Clara memasuki kediaman rumahnya. Ia menghempaskan badannya di sofa ruang tamu. Ia hanya tinggal berdua dengan abangnya, Arga. Arga kini tengah menempuh pendidikan di universitas Australia. Menyempatkan pulang ke Indonesia 3 kali setahun. Itupun sekali pulangnya hanya bisa dua minggu. Bahkan kurang.
Clara termasuk anak broken home. Mamanya meninggal dua tahun yang lalu, sedangkan papanya sudah memiliki istri dan mereka kini tinggal di Belanda. Papa Clara tidak pernah mempedulikan kedua anaknya. Ia sibuk dengan bisnis dan keluarga barunya.
Clara menghembuskan nafasnya, sisa tangisan tadi masih berjejak di kedua pipinya. Bahkan kedua matanya tampak sembab.
"Dari mana aja?" Tanya seorang laki-laki sambil berjalan ke arah Clara.
"Sekolah," jawab Clara singkat.
"Habis nangis?" Tanya Arga lantas duduk di samping Clara.
Clara membuka matanya, menolehkan kepalanya kesamping. "Segitu jelas kah?"
Arga mengangguk. "Mata lo udah kaya digigit semut gitu,"
Clara membuang nafas berat. "Oh,"
Arga tersenyum simpul. Clara memang seperti itu. Lebih tepatnya semenjak ia kehilangan seorang lelaki yang Arga tau, teman masa kecil Clara.
Arga meraih pergelangan tangan Clara yang tampak memerah. "Ini kenapa?" Tanya Arga.
Clara menarik tangannya cepat-cepat. Menyembunyikan tangannya dibelakang. "Apaan sih, nggak usah kepo deh."
"Nanya doang elah,"
Clara memutar bola matanya. "Nggak usah sok peduli."
"Gue abang lo ini,"
"Siapa bilang? Lo kan musuh gue."
"Yaudah kalau gitu," Arga beranjak dari tempat duduknya. Namun cepat-cepat Clara menahannya.
"Mau kemana?" Tanya Clara.
Arga menolehkan kepalanya. Tersenyum miring, "Katanya musuh,"
Clara merotasikan matanya kemudian berdecak. "Tau ah," Clara kembali menarik tangannya dan melipatnya didepan dada.
"Cerita jangan?"
"Nggak,"
"Lo kenapa hm?" Tanya Arga lembut. Dia tau adiknya ini seorang yang lemah. Ia tau, Clara menyembunyikan sesuatu darinya.
Tatapan mata Clara meredup. Matanya seketika berkaca-kaca. Lalu, gadis itu memeluk kakaknya erat. Hingga isakannya terdengar oleh telinga Arga.
Arga menundukkan kepalanya. Ia melepaskan tangan Clara yang melingkari pinggangnya, merangkul kedua bahu Clara. "Cerita sama gue, lo kenapa?"
Clara menghapus air matanya menggunakan tangan. Dia menarik nafas dalam-dalam. Mungkin kini saatnya menceritakan semuanya kepada Arga, agar pikirannya sedikit lebih tenang. Perlahan tapi pasti, Clara menceritakan semuanya. Arga pun mendengar cerita Clara dengan seksama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acha Milik Gara [End]
Teen Fiction[PART DI PRIVAT ACAK. FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Udah berani nakal ya lo!" Gara memelototkan matanya. Acha meneguk salivanya susah payah dan nyengir. "Hehe, e-enggak lagi kok. Suer deh," Melihat tampang Gara yang begitu menyeramkan, mampu membu...