

"Dia ke kamar mandi. Kamu asyik banget dengan hape kamu dari tadi." Kezia melirik hapeku, ah. Itu, aku sedang asyik melihat Mila bersih-bersih kayak inem pelayan sexy.

"Lagi liat kerjaan aja," jawabku tersenyum lalu memadamkan layar ponselku.

"Kirain nonton film dewasa... abis kamu senyum-senyum gitu," ujar Kezia, aku suka wajah Kezia yang kesal dan manja. Terlihat menggemaskan untukku. Aku suka dia, dan ingin menjadikannya istri yang sah. Menjadikannya teman hidupku hingga tua nanti.

Di saat aku merasa sedih dan sendiri, hanya Kezia yang dapat menemani. Dia adalah matahari bagiku yang menyinari hidupku. Kezia memberikan dampak positif, memiliki perspektif unik karena dia menyaksikan berbagai momen paling memalukan dan tahu membuatku tersenyum. Kesalahanku adalah pergi ke club malam bersama Fabian dulu hampir tiap malam, tapi kenapa hanya padaku dia marah. Sedangkan Fabian, dia tetap dengan perasaannya.

Bukan istri bayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang