29. Egois

528 79 19
                                    

Mataku tidak pernah berbohong, bahwa kamu adalah objek terindah yang pernah ku lihat.

Cemara kembali bernafas lega, ketika laki-laki itu sudah dalam keadaan yang lebih baik. Ia juga berhasil membujuk Oxy untuk kembali bersama tim mereka. Ya, meskipun tanpa bantuan Oxy pun mereka bisa memenangkan pertandingan itu, tetapi tetap saja Oxy harus berperan andil dengan teman-temannya.

Cemara memang tidak bisa mempercayai laki-laki itu sepenuhnya seperti dulu, namun juga tidak ada salahnya jika ia mencoba untuk mengikhlaskan semuanya yang sudah terjadi. Kesempatan selalu terbuka untuk orang-orang yang ingin berubah kan?

Cemara berjalan menuju perpustakaan, mengembalikan buku-buku sialan yang pernah dipinjamkan Alfa kepadanya. Memandang tebalnya halaman saja sudah membuat kepalanya pening, apalagi mempelajari seluruhnya? Tapi, memang ada benarnya, setelah ia belajar dengan laki-laki menyebalkan itu, nilai fisikanya sedikit membaik.

"Ara?" Baru saja Cemara membuka knop pintu itu, ia dikejutkan oleh Flawra yang kebetulan berpapasan dengannya.

"Bisa bicara sebentar?" Tanya Flawra lagi.

"Tunggu diluar, gue mau balikin buku dulu."

Flawra mengangguk, ia menunggu Cemara di bangku depan perpustakaan. Sebenarnya ia malas meladeni Flawra, tapi tidak ada salahnya juga. Lagi pula dia belum tau apa yang akan dibicarakan oleh Flawra.

"Ada apa?" Cemara ikut duduk di sebelah Flawra.

"Mmm, sebelumnya gue mau minta maaf sama lo soal yang kemarin. Gimana keadaan lo? Katanya lo sakit ya?"

"Gue udah ikhlas, dan seperti yang lo lihat sekarang, gue baik-baik aja. Dan gue nggak akan sakit kalau lo nggak lancang berduaan sama Oxy dikamarnya."

Flawra terhenyak mendengar jawaban dari Cemara, dirinya semakin merasa bersalah sudah merusak hubungan keduanya. Tapi, ia tak bisa menyalahkan perasaannya sendiri, ia sudah terlanjur jatuh hati pada Oxy. Ia juga ingin memperjuangkan cintanya untuk laki-laki itu.

"Gue cinta ra sama Oxy."

Sontak Cemara langsung memberikan tatapan tak suka pada Flawra, apa gunanya wanita ini meminta maaf padanya jika ujung-ujungnya ia malah berkata seperti itu?

"Sebelum lo hadir di kehidupan Oxy, dia selalu prioritasin gue. Dia nggak pernah ninggalin gue ra, dia selalu ada buat gue. Gue beruntung punya dia, dia itu kaya antiseptik buat gue. Dia obat di segala luka gue."

Flawra menjeda ucapannya, membalas tatapan Cemara dan menggenggam tangan gadis itu.

"Gue butuh Oxy ra, pernah kok gue nyoba nerima kenyataan kalau dunia Oxy sekarang bukan sepenuhnya buat gue lagi, tapi nyatanya nggak semudah itu ra. Gue cuma punya Oxy. Tolong lo ngertiin gue."

"Jadi, apa maksud lo?"

"Tolong izinin gue bersatu dengan Oxy. Lepasin dia buat gue ra." Pinta Flawra dengan memohon.

Cemara melepaskan tangannya dari genggaman Flawra. Gadis itu memang tidak tahu diri.

"Lo nggak malu bilang kaya gitu ke gue? Selama ini, gue udah ngebebasin dia buat deket sama lo! Gue selalu bilang nggak papa ke Oxy, padahal kenyataannya gue nggak sebaik itu. Gue juga sakit, tapi gue nyoba kuatin hati gue. Gue udah ngalah! Tapi kenapa semakin kesini lo malah semakin nggak tahu diri?"

"Lo yang nggak tahu diri ra! Lo itu orang baru di hidup Oxy! Tapi kenapa lo bisa dapetin dia seutuhnya? Sementara gue, gue cuma dapetin waktu sisa dari kebersamaan lo sama dia!" Bentak Flawra.

Cemara tidak habis pikir dengan Flawra, gadis itu terobsesi dengan Oxy, Bukan cinta. Cemara memang menyadari, bahwa ia hanya orang baru di hidup Oxy, tapi ia juga mencintai Oxy.

OxyLeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang