2 bulan kemudian
Cowo dengan balutan jaket kulit berwarna hitam dengan kaos putih didalamnya dan menggenakan jelana jins panjang berwarna hitam itu tengah menuruni tangga dengan langkah terburu-buru. Sebelah tangannya memutar-mutar kunci mobil dan berjalan menuju ruang keluarga.
"Mau kemana sayang?" Tanya Clarissa saat melihat putranya sudah rapi.
"Mau ngajak Acha jalan-jalan ma," jawab Gara, lalu menciumi punggung tangan Clarissa, kemudian Bara.
"Hati-hati kamu bawa mobilnya. Jangan ngebut. Papa nggak mau liat calon menantu papa lecet sedikit pun," pesan Bara.
Clarissa mencubit lengan suaminya pelan, lantas terkekeh geli.
"Anak papa sama mama itu sebenarnya Gara atau Acha sih?" Kesal Gara.
"Dasar baperan," cibir Bara.
Gara mendengus malas. "Ya udah Gara pergi dulu. Assalamualaikum," pamit Gara, kemudian berjalan keluar rumah.
"Wa'alaikumsalam,"
"Mas," panggil Clarissa. Membuat Bara menoleh.
"Kenapa ma?"
"Nggak kerasa ya, Gara udah besar. Bentar lagi udah mau nikah," kekeh Clarissa. Matanya melihat sebuah foto masa kecil Gara yang berada di dinding rumah.
"Namanya juga anak. Kita berkewajiban membesarkannya sampai dia sukses. Setelah sukses, giliran calon istrinya yang akan mengurusnya sampai dia tua."
"Tapi mama belum siap pisah sama Gara pa," lirih Clarissa. Dia menundukkan kepalanya.
Bara mengusap punggung istrinya. "Mau nggak mau, kita harus bisa pisah sama Gara ma. Kita hanya mencoba mengikhlaskan. Kan mama masih ada papa yang selalu jagain mama," Goda Bara yang langsung mendapatkan cubitan keras di perutnya.
****
Gara duduk di kap mobilnya. Menunggu Acha yang tengah bersiap-siap didalam rumah. Tadinya Vania menyuruhnya masuk, namun Gara menolaknya. Katanya ia ingin menunggu diluar sambil menghirup udara segar.
Gara melirik jam tangannya. Sudah hampir 20 menit dan gadis itu belum juga keluar. Berdecak, Gara merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel berlogo apel di gigit, dan menempelkannya ke telinga.
"Buru turun. Lama banget sih, keburu di gigit nyamuk nih gue."
"Iya iya ish. Ini Acha lagi make sepatu. Sabar dikit napa,"
"Ck, buru!"
Gara mematikan sambungan teleponnya. Setelah menunggu kurang lebih 5 menit, Acha akhirnya keluar dengan wajah cemberut. Gara menatap Acha tak berkedip. Gadis itu...terlihat sangat cantik hari ini. Entahlah, semakin hari, Acha semakin terlihat cantik di matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acha Milik Gara [End]
Teen Fiction[PART DI PRIVAT ACAK. FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Udah berani nakal ya lo!" Gara memelototkan matanya. Acha meneguk salivanya susah payah dan nyengir. "Hehe, e-enggak lagi kok. Suer deh," Melihat tampang Gara yang begitu menyeramkan, mampu membu...