Malam itu Gara berusaha memejamkan matanya. Namun pesan yang ia baca tadi terus terbayang-bayang dipikirannya. Rasa penasaran Gara sangat tinggi. Pasalnya, selama ini Deon tidak pernah menyembunyikan apapun darinya. Dari keempat sahabatnya, hanya Deon-lah yang terbuka kepadanya. Kali ini Gara merasa ada yang aneh dengan sahabatnya yang satu itu.
Gara melirik jam tangannya. Hampir jam 6 pagi dan dia belum bisa tidur. Terakhir ia tidur jam tiga subuh dan terbangun jam lima subuh. Penyebabnya cuma satu, rasa penasaran sekaligus curiga terhadap pesan itu menghantui pikiran Gara.
Gara mendudukkan tubuhnya. Dilihatnya teman-temannya yang tengah tertidur pulas di tempat tidurnya. Mungkin mereka lelah, dan Gara pun tak tega mengusirnya.
Gara membuang nafas berat. Kembali menidurkan badannya di sofa dengan kedua tangan sebagai bantalannya. Tatapannya menuju langit-langit kamar. Akhir-akhir ini, perasaan sedikit aneh setiap kali ingin meninggalkan Acha sendirian. Seperti ada orang yang berniat untuk mencelakai gadis itu, tapi Gara pun tak tau apakah perasaan itu benar atau tidak.
Kalaupun perasaannya benar, perkataan Galang tempo hari bisa menjadi penyebab ketidak enakan perasaannya. Clara muncul dan berniat untuk menghancurkan hubungannya. Cewe itu bekerja sama bersama seorang cowo yang tak lain adalah salah satu dari sahabatnya sendiri. Yang sampai sekarang belum Gara ketahui pasti siapa orangnya.
Gara memejamkan matanya. Terlalu rumit untuknya menghadapi masalahnya sendiri. Dari beribu-ribu masalah yang pernah menghampiri Gara, mungkin inilah yang membuat Gara begitu pusing memikirkannya. Pasalnya, masalahnya kali ini menyangkut hubungannya dengan gadis yang dia cintai.
Setiap ada masalah, pasti ada jalan keluarnya. Suatu saat, ia pasti bisa menemukan jalan keluar dari masalahnya. Hanya saja, perlu banyak waktu itu menemukannya.
Ceklek
Gara membuka matanya saat mendengar suara kenop pintu dibuka.
"Mau kemana lo?" Tanya Gara saat dilihatnya Deon sudah rapi dengan jaket kulit berwarna hitamnya.
Deon membalikkan tubuhnya. "Gue disuruh pulang sama nyokap."
Gara mendudukkan tubuhnya. "Sepagi ini?"
Deon mengangguk. "Gue cabut," pamit Deon. Setelahnya pergi keluar kamar dengan langkah yang sedikit terburu-buru.
Gara pun ikut berdiri. Mengambil hoodie nya dan menutup kepalanya menggunakan topi hoodie. Gara mengikuti Deon dari belakang. Dilihatnya Deon tengah berpamitan kepada kedua orang tuanya dan setelah itu berlari kecil keluar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acha Milik Gara [End]
Teen Fiction[PART DI PRIVAT ACAK. FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Udah berani nakal ya lo!" Gara memelototkan matanya. Acha meneguk salivanya susah payah dan nyengir. "Hehe, e-enggak lagi kok. Suer deh," Melihat tampang Gara yang begitu menyeramkan, mampu membu...