Bab 13 Bermata diamond

6.4K 366 1
                                    


Hembusan nafas kasar terdengar. Kezia keluar dari taxi, kini dia sudah ada di bandara. Tangannya menarik koper memasuki bandara. Hari ini dia akan terbang ke Singapure tanpa ada yang mengantarkan. Keputusannya sudah bulat.

Kezia berjalan dengan elegan, penampilan yang modis jemarinya sudah di nail art. Wanita ini terlihat sosialita dan fashionable. Tapi wajah sendu terlihat di matanya. Seperti ada yang tertinggal yang membuatnya berat. Kezia menatap pada orang-orang yang disekelilingnya, tidak lama suara berbunyi.

PARA PENUMPANG YANG TERHORMAT
PESAWAT DENGAN NOMOR PENERBANGAN.

"Kamu gak mungkin datang kan, " Monolognya. "Stop Kezia, kamu gila malah ngarepin dia." Dia memakai kacamata-nya dan melangkahkan kakinya dengan pasti.

Nyatanya adalah Kezia menanti kedatangan Alister dibanding Fabian, dia telah menerima banyak cinta dan perhatian dari laki-laki itu. Dia berusaha keras melepaskan Alister, gengsi karena telah membuat laki-laki patah hati. Namun, pada saat dia diabaikan Alister Kezia merasa kehilangan.

Ketika ia baru memasuki pemeriksaan, suara seseorang terdengar.

"Ziaaaa...."

"Oh, my gosh... Sekarang aku malah denger suara dia." Kezia menggelengkan kepalanya, membuang jauh-jauh khayalannya.

"KEZIA!"

Kezia menampar pipinya pelan, ini bukan mimpi. Dia menghentikan langkahnya, dengan pelan dia melihat ke arah belakang.

"Alister..."

Walaupun dia memakai kacamata hitam bisa dipastikan itu adalah Alister Bagaskara, terdengar jelas karena suara itu hanya milik cowok tinggi, tegap berwajah tampan itu.

Alister melangkah mendekati Kezia dengan kemeja putih, dan rambut yang berantakan. Kalian sudah tahu apa yang dia lakukan dengan Fabian, dan Ali terburu-buru ke Bandara tanpa merapikan diri dulu.

"Al, kok kamu di sini?" tanya Kezia. Matanya berbinar menatap pria itu. Untung saja Kezia masih menahan diri untuk memeluk Alister.

"Please, Zia... Jangan pergi. "

"Gak Al. Gak ada lagi alesan aku tetap tinggal di sini." Kezia menatap lekat mata Alister, dia takut kehilangan pria itu suatu saat. Ditinggalkan Fabian sudah cukup membuatnya frustrasi. Kedua tangan Alister meraih tangan Kezia.


"Demi aku, Kezia." Ucapan itu membuat Kezia terpaku menatap wajah Alister yang tampak serius. "Apa gak bisa, demi aku?" Tiba-tiba kata-kata itu yang keluar. Kezia menggeleng pelan dengan senyum putus asa. Apakah ada masa depan untuk mereka? Kezia takut berharap, seperti dia berharap pada Fabian.

Alister merogoh sakunya dan mengeluarkan kotak kecil. Lalu mengangkat kotak itu di depan wajah Kezia. Gadis itu membuka kacamatanya tidak mengerti.

"Marry me, please... "

"Kamu melamar aku?" Kezia melotot sangking kagetnya. Alister manggut-manggut menyahuti pertanyaan itu. Ini benar-benar tidak pernah terbayangkan oleh Kezia.

"Wait... Kamu gila? Gak mungkin kita nikah tanpa rencana. Apalagi kita bukan pasangan kekasih." Perasaan Kezia campur aduk, tidak menyangka cowok kaki perempuan ini melamarnya.

Bukan istri bayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang