Bab 20 Tak Terduga

6.3K 374 1
                                    


POV: Mila.

"Kamu pulang akhirnya."

Bukan Mas Alister yang menungguku di rumah tapi wanita berambut pirang lurus ini. Dari nada suaranya tidak ada keramahan, yeah... dari awal juga dia memang tidak ramah padaku.

"Maaf Mbak, aku tadi pergi gak ngasih tahu." Ucapku. Kezia masih menatapku dengan tatapan yang tidak suka. Entah, aku melihat dia seperti jijik padaku.

"Sebaiknya kamu menjauh dari Alister, jalang sialan!"

Aku terkejut mendengar ucapan kasar dan penuh kebencian yang keluar dari mulut Kezia. Ternyata pendidikan tidak menjamin perilaku orang. Mungkin Mas Alister sudah menceritakan tentang dia membeliku dari club malam. Aku hanya perempuan yang melakukan apa pun perintah Mas Alister agar bebas dari tempat maksiat itu.

"Mbak--"

"Aku ingat siapa kamu, Mila! Perempuan yang bersama kamu itu pelacur, bukan? Kamu sama teman kamu itu suka menjebak laki-laki supaya kehidupan finansial kalian tercukupkan, begitu?"

"Wanita malam seperti kalian berharap status sosial berubah dengan mengencani laki-laki kaya raya."

Aku tertegun, bahkan untuk membalikkan badan aku tak sanggup. Air mataku menetes begitu saja. "Gak usah pakek air mata buaya kamu! Cepat angkat kaki dari sini, bawa barang-barang kamu keluar dari rumah Alister. Sekarang juga!" Kezia bersedekap dada menatapku sinis.

"Aku gak bisa Mbak ninggalin Mas Alister. Dia yang harus melepaskan aku." Aku tahu Kezia membenciku, aku juga tidak mau mengganggu hubungan mereka. Tapi, bagaimanapun juga Alister masih suamiku. Dia telah menghabiskan banyak uangnya untuk mengeluarkan aku dari sana.

Wajah Kezia merah padam. Dia berjalan ke arah bar kecil sudut apartemen ini, lalu mengambil minuman wine di lemari. Aku hanya berdiri di depannya tanpa berani melangkah kemanapun. Seakan dialah si istri yang punya rumah ini.

"Bagaimana caranya seumuran kamu sudah pintar merayu laki-laki?" senyum sinis terukir di sudut bibirnya. "Apa yang kamu lakukan di ranjang bersama Ali?" Seolah-olah aku ini wanita paling menjijikkan. Apakah aku harus memberitahu Kezia bahwa aku dan Mas Alister sudah menikah.

"Mbak, aku bukan wanita seperti itu."

"Tutup mulut kotormu, jalang!" Kezia mengguyur wajahku dengan wine yang ia pegang. "Kamu kira aku gak tahu wanita seperti apa kalian!" teriaknya histeris, kedua alisnya naik ke atas. Aku mundur, menahan perih mataku.

Kemana Mas Alister? Dia yang bisa menghentikan kegilaan ini. Aku menunduk, kedua tanganku menyatu dibawah. Kepalaku sakit menahan tangis.

"Asal kamu tahu, aku sudah memfoto baju-baju kamu. Kita lihat aja gimana tanggapan keluarga Ali tahu ada wanita pelacur tinggal serumah dengan cucunya."

Aku tercekat menatap Kezia, apa yang sedang ia rencanakan? Kezia tersenyum penuh kemenangan. "Kita lihat apa wanita pelacur berkedok wanita kampung seperti kamu masih bisa bertahan di sini. Atau keluarga Ali akan menggeret kamu ke jalanan. You know what? Nenek dia paling benci wanita jalang seperti kamu."

"Mbak, apa sebenarnya yang Mbak ingin lakukan? Tolong Mbak jangan aneh-aneh." Aku memberanikan diri mencekal tangannya.

"Mila? Ada apa ini?" suara bariton di belakang mengagetkanku, tiba-tiba seseorang melepaskan tanganku dari lengan Kezia. Bisa kulihat mata Mas Alister menatapku penuh tanda tanya. "Kenapa baju kamu basah?"

"Aku yang mengguyur dia pakai wine, Al. Kamu tahu apa yang dia katakan padaku? Kalian satu kamar, dia bilang kamu setiap malam mengajaknya tidur diranjang kamu." suara Kezia memelas dengan nada tinggi, dia terisak. Oh Tuhan, Kezia berbohong. Aku tidak pernah mengatakan itu. Aku menggeleng pada Mas Alister, berharap dia mempercayaiku.

Bukan istri bayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang