Bab 45 Satu malam

10.6K 273 18
                                    

Pov Alister.

"Tunggu, aku benar-benar lelah." Suaranya tersengal-sengal, dia sedikit berbungkuk menarik nafas. Aku benar-benar tidak tahu apa yang merasukiku hingga mengikuti Mila bermain kejar-kejaran. Awalnya aku hanya ingin mengerjainya. Tapi hasratku sebagai pria keluar--sudah lama aku memendam ini. Kakinya yang jenjang itu memakai dress di atas lutut. Aku masih ingat betapa mulus punya kamu, Mila.

Aku tidak pernah membawa wanita manapun ke ranjangku setelah kepergian Mila. Dan kalian tahu betapa tersiksanya diriku hidup dipenuhi bayang-bayang Mila setiap malam. Aku mungkin bisa gila jika tidak mendapatkannya.

Aku menggeser sofa ke samping menempelkan pada dinding hingga tak ada jalan untuknya keluar. Tanganku sudah bergerak membuka kancing kemeja hingga habis lalu melepasnya. Tiba-tiba Mila naik ke atas sofa lalu loncat seperti tupai.

"Bisa jatuh kamu kayak gitu," kataku takut dia terluka.

"Aku berteriak kalo kamu terus maju."

Sampai matipun aku maunya kamu. "Ini pilihan kamu... Aku gak bisa lagi menahan diri. Aku mau kamu, sayang. Malam ini. Aku gak akan marah kalau kamu teriak. Lalu, semua orang datang. Mukulin aku karna di sangka yang bukan-bukan. Terus mereka bawa aku ke kantor polisi dan aku dipenjara seumur hidup." Aku yakin Mila tidak akan tega membuatku di penjara. Yang benar saja penjara seumur hidup?

Tapi, itu semua untuk mendapatkan Mila kembali.

Berhari-hari aku mengikuti dia, melihat dia sama laki-laki lain. Bayangin gimana aku sangat tersiksa. Diantara semua perempuan cuma sama dia aku tidak akan tahan tidak menyentuhnya. Aku pengen memeluknya, meraba, sambil ciumin bibirnya.

Dia menelan saliva. "Seumur hidup?" ulangnya.

Aku mengangguk melihat kepolosannya. Dan saat dia lengah aku menyentuh bibirnya lembut. "Seumur hidup aku gak bisa lepasin kamu." Aku merindukan rasa ini sangat. Bibir kami saling bertautan, aku menyentuhnya dengan lembut. Aku menarik lehernya untuk memperdalam lumatan. Tangan kananku meremas pinggulnya. Aku semakin gila merasakan gairahku. Tiba-tiba dia mendorong dadaku untuk menjauh.

"Tolong jangan begini." Dia memohon dengan nafas tak beraturan. Tapi aku malah mengangkat tubuhnya yang mungil kepangkuanku. Menempelkan kembali bibir kami yang sempat terlepas sambil berjalan ke arah kamarnya.

"Aku nginap di sini ya?" suaraku memelas. Aku menciumi pipinya, kelopak matanya, lalu menempelkan hidungku pada hidungnya. Hingga bibir kami dekat. "Kamu semakin cantik, Mila. Aku suka." Kalau malam ini aku tidak bisa mendapatkannya. Jangan sebut namaku Alister Bagaskara.

Aroma vanila Mila memenuhi penciumanku, bibirku berlama-lama di ceruk lehernya. Nafasku berhenti, kepalaku terangkat melihat wajahnya. "Kamu sayang kan sama aku? Perasaan kamu belum hilang kan?" ucapanku berhati-hati agar dia tidak salah paham.

"Kita gak bisa gini, Mas." Suaranya parau. Dan ini yang aku tunggu 'Mas' sudah lama aku tidak mendengar dia memanggilku seperti itu. Rona merah muncul di kulit Mila yang putih mulus. Kedua tangannya melingkar di leherku.

"Kembali sama aku Mila, aku janji akan menggantikan semua kesakitan kamu dengan kebahagiaan. Seluruh hidupku cuma buat kamu." Aku membuka pintu kamar dengan satu tangan. Dia terkejut mengerti apa yang akan terjadi setelah ini.

Lalu membaringkan dia di atas tempat tidur berukuran kecil, spray berwarna cream sangat kontras dengan warna kulitnya. Nafasku menderu menatap wajahnya, tidak menyangka ini akan terjadi lagi--aku merindukan belaiannya. Wajahnya yang malu-malu, dan suara desahannya yang semakin membuatku gila.

"Kalau kamu maksa. Aku bersumpah akan menggigit lidahku sampai putus." Dia memalingkan wajahnya menutupi pipinya yang merona sekaligus marah.

Tanganku membelai rambutnya lembut. Lalu berbisik. "Aku punya rahasia, mau dengar?" Mila bergerak ragu menatapku. "Saat itu--waktu kamu memberikan surat cerai. Aku belum menandatanganinya." Tanganku bergerak menurunkan resleting dress hingga ke bawah dan terlepas. "Jadi aku masih berhak untuk ini kan?" Pintaku, memuja bagian tubuhnya yang terdedah.

Bukan istri bayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang