37. Mengurai rindu.

339 38 6
                                        

Happy reading❤


Masa libur sudah usai, semua murid kembali menginjakan kakinya di Sekolah. Semua nampak kembali bersemangat, Kelas baru, teman baru, dan juga new life maybe?

Gadis dengan surai pekat itu terfokus dengan benda di depannya, matanya membaca serius setiap bait kata yang tertulis pada novel yang ia baca. Gadis itu menghabiskan sisa jam istirahatnya di dalam Perpustakaan, berkutik dengan tumpukan novel yang tebal, bisa ditebak jika jumlah halamannya pun tak sedikit. Bahkan ia tidak mengalihkan pandangannya sekali pun.

Sampai ia tak menyadari bahwa ada seseorang yang sibuk memperhatikannya sedari tadi. Orang itu ikut duduk di depan Cemara. Sembari mengikuti gaya membaca ala gadis di depannya, tapi tak mengalihkan pandangannya.

Dengan sengaja, lelaki itu menarik salah satu headset yang tersumpal di telinga gadis di depannya ini. Sehingga membuat gadis itu mendongak menatapnya.

"O-oxy?"

Tatapan mereka sama-sama terkunci, sorot mata yang mengartikan kerinduan yang amat mendalam. Keduanya dapat merasakannya, perlahan Oxy mengulurkan tangannya, hendak menyentuh pipi gadis yang ia rindukan. Namun dengan cepat Cemara segera menutup buku yang ia baca tadi, ia merapikan seragamnya kemudian beranjak meninggalkan perpustakaan.

Ia berjalan tergesa menyusuri koridor sekolahnya. Oxy yang melihat itu, menyernyit heran, tidak biasanya gadis itu menghindarinya. Cemara juga berbeda hari ini, gadis itu memotong rambutnya menjadi lebih pendek dari sebelumnya.

"Ara!" Panggil Oxy dengan sedikit berteriak, tapi hal itu juga tidak membuat Cemara menghentikan langkahnya.

Oxy berlari menyusul Cemara, mensejajarkan langkahnya dengan gadis itu. "Kenapa mengindar?" tanya Oxy meminta penjelasan.

Cemara hanya diam dan menunduk.

"Jawab, Ra!"

"Ih! Kenapa sih bayangan kamu itu selalu ada dimana-mana? Bisa nggak, sehari aja nggak muncul di otak aku? Trus sekarang juga kenapa pake muncul di depan aku? Belum puas apa tiap malam ngehantuin aku lewat mimpi?" Cemara mengomel dengan rasa kesal yang begitu menggebu-gebu.

Perlahan Oxy menggerakan tangan Cemara ke wajahnya, "Nyata?" tanyanya.

"I-ini beneran kamu? Serius ini Oxy?" Cemara meraba wajah makhluk tampan di depannya ini.

Oxy mengangguk sembari tersenyum.

Plakkk!!!

Bukannya mendapat sambutan yang manis tapi kini tamparan keras lah yang di dapatkan oleh laki-laki itu. Oxy meringis sembari mengusap pipinya yang terasa panas akibat tamparan Cemara.

"Kamu kesurupan makhluk apa sih? Tiba-tiba ngomel nggak jelas, pake nampar segala lagi!" kesal Oxy.

"Jadi ini beneran? Aku nggak halu?" Cemara masih tak percaya ini.

"Oxy jahat! Jahat! Kejam! Tega! Pokoknya Ara benci Oxy!" Cemara memukul tubuh Oxy dengan bertubi-tubi, tak hanya memukul, bahkan Cemara sampai mendorong tubuh laki-laki itu.

"Aduh! A-duh, aduh, Stop!" Oxy meringis kesakitan, ia mencoba untuk menghindari pukulan dari gadisnya ini. Oxy tak mengerti dengan Cemara, bukannya diperlakukan dengan baik, tapi kini dirinya malah seperti dianiaya.

"Kenapa nggak ngabarin aku? Katanya kamu janji mau pulang cepet, tapi apa? Kamu udah 2 minggu lebih ngilang nggak ada kabar! Kamu mikir dong, enak nggak di siksa rindu? Jadi cowok yang peka dikit kek, atau jangan-jangan kamu disana udah nemu yang baru ya? Iya kan pasti?"

OxyLeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang