Gara merangkul bahu Acha yang tampak bergetar. Sedari tadi gadis itu tak kunjung menghentikan tangisannya. Gara pun sudah berulang kali mengingatkan agar Acha tak perlu nangis, namun gadis itu tetap tak mau mendengarkan.
Gara memandangi gundukan tanah didepannya. Dengan hati yang bercampur aduk, antara sedih atau senang. Gara tak tau harus seperti apa. Dia sedih, sahabat kecilnya pergi untuk selama-lamanya. Dan disisi lain, dia senang, karna tak ada yang bisa mengganggu hubungannya dengan Acha lagi.
"Ca, udah. Lo dari tadi nangis mulu. Nggak malu diliatin orang?" Tanya Gara. Padahal Acha bukan siapa-siapa Clara, bahkan selama ini Clara selalu berniat jahat kepada Acha. Namun gadis itu tidak dendam sama sekali. Bahkan Acha turut merasa kehilangan atas meninggalnya Clara.
"Kak Gara hiks.. I-ini beneran? Ng-nggak bohong kan kak? Cla-Clara.." tangis Acha kembali pecah. Gara menarik Acha dalam pelukannya. Menenangkan gadis itu.
"Udah Ca. Lo ngapain nangis sih? Bukannya dia selalu jahat sama lo?" Tanya Gara. Tangannya terus mengusap punggung Acha.
Acha mengelap ingusnya menggunakan baju Gara. "Tap-tapi Acha udah anggap Clara... hiks.. teman Acha kak.. hiks.."
"Udah, cup cup. Jangan nangis lagi."
Acha menarik ingusnya dalam-dalam. "Kak Gara, Acha mau ngomong sesuatu sama Clara dulu boleh?" Tanya Acha.
Gara mengangguk. "Ya udah,"
Acha jongkok. Ia memegang batu nisan bertulisan :
Clara Alexandria
Binti
Samuel Alexander
Lahir : 16 Januari 2003
Wafat : 02 Februari 2021Acha tersenyum. "Clara baik-baik disana ya. Clara jangan khawatir, Acha udah maafin Clara. Acha nanti bakalan doa sama Allah supaya Clara masuk surga." Ucapnya. Ia menoleh kebelakang. Dimana Gara tengah menatapnya dengan kedua tangan dilipat didepan dada. "Kak Gara juga udah maafin Clara kok. Ya nggak kak?" Tanya Acha kepada Gara.
Gara hanya mengangguk. "Hm,"
"Jawabnya yang bener dong!"
Gara terkikik geli. Ikut jongkok disamping Acha. "Insyaallah."
Acha tersenyum lega. "Acha udah siap nih. Kak Gara nggak mau ngomong apa sama Clara?"
"Udah?" Tanya Gara. Acha menganggukkan kepalanya.
"Acha tunggu disana. Kak Gara ngomong dulu aja sama Clara," Acha bangkit. Ia berjalan menjauh. Membiarkan Gara mengobrol dengan Clara yang sudah masuk kedalam gundukan tanah.
Gara menghembuskan nafasnya. "Gue nggak tau harus seneng atau sedih." ucap Gara dengan sorot mata teduh.
"Asal lo tau, sampai sekarang gue belum bisa nerima perbuatan yang udah lo lakuin ke Acha dulu. Tapi setelah ngelihat lo susah payah berjuang demi ngelawan penyakit yang lo derita, buat gue mau nggak mau kasihan sama lo Clar. Bohong kalau gue nggak peduli sama lo. Gue jelas peduli. Lo sahabat gue, mau gimana pun, lo tetap sahabat kecil gue. Tapi cara lo buat ngehancurin hubungan gue sama Acha itu nggak masuk akal Clar." Gara menjeda ucapannya. Menghembuskan nafas untuk kesekian kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acha Milik Gara [End]
Teen Fiction[PART DI PRIVAT ACAK. FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Udah berani nakal ya lo!" Gara memelototkan matanya. Acha meneguk salivanya susah payah dan nyengir. "Hehe, e-enggak lagi kok. Suer deh," Melihat tampang Gara yang begitu menyeramkan, mampu membu...