Bab 42 Model tas

6.4K 349 1
                                    

Alister sedang berada di kantornya, ini sudah dua Minggu berlalu semenjak pertemuannya dengan Mila kembali tapi hubungan mereka masih belum membaik. Mila tidak mau bicara dengannya, tidak mau mengangkat telponnya. Jika dia mengunjungi Mila di kantornya perempuan itu akan mengeluarkan kata-kata yang menusuk hatinya. Dan ini menyadarkan dirinya atas sikap kasarnya pada Mila dulu.

Segala sikap kasar Mila tak membuat Alister mundur, bahkan dia pernah sengaja menunggui di depan rumah Mila di mobilnya untuk meronda karena wanita itu tinggal sendirian membuat Alister cemas. Dia juga takut Mila menerima laki-laki lain ke rumahnya.

"Bagaimana Pak, apa Mila akan melepaskan tempat itu?" ucap Jovanka ketika dia memberikan berkas yang diminta Alister. "Pihak Anton Hartono terus menelpon saya menanyakan hal ini."

"Dia berubah, menjadi wanita keras kepala, Jo. Aku akan membuat dia keluar dari sana. Tempat perkampungan bagaimana bisa dia hidup di sana." Tak mudah menangani Mila yang sekarang, kepalanya terus memikirkan cara.

Jovanka pun merenung. "Apa anda akan kembali dengannya, Pak? Saya lihat dia semakin cantik, penampilan menarik. Yeah.. aku akui sifatnya sekarang mirip cat woman." Tangan Jovanka menutup mulutnya yang tertawa. Mengingat bagaimana kasar Mila memperlakukan bossnya ini.

"Tak akan ada yang bisa memilikinya kecuali, aku," tegas Alister, namun yang dikatakan Jovanka benar. Mila semakin bar-bar, melawan, dan suka menggigit. Alister menandatangani berkas lalu memberikan pada Jovanka. "Selagi aku gak ada tolong kamu urus yang di sini." Ucapnya.

Jovanka mengernyit, namun detik berikutnya dia sadar ruang Alister tak lagi beraroma tembakau dan alkohol. Dia pun sudah jarang melihat Alister tidur di kantornya.

"Baik Pak, saya mengerti. Oia, Nenek Anda berulangkali menelpon menanyakan kabar." Jovanka terdiam sejenak, ragu untuk melanjutkan.

"Dia bicara apa?" tanya Alister penasaran.

"A-apakah Anda masih hidup atau tidak," lanjut Jovanka, dia melihat Alister terkekeh sinis. Tentu saja semua akan berpikir apakah Alister masih bernafas karena kebiasaan buruknya itu. Minum, minum, dan minum. Bahkan lupa makan.

Akhirnya Alister berkata. "Aku akan membawa Mila mengunjunginya, aku tahu dia sangat merindukan Mila." Tapi dia butuh waktu, ya alasannya kalian pasti sudah tahu. Mila menghindarinya selalu.

Jovanka melihat kegigihan di mata Alister, jauh berbeda saat laki-laki itu ingin memperjuangkan Kezia dulu. Untuk Mila tidak ada keraguan dalam pengucapan Alister.

Jovanka mengangguk percaya. "Saya akan selalu mendoakan kalian Pak." Ucapnya lalu berlalu membawa kembali berkas yang sudah ditandatangani Alister

Tak ingin menunggu lama, Alister mengambil jas serta kunci mobilnya lalu dia pergi. Dia terus saja memikirkan Mila, hingga tidak bisa fokus pada apapun kecuali semuanya tentang Mila.

🌹🌹🌹

"Lona... Gimana sih kamu? Kamu kan tahu proyek ini sangat penting. Berapa banyak yang sudah kita keluarin untuk proyek ini!" bentak Mila. Dia memicit keningnya sambil mundar-mandir. "Kamu gak pernah serius kalo kerja. Lihat sekarang gimana cara kita ngirim gambar yang baru? Waktunya gak keburu!"

"Maaf Mila aku gak sengaja delete semuanya," jawab Alona masam. Meira yang berdiri di dekat mereka menundukkan kepala juga. Suara Mila menggema keseluruh ruangan membuat siapa pun yang mendengar pasti kaget.

"Buang-buang waktu memarahi mereka, lebih baik kalian mengambil ulang foto-fotonya," suara Alister dari ambang pintu. Lalu dia masuk tanpa meminta izin, sepertinya dia mulai terbiasa dengan tempat kumuh ini.

Bukan istri bayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang