POV: Alister.
Kehebohan yang diciptakan nenek tua dan Tante rambut pirang ini akhirnya berakhir di ruang tamu.
Sejak tadi aku melipat tangan di depan dada, kami duduk berhadapan dengan ekpresi masing-masing. Nenek ini adalah ibu negara di keluarga kami. Dan wanita berpenampilan heboh itu adalah adik ayahku, sudah berkeluarga tapi masih bersembunyi dibawah ketiak ibunya.
Aku tidak tahu darimana mereka bisa tahu tentang Mila, dan yang lebih mengejutkanku adalah keadaan menjadi tenang setelah aku mengatakan wanita kampung itu sudah kunikahi agar tidak terjadi pembunuhan di apartemenku. Aku hanya cukup menceraikan Mila dan mengembalikannya ke kampung.
"Wow... penampilan kamu bener-bener norak ya," komentar Nandia terkekeh melihat pakaian Mila dengan rok panjang dan kaus polos, rambut diikat kuda.
Tante Nandia orang yang sangat fashionable dan sosialita, itu kenapa dia sangat cocok dengan Kezia yang juga pecinta fashion. Mereka satu frekuensi soal gaya. Sedangkan Mila yang malang wajahnya sembab dan ada bekas cakaran di lengannya, dan pemandangan yang aku yakin nenekku akan mengeluarkan aku dari kartu keluarga adalah bekas gigitanku di leher Mila yang terlihat jelas.
"Dia tidak buruk, matanya besar dan penuh seperti boneka barbie," gumam Nenek tanpa nada. "Itu asli? Bukan pakai softlens, kan?"
"Asli Mbah. Kata orang juga aku mirip boneka di kampung."
Aku melirik sebentar ke arah Mila yang duduk di karpet di bawahku, anak ini sudah kubilang duduk di atas malah tidak mau. Mata nenek tua itu melotot saat Mila menyebutnya Mbah.
"What's ever ya... Percuma muka cantik gak bisa dandan. Make-up yourself." Ujar Nandia sambil menyimpan rambutnya ke telinga. "Dan jangan panggil Mami dengan sebutan Mbah, di kira Mbah tukang jamu apa." Decaknya.
"Tidak apa. Panggil aku Mbah kalau kamu nyaman dengan sebutan itu." Mila tersenyum lebar mendengar itu. "Jadi apa pekerjaan kamu di club malam?" tanya nenek.
"Oma, aku keberatan dengan pertanyaan itu, lagipula semua sudah selesai," kataku menyela Nenek.
"Aku tuh ngepel, nyapu. Bersih-bersih lah Mbah di club tiap pagi. Terus pulang ke asrama masak buat mereka semua." Suara itu dari Mila. Dia tidak berbohong, walaupun aku sering mengatakan dia wanita malam tapi prilakunya mencerminkan wanita baik-baik.
"Jadi kamu gak melayani tamu di malam hari?" Nandia seperti tidak percaya atas pengakuan Mila, "Gak pernah berpenampilan sexy di sana?"
Tiba-tiba Mila melihatku, kemudian dia tersenyum pada Nandia. "Cuma sama Mas Alister Tante, itu juga karena dia mau nikah sama aku. Jadi aku cuma melayani dia tiap malam sampe subuh. Malah pernah dua hari gak keluar kamar cuma gituan aja. Iya toh, Mas?" Mila melihatku lagi.
Aku mengernyitkan hidungku. "Ya gak semua harus kamu ceritain lengkap Mila."
"Lhoo aku kan di tanya Mas, harus jujur sama orang tua." Setiap aku bicara nih anak pasti jawab aja.
"Iyalah tiap malam lembur. Siapa gitu yang tahan sama daun muda. Mana lagi bodynya bagus, mukanya licin gak pake make-up. Dalamnya pasti resit." Nandia berceloteh dengan wajah mengejek. Tangan nenek tua itu menoyor kepala Nandia.
"Kenapa kamu bicara terlalu vulgar di depan cucuku." Nenek mendengus. "Yang penting sekarang kita tahu mereka sudah menikah, bukan pasangan kumpul kebo yang berbuat zina. Jangan bicara asal lagi."
Aku tersenyum menampakkan sederet gigi putihku, nenek terlalu menyayangiku. Tidak ada di dunia ini yang bisa menggantikan posisiku di hatinya. Apa pun yang kuminta pasti dituruti, mungkin karena aku juga adalah anak yatim-piatu. Jadi dia menganggap aku adalah anaknya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan istri bayaran
Romance( Rate21+ ) Karmila, perempuan yatim piatu yang dijual oleh Omnya ke menjadi wanita penghibur, dia wanita yang kuat dan mandiri diusianya yang masih muda. Untuk menjaga kehormatannya dia rela melakukan apa pun. Alister Bagaskara, pengacara sukses y...