[PART DI PRIVAT ACAK. FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA]
"Udah berani nakal ya lo!" Gara memelototkan matanya.
Acha meneguk salivanya susah payah dan nyengir. "Hehe, e-enggak lagi kok. Suer deh,"
Melihat tampang Gara yang begitu menyeramkan, mampu membu...
"Kelepasan kelepasan, entar anu lo yang lepas baru tau rasa,"
Stefan mendelik. "Nggak punya anak dong gue?"
Ariel mengangkat kedua bahunya.
Plak
"Sembarangan!"
Ariel mengusap sebelah pipinya akibat tamparan Stefan yang nggak nangung-nangung. Poor Ariel!
"Minggu depan bareng ke gereja bisa kali Yam, lo 'kan bawa mobil." Ucap Deon. Berjalan kearah meja dan menarik kursi. Duduk disamping Gara.
Liam memasang wajah lempeng. Ikut duduk disamping Deon. "Ogah! Pergi sendiri,"
Deon mengerucutkan bibir kesal. "Pelit amat lo,"
"Jangan mau Yam, bisa nggak konsen ibadah kalau deket manusia modelan dakjalkek dia!" Kompor Ariel.
"Heh! Dakjal-dakjal, gue liat tt katanya nggak boleh sebut dakjal ke temen. Dosa!"
"Dih tau apa lo tentang dosa?"
Deon mendengus sabar. Oke, orang ganteng harus sabar. Nggak boleh emosi.
"Serah lo deh Riel,"
Ariel tersenyum senang. Baru kali ini Deon kalah debat dengannya. Biasanya, cowo itu selalu membalas ucapannya. Dan ujung-ujungnya, pasti dia yang akan kalah.
Liam geleng-geleng kepala. "Lo! Kapan mau ibadah? Bolos terus kerjaan lo," tuding Liam pada Stefan yang tampak diam saja.
Stefan nyengir. "Tenang Yam, minggu depan gue ke Gereja. Nggak bakal bolos lagi,"
Liam menatap malas Stefan. "Gaya lo nggak bolos. Paling sekali dua kali, habis itu bolos lagi."
"Lo Yam, kalau ngomong suka....bener..hehe,"
Liam memutar bola mata malas. Bukan apa-apa, Stefan ini modelan orang yang ibadah cuma hanya di hari-hari besar saja. Selain itu mah nggak masuk. Alasannya bermacam ragam. Entah itu mules, pusing, dan berbagai macam alasan yang tidak masuk akal lainnya.