Bab 18 Bertiga

5.9K 348 1
                                    

POV: Alister.


"Ini berkas yang Bapa inginkan tentang Karmila." Jovanka menyodorkan map berwarna coklat. Aku hanya ingin tahu siapa wanita yang aku nikahi, kenapa dia selalu bermimpi buruk tiap kali hujan turun.

"Saya sudah mengirim orang untuk mendatangi Meira, dari informasi yang saya dapat dari Meira. Alamat sampai keluarganya sudah saya selidik, beberapa waktu yang lalu saya sendiri yang mengunjungi tempat tinggal Karmila."

"Good," Komentarku. Jovanka memang tidak pernah mengecewakanku.

Aku tidak tahan untuk segera membuka map itu. Terlihat foto sepasang suami-istri di tengah-tengah anak perempuan cantik, kutebak dia Karmila. Wajahnya tidak jauh berbeda dengan sekarang.

"Kedua orangtuanya sudah meninggal, Pak." Kata Jovanka, aku tersentak lalu mendongak melihat Jovanka. "Dia tinggal bersama Tante dan Omnya, merekalah yang menjual Karmila kepada pemilik club malam itu. Segala peninggalan orangtuanya telah dikuasai Tante dan Omnya."

Aku langsung ingin mengumpat, "Brengsek! Mereka pikir bisa lolos begitu saja." Aku berdiri membelakangi Jovanka. "Segera urus sampah-sampah itu."

"Maaf Pak, kalau boleh tahu apa hubungan anda dengan mereka?"

Aku membalikkan tubuhku melihat Jovanka. "Tugasmu hanya mencari tahu tentang mereka dan menjalankan perintahku. Lakukan yang kuperintahkan tanpa banyak bertanya."

Jovanka mengangguk, wajahnya masih terlihat bingung. "Baik Pak. Tapi ada yang perlu saya laporkan lagi, Karmila ternyata masih punya nenek yang sedang mencarinya. Tapi saya kesulitan untuk menemukan neneknya."

"Neneknya?"

"Iya Pak. Nenek dari pihak ibunya. Ayah dan ibunya bertemu saat mereka sama-sama kuliah di Jakarta, tapi ibunya hamil di luar nikah. Membuat ibunya terpisah dari keluarganya dan menetap dengan keluarga suaminya." Kata Jovanka, aku pikir tidak penting untuk tahu tentang silsilah keluarga Mila. Aku hanya ingin memberi pelajaran pada orang yang menyakiti Mila.

Aku duduk di bangku kerajaanku, menatap Jovanka. "Ingat informasi tentang Karmila jangan tersebar pada siapa pun. Wanita itu adalah urusanku."

"Sebenarnya dia siapa Pak?" Sepertinya Jovanka sangat penasaran. Yeah, aku jarang sekali menyuruhnya mencari informasi tentang wanita sedetail ini. Aku mengelus daguku yang sedikit berkumis, seakan menimbang apakah Jovanka harus tahu. Wanita ini adalah orang kepercayaanku, segala sesuatu tentangku dia pasti tahu.

"Dia--wanitaku." Aku menatapnya santai. "Tanpa sengaja aku menikahinya."

Mata Jovanka terbelalak, lalu menelan ludahnya. "Apa? Maaf Pak kalau saya lancang. Tapi bukankah wanita itu masih remaja, jauh di bawah anda umurnya." Kata Jovanka bernada, shit! Dia pikir aku pendofil? Karmila sudah cukup umur untuk menikah. Aku tidak ingin memperpanjang pembicaraan ini, bisa jadi nanti berdampak aku memecatnya.

"Kamu terlalu banyak komentar Jo... Tugasmu sekarang lebih privat karena dia adalah wanitaku, mengerti?" Jovanka mengangguk pelan, lalu ia keluar dari ruangan. Pasti pikiran wanita itu sudah bercabang kemana-mana. Dan sebentar lagi Jovanka akan tahu aku sudah melamar Kezia. Dia pekerja yang profesional sekaligus maha tahu. Tapi tidak masalah, dengan begitu dia bisa membantuku menyembunyikan Mila.

Saat aku memikirkan Mila, tiba-tiba ada rasa penasaran dengan kegiatannya hari ini. Sedang apa wanita itu, apakah dia pergi lagi bersama Meira? Aku mengambil ponsel, melihat layar cctv yang sengaja kubuat di rumah.

Mataku terbuka lebar, ada kejutan yang menantiku di rumah. Lebih tepatnya, Kezia yang akan terkejut melihat ada wanita di apartemenku. Selama ini Kezia tidak pernah ke tempatku, apa yang sedang dia lakukan di sana.

Bukan istri bayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang