Hari ini adalah hari keberangkatan Gara ke negeri paman Sam. Andai saja Acha bisa memperlambat waktu, ia akan melakukan itu. Namun sayang seribu sayang, semuanya hanyalah sebuah keinginan semata dan tidak akan bisa terwujud.
Acha duduk di tepi kasur Gara. Ia memperhatikan Gara yang tengah asik memasukkan baju kedalam koper. Setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Dengan cepat Acha hapus dan digantikan dengan senyum yang tampak dipaksakan.
Acha nggak boleh nangis. Acha kuat. Acha strong. Batin Acha.
"Kak Gara." Panggil Acha berjalan kearah Gara.
"Hm, kenapa?" Jawab Gara dengan salah satu alis terangkat. Acha berjongkok didepan Gara dan merentangkan tangannya. "Peluk Acha dong," titah Acha.
Gara tersenyum. Ia menutup kopernya terlebih dahulu, dan berdiri mengangkat tubuh Acha. Menggendong gadis itu seperti koala. Gara berjalan kearah kasur. Duduk di pinggir kasur dengan kedua mata masih menatap Acha yang tengah asik bersandar pada bahunya.
Berat baginya untuk meninggalkan gadis yang selalu menemaninya kurang lebih 1 tahun ini. Walau terbilang masih sebentar, namun Gara sangat menyayangi Acha layaknya orang yang sudah lama bertemu.
Prinsip Gara, kalau ada orang yang membuatnya nyaman, ia tidak akan melepaskan orang itu dan menjaganya semampu dia bisa.
Namun ia tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan yang ia tunggu-tunggu dari dulu begitu saja. Menempuh pendidikan di negeri paman Sam adalah salah satu impiannya sejak kecil.
Acha mengangkat kepalanya dan berhadapan dengan wajah Gara. Kedua tangannya masih melingkar sempurna di leher Gara. Ia menatap Gara dengan raut wajah suram. Seakan sulit baginya untuk melepaskan Gara. "Kak Gara beneran jadi pergi?" Tanya Acha entah untuk ke berapa kalinya.
Gara menyingkirkan helai-helai rambut yang menutup wajah Acha. Menyelipkannya kebelakang telinga gadis itu sambil berkata. "Hari ini terhitung lebih dari 50 kali lo nanya hal ini ke gue. Nggak bosen, hm?"
Acha menggeleng. Kembali menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Gara. Gara mengusap lembut punggung Acha. "Lo harus percaya sama gue Ca. Gue akan pulang setelah impian gue terwujud. Gue cuma minta satu, jangan berubah. Baik itu hati maupun sikap lo. Gue terlanjur nyaman dengan Acha yang sekarang," ucap Gara. Ia tersenyum simpul.
Acha mengangguk kecil.
Gara mengangkat kepala Acha. Menangkup kedua pipi gadis itu menggunakan tangannya. Mengusap lembut air mata yang mengalir di kedua pipi Acha menggunakan ibu jarinya. "Hey, jangan nangis. Katanya Acha nggak akan nangis kok. Acha 'kan kuat, hehe. Kok sekarang nangis sih?"
Acha dengan cepat mengusap kasar pipinya dan mengedipkan mata beberapa kali. "Enggak kok enggak. Siapa yang nangis? Orang mata Acha tadi kelilipan," sanggah Acha. Padahal jelas-jelas tidak ada debu yang masuk kedalam matanya. Itu hanya alibi Acha semata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acha Milik Gara [End]
Teen Fiction[PART DI PRIVAT ACAK. FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Udah berani nakal ya lo!" Gara memelototkan matanya. Acha meneguk salivanya susah payah dan nyengir. "Hehe, e-enggak lagi kok. Suer deh," Melihat tampang Gara yang begitu menyeramkan, mampu membu...