"Hoammm!" Gadis itu terbangun dari mimpi indahnya, ia melemaskan otot-otot tubuhnya.
"Udah bangun?" Tanya lelaki yang baru saja keluar dari kamar mandi. Rambutnya yang masih basah, membuat ketampanannya bertambah berkali-kali lipat.
Cemara terperangah, ketika mengetahui ia berada di satu kamar dengan kekasihnya itu.
"Hah! Axel? Ngapain disini?" Cemara langsung menutupi tubuhnya dengan selimut.
Karena kemarin Oxy tak tahu alamat Cemara, akhirnya dia terpaksa membawa Cemara ke Apartemennya, dia juga sudah meminta izin kepada orang tua Cemara.
"Ini Apartemen gue, terserah gue lah." jawab Oxy ketus, ia berjalan membuka lemarinya, mengambil seragam sekolah yang harus dikenakan sesuai jadwal hari ini. Ia juga mengambil seragam sekolah perempuan.
"Nih seragam lo!" Oxy melemparkannya ke tempat tidur.
"Aku sekolah hari ini? Berangkat bareng kamu?" Tanya Cemara sembari memungut seragamnya, membentangkan seragam kebesaran miliknya.
"Cepetan mandi, gue tunggu! Gue nggak suka cewek lemot." Ucapnya datar, kemudian ia meninggalkan Cemara dikamar.
"Tapi ini kebesaran Xel!" Cemara menggerutu, bagaimana mungkin ia ke sekolah dengan memakai seragam yang kebesaran? Bisa-bisa semua orang menertawainya nanti. Namun Oxy tak menjawab protesan dari Cemara, ia memilih meninggalkan gadis itu.
Sudah terhitung tiga puluh menit lamanya, gadis itu belum juga muncul, sebenarnya Cemara itu mandi atau apa? Mengapa lama sekali?
"Lama banget, mandi apa molor sih tuh bocah." Gumam Oxy yang hendak menghampiri Cemara dikamarnya. Namun belum sampai dikamarnya, Cemara sudah terlebih dulu keluar dengan mengenakan seragam yang kebesaran untuk seukuran tubuhnya yang mungil itu.
"Aku udah siap yuk!" Cemara tersenyum melihat Oxy, sebenarnya ia sangat kesal. Tapi mau bagaimana lagi? Toh hari ini saja ia memakai seragam kebesaran itu, besok ia akan membeli yang baru.
Oxy meneliti tubuh Ara dari atas sampai bawah, ia berusaha menahan tawanya. Kenapa gadis ini malah tersenyum? Bukannya tadi ia kesal? Ah, sudahlah yang penting Ara tidak khutbah hari ini. Karena telinganya akan sakit jika mendengar ocehan gadis yang akan menjadi tunangannya nanti.
Ara menggaruk tengkuknya walaupun itu tidak gatal. Ia menjadi canggung setelah Oxy memandangnya dengan tatapan yang tak biasa. Ara hendak menggandeng Oxy untuk menutupi kecanggungannya. Namun, ditepis kasar oleh Oxy.
"Kenapa?" Ara mendongakkan kepalanya, menatap laki-laki itu dengan tatapan penuh tanya.
"Gue nerima lo, bukan berarti lo bisa lancang ke gue!" Ucapnya dengan penuh penekanan.
"Jangan panggil gue Axel! Panggil gue Oxy." Setelah itu Oxy berbalik badan, ia berjalan terlebih dahulu meninggalkan Cemara.
"Kenapa harus Oxy?" Ara bertanya dengan penuh kebingungan.
"Lo cuma perlu nurut sama gue!" Jawabnya tanpa menoleh.
'Kamu kenapa sih? Waktu jahat banget,bisa ngerubah kamu jadi kaya gini.' Batinnya sedih.
Ara berjalan mengekor di belakang Oxy, laki-laki itu benar-benar acuh. Padahal dulu, Axelnya selalu berjalan beriringan dengannya, Axel selalu menggenggam erat tangannya.
Cemara memandang Oxy dari luar kaca mobil. Laki-laki itu benar-benar berubah. Cemara mengehela nafas panjang. Ini resiko yang harus ia terima.
Bip! Bip!
Cemara terlonjak kaget, ketika Oxy sengaja mengklakson mobilnya. Cemara yang mengetahui itu langsung masuk kedalam mobil Oxy. Tak ingin membuat lelakinya marah, apalagi ini masih pagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
OxyLeon
Novela JuvenilTerbangun dari masa koma dan kembali melihat megahnya dunia, bahagia itu lah yang dirasakan oleh Cemara. Gadis cantik pengidap kanker darah itu harus menelan kenyataan pahit, ketika harapannya terbangun dari masa koma ia bisa melihat seseorang yang...