6 Tahun kemudian...
Hari telah berganti hari, musim berganti musim, tak terasa waktu begitu cepat membawa kita menggapai masa depan. Begitu juga dengan laki-laki yang kini tengah sibuk menggeser gambar-gambar desain rumah pada iPad miliknya. Laki-laki yang dulu berhasil membuat orang-orang terdekatnya merasa begitu hancur namun sedetik kemudian merasa amat sangat bahagia.
Ialah OxyLeon Hitgatama. CEO dari HG Groups itu kini telah berhasil melewati masa-masa sulitnya. Banyak yang telah berubah ketika ia bangun membuka mata. Seolah Tuhan memberikan kejutan yang tak terduga, dalam sekejap ia bisa mempunyai seorang kakak perempuan. Serta mengetahui fakta bahwa kasus pembunuhan 9 tahun silam itu bukan merupakan pembunuhan yang sebenarnya.
Ya, semua tahu itu dari mulut Alin sendiri. Setelah ia menjalani terapi dan psikisnya mulai membaik, pada akhirnya ia mulai memberanikan diri untuk menceritakan semuanya. Termasuk tentang kasus tewasnya Axelean Hitgatama.
Bukan Alin pembunuhnya, meski ia merencanakan peneroran pada Delon tapi ia sama sekali tak mengusik keluarga Delon yang lain, termasuk istri dan anak-anaknya. Alin dendam, ia merasa Delon telah membuangnya setelah hati itu. Delon membiarkannya hidup berdua dengan anak yang tengah dikandungnya. Dan hidup Alin semakin hancur saat ia tahu bahwa Delon telah melangsungkan pernikahan dan memutuskan untuk tinggal di luar negeri.
Oxy marah bukan main. Ia benci fakta itu.
Kebencian pada ayahnya semakin bertambah setelah hari itu, beraninya ayahnya melukai hati ibunya sendiri. Oxy tak tinggal diam, ia membawa ibunya pergi jauh dari ayahnya. Persetan dengan kata maaf yang mungkin sudah ribuan kali terucap dari mulut pria tua itu.
Oxy tak bisa menerimanya.
Oxy menekan dadanya yang terasa sesak mengingat kejadian itu. Mengapa ia tak enyah saja dari dunia ini? Mengapa ia masih hidup? Mengapa Tuhan tak mengambilnya saja hari itu?
Cklek.
Suara itu memudarkan lamunannya. Ia melihat ibunya datang menggendong balita laki-laki.
"Mama?" Oxy menghampiri ibunya.
"Ayo El, sapa papamu!"
"Allo papa, hali ini El mau main cama papa. El cangat bocan di lumah." cerocos balita itu.
Oxy dengan gemas merebut El dari gendongan ibunya, ia menciumi wajah El bertubi-tubi.
"Ma, kenapa mama ajak El kesini? Mama tau kan diluar lagi hujan."
Mama Hilda tersenyum, ia menepuk bahu lebar putranya. "El terus merengek di rumah, anak ini sama kaya kamu dulu waktu kecil, nggak betah kalau di rumah aja."
Oxy beralih menatap El. "Kenapa nggak betah dirumah hm?"
El bungkam. Ia hanya menggelengkan kepalanya. Anak itu menyenderkan kepalanya pada bahu papanya sambil merangkul leher Oxy. Sementara pandangan Hilda teralih pada iPad di meja kerja anaknya itu. Rumah? Anaknya akan membeli rumah untuk siapa?
"Kamu mau beli rumah?"
"Hm."
"Untuk siapa, nak? Bukan kah rumah kita masih bagus."
"Untuk keluargaku nanti."
*****
Berlin, Jerman...
Gadis dengan blouse baby blue setelan rok span white broke itu berjalan santai keluar dari ruang kerjanya. Binar kebahagiaan tak pernah pudar dari matanya, sesekali ia mengapa orang-orang yang kebetulan berpapasan dengannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
OxyLeon
Fiksi RemajaTerbangun dari masa koma dan kembali melihat megahnya dunia, bahagia itu lah yang dirasakan oleh Cemara. Gadis cantik pengidap kanker darah itu harus menelan kenyataan pahit, ketika harapannya terbangun dari masa koma ia bisa melihat seseorang yang...