Bab 16 Firma hukum

6K 342 0
                                    

Tiba-tiba suara musik terdengar menakutkan. Pemandangan sekitar gelap, di depannya tampak bayangan yang bergentayangan memekik seperti suara kuntilanak. Wanita itu merasa bulu kudunya merinding sekarang. Dia merapatkan tubuhnya mendekati Alister, satu tangannya sudah menutupi matanya tapi karena penasaran sesekali Mila membuka matanya

"AHHHH..." Mila melompat ke pangkuan Alister spontan. Laki-laki itu membiarkan saja sambil menahan tawa. Ternyata Mila memang sepenakut ini.

Dia meletakkan tangannya di atas kepala Mila. "Ini cuma film Mila, jangan bikin malu." Kata Alister dengan suara beratnya.

"Tapi gelap Mas, aku takut. Bisa gak lampunya di hidupiin aja," bisik Mila masih dalam posisi di atas Alister. Dimana ada bioskop hidup lampu? Bener-bener kampungan banget.

"Ini bioskop, bukan di rumah kamu," balas Alister. Mila mengerjap-ngerjapkan matanya. "Turun kamu." Wanita itu tetap dengan posisinya. Sebenarnya dia suka melihat mimik Mila yang seperti ini, sangat lucu. Karena seorang Alister jarang sekali merasa geli seperti ini.

"Takut Mas, aku itu takut gelap, hujan. Sekarang nambah lagi film hantu. Tadinya cuma takut hantu aja."

"Emang dasar kamunya aja penakut."

Lupakan backsound mengerikan di layar itu. Sekarang posisi mereka sungguh berbahaya. Orang-orang di sebelah mereka pun tertawa geli. Sepasang suami-isteri itu pun menjalani adegan romantis dalam suasana ngeri. Alih-alih menonton Mila malah menatap wajah Alister yang sedang serius menonton.

"Mas ini film kenapa serem banget. Tadi katanya gak film horor?" Bisik Mila diselimuti rasa takut. Sedangkan Alister jadi ikutan tegang bukan karena filmnya tapi karena posisi mereka.

"Ssstt... Kamu diam aja, nanti semua jadi terganggu gara-gara kamu." Alister meletakkan jarinya di bibir Karmila. Membuat darah Mila berdesir sedetik. Waktu memesan Mila tidak memperhatikan tangan Alister yang mengarah pada film horor saat memesan tiket.

"Hantunya keluar tuh."

Suara tangisan perempuan membuat Mila tetap bertahan dengan duduknya. Bukan lagi menghadap layar, dia malah melihat ke belakang. Meletakkan dagunya di bahu suaminya. Tak lama lampu hidup, film pun berakhir. Orang-orang melirik mereka dengan bisik-bisik menggemaskan.

"Ayok kita pulang," karena pengunjung berdesak-desakan keluar. Alister tidak jadi menurunkan tubuh Mila. Dengan terpaksa menggendong Mila hingga keluar bioskop.

"Udah Mas, turunin. Aku bisa jalan sendiri," ucap Mila saat melihat orang-orang melihat ke arah mereka. Tapi sepertinya Alister tidak mau melepaskan Mila, menggendongnya seperti anak berumur 5 tahun.

"Pengantin baru ya?" ucap wanita tua melewati mereka.

Sadar posisi tak lazim, Alister pun menurunkan Mila. Membuat keduanya canggung. Alister meraih tangan Mila dan membawanya berjalan-jalan. Sekarang mereka makan di restoran mewah. Alister tahu ini pertama kali Mila datang ke tempat seperti ini. Wanita itu terlihat gugup tapi berusaha tenang.

Tempatnya sangat membuat Mila teruja, terletak di gedung paling atas. Pemandangan outdoor dapat merasakan suasana Jakarta dari atas. Gedung-gedung menjulang tinggi, awan-awan terlihat dekat di atas kepalanya. Wah... Mila mimpi apa bisa menikmati ini.

Setelah memesan makanan, beberapa menit kemudian pesanan mereka datang. Bermacam-macam makanan terhidang di meja. Ada steak, dan perpaduan chinese food dengan makanan Indonesia.

"Mas ini kok banyak banget?" tanya Mila melihat hidangan yang tersedia. Air liurnya seakan keluar melihat bentukan makanan itu.

"Iya. Biar berat badan kamu nambah. Gendong kamu kayak gendong anak kecil. Kurang gizi," ucap Alister menanggapi pertanyaan Mila. Itu adalah bentuk perhatian Alister sebenarnya.

Bukan istri bayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang