Bab 30 Magnet

6.4K 359 0
                                    

Mila menatap kosong ke arah Fabian yang berdiri di tengah-tengah kelas bak dosen profesional padahal dia hanya mengulang pelajaran yang kemarin dia jelaskan. Dia hanya bermodalkan wajah tampan yang membuat para murid betah berlama-lama menghabiskan waktu mereka di kelas Fabian.

Dari gayanya Fabian seperti laki-laki kaya yang ingin diakui keberadaanya. Seorang pengusaha muda yang sukses dan ingin menyombongkan diri, terlihat jelas di sela-sela ucapannya selalu tersisip tentang cerita perjalanan karirnya.

Semua orang mendengarnya di bangku dengan tatapan antusias, pasti mereka juga ingin menjadi pengusaha sukses. Sedangkan Mila duduk menopang dagu dengan tangannya, dia seperti puzzle yang berantakan. Segigih apa pun dia ingin mempertahankan pernikahannya dia harus sadar tidak ada secercah harapan selama Kezia ada di pikiran Alister.

Hari-harinya bagaikan menunggu kiamat yang akan mendatanginya. Kehadirannya hanya sebagai pencapai organisme oleh laki-laki itu, di telinganya Alister akan membisikan kata-kata mesum jika dia mencapai klimaks yang akan mengocok-ngocok perutnya hingga Mila pun mengerang hebat. Hingga ia kadang berada di titik dia pun membutuhkan itu saat bersama Alister.

Ruangan itu hening, yang terdengar hanya suara Fabian dan deting jam dinding.

"HEH BITCH!!" Wanita kesayangan Mas Alister-- Kezia berdiri di ambang pintu. Melihat Mila yang duduk di bangku depan barisan kedua. "Pelacur juga kuliah ternyata," wanita itu terkekeh dengan wajah menghina. Membuat seluruh penghuni ruangan mendengar ucapan Kezia.

Suara bisik-bisik bersahutan di kelas terdengar sambil melirik ke arah Mila. Lalu Kezia melangkah menuju meja Mila. "Kamu pikir bisa lepas setelah menjebak tunangan aku untuk membuat kamu hamil!" Suara Kezia meledak-ledak.

"Mbak-- kenapa ngomongnya kasar begitu?"

Fabian mendekat untuk menenangkan Kezia. "Zia kamu apa-apaan sih?" Bentak Fabian keras. "Gak malu kamu buat keributan di sini?"

"Kamu belum tahu Bian? Salah satu anak murid kamu ini adalah pelacur. Dia itu merayu Ali biar nikahin dia. Dan sekarang apa, dia hamil dan pengen Alister terus sama dia." Kezia terus nyerocos. Kezia terus berkata kasar pada Mila, cemburu membuatnya menjadi wanita yang menakutkan.

Wajah Kezia sangat menyeramkan melihat Mila yang berdiri canggung seakan gadis itu telah merebut miliknya.

"Tentu saja Alister tiap malam di kamar kamu, menyentuh kamu. Karena kamu menggoda dia, kan? Tiap malam kamu pasti berpakaian sexy... laki-laki mana yang gak tergoda!" Kata-kata Kezia bercampur dengan garam, membuat luka Mila semakin perih. Mila tetap bertahan di sana, karena kakinya pun tidak bisa bergerak sangking lemas.

Alister mencintai Kezia, bahkan Alister menyuruhnya menggugurkan kandungan ini. Mila sadar tidak ada tempat baginya di hati Alister, cepat atau lambat dia juga harus pergi dari kehidupan Alister.

Kezia mendorong bahu Mila kuat, dia tertawa sinis. "Aku tau kamu hanya membutuhkan uang Alister, kan? Ngomong berapa yang kamu mau aku kasih berkali lipat." Ucapnya pada wanita yang sudah pucat wajahnya.

"Aku gak seperti itu Mbak!" Mila balas menatap Kezia yang memandangnya dengan hina. Kezia malah menyeringai dingin, seakan kata-kata Mila hanya untuk menutupi wajah pelacurnya.

"Dasar pelacur! Pelacur ya tetap aja pelacur," kata Kezia dengan arogan. "Kamu pikir bisa lepas dari aku! Bahkan tanpa diceraikan Alister aku akan membuat hidup kamu menderita."

Fabian menanggapi. "Kamu jangan asal ngomong Zia. Ini kampus bukan butik kamu. Jangan bikin Mila jadi tontonan dong!"

"Otak kamu juga kayaknya udah dicuci sama pelacur ini, ya?" Sorot mata Kezia menajam pada Fabian. "Atau kamu juga udah makek dia?" Kezia tidak akan terima Mila membuat kedua laki-laki terdekatnya bertekuk lutut pada gadis itu.

Bukan istri bayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang