49. Meet You Again

344 43 8
                                        

Baca part sebelumnya dulu deh ya biar nyambung.

Cemara tak berkutik setelah kepergian Oxy dan juga anak yang ada di gendongannya. Satu bulir air mata menetes membasahi pipinya. Selama 6 tahun tak berjumpa, ternyata Oxy sudah tumbuh menjadi laki-laki yang tampan dan berwibawa. Ia bukan lagi bad boy yang suka membuat ulah di sekolah, juga bukan lagi anak geng yang suka tawuran di jalanan. Ditambah dengan hadirnya El, siapa anak itu sebenarnya? Mengapa El memanggil Oxy dengan sebutan papa? Hati dan pikirannya berkecamuk bersamaan.

Apa Oxy benar sudah menikah?

Mengusap air matanya, Cemara menyincing dressnya dan berjalan menjauh dari taman itu. Tak lupa Cemara mengotak atik ponselnya dengan cepat, lebih baik ia memesan taxi online saja. Masa bodo dengan Alfa dan Gemini, ia bisa mengabari mereka nanti.

Menunggu pesanan taxi nya datang, Cemara merenung di pinggir jalan. Rasanya sakit, pikiran-pikiran negatif tentang lelaki itu mengerumuni otaknya.

*****

Di lain sisi, setelah pertemuannya dengan Cemara, Oxy juga langsung membawa El pulang ke rumahnya. Oxy tak mengucapkan sepatah kata apapun, sekalipun El yang terus mengoceh mengajaknya berbicara. El bingung dengan perubahan papa nya tersebut.

"Oma, papa kenapa?" tanya El pada Hilda.

Hilda menangkup pipi cucunya ini, mata El yang berkaca-kaca juga membuatnya bertanya-tanya mengapa Oxy sampai mengacuhkan El seperti ini? Hilda mendesah pelan, melihat punggung putranya yang semakin mengecil, menjauh.

"Mungkin papa lagi capek, sayang. El tau kan, papa itu lagi sibuk ngurusin perusahaannya? Jadi El nggak boleh sedih lagi ya?" jawab Hilda menenangkan El.

"Tapi El takut, oma." cicit bocah itu.

"Ssttt, jangan di pikirin. Nanti biar oma yang cubit perut papa kalau sampai papa kamu berani nyuekin El lagi."

"Benelan kan oma?"

"Iya bener, udah ya sekarang El tidur di kamar El sendiri. Kan besok El mau ketemu Mommy, jadi El harus tidur lebih awal supaya mommy nggak marah, oke?"

Bocah 5 tahun itu menganggukan kepalanya. Ia kembali tersenyum mengingat besok mommy nya akan datang menjemputnya.

Hilda mengantarkan El sampai ke kamarnya. Ia juga membantu El membaringkan badannya, meraih selimut sampai ke dada atas anak itu. Sebelum meninggalkan cucunya, Hilda memberikan kecupan hangat di pelipis El. Anak itu memang pemberani, ia tidak takut tidur sendiri. Malah ia tak suka jika ada orang lain yang menemaninya ketika tidur, selain mommy nya.

Meninggalkan El yang tertidur, Hilda beranjak kenemui putranya. Ia mengetuk pintu kamar Oxy, tapi tak ada sahutan dari dalam. Tidak mungkin jika ia sudah tertidur, Hilda tau kebiasaan putranya itu.

"Oxy?" panggil Hilda dari luar kamar.

"Kamu oke, nak?" tanya Hilda lagi.

Hilda mendesah pelan, ia membuka kenop pintu itu. Ia menghampiri Oxy yang menunduk di depan laptop nya. Lagi, anak itu menangis.

6 tahun sudah Oxy berubah menjadi seorang yang sangat sensitif. Entahlah ia sangat mudah marah, mudah merasa senang, namun juga mudah merasa sedih. Semenjak kejadian itu, Oxy selalu menyesali apa yang sudah terjadi setiap harinya.

OxyLeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang