"Tunggu— detak jantung pasien muncul lagi. Itu artinya pasien mengalami henti jantung mendadak atau sudden cardiac."
Ucapan sang dokter itu membuat orang-orang yang berada di dalam ruangan berlomba-lomba untuk mengucap syukur.
Delon. Ia benar-benar akan menyesal sepanjang hidup jika ia benar kehilangan putranya untuk yang kedua kalinya. Ia tak becus menjaga dan merawat anak-anak nya. Sebagai seorang ayah, ia tak mampu memberikan kasih sayang penuh untuk putra bungsunya. Ia terlalu dibutakan oleh bayang-bayang masalalu yang memegang kendali penuh dibenaknya.
Egois. Lihat, pada akhirnya karena perbuatannya sendiri, ia harus menanggung akibatnya. Demi apapun, sungguh— sejatinya tidak ada seorang Ayah yang membenci kehadiran anaknya. Mereka lahir karena cinta.
Sekuat apapun Delon menahan rasa sesak dalam dadanya, ia sudah tak mampu lagi membendung air matanya. Ia seperti orang kesetanan, Delon meraung-raung dan berteriak meminta pertolongan. Tolong untuk menyelamatkan putranya, bagaimana pun caranya.
'Jangan ambil titipan mu untuk yang kedua kalinya, Tuhan. Maaf, maaf sudah gagal dan lalai menjaga amanah mu selama ini.' batin Delon meminta.
"Biarkan kami memeriksa kondisi pasien dulu, kerabat dan keluarga hendaknya menunggu diluar."
Azka tak henti-hentinya memanjatkan doa untuk keselamatan sahabatnya itu. Ia sedikit bernafas lega, setelah akhirnya dokter itu menyatakan bahwa Oxy hanya kehilangan detak jantungnya sesaat. Namun, meski begitu tetap saja ia sangat mengkhawatirkan kondisi sahabatnya itu.
"OXY!"
"NGGAK! LEPAS, ANAKKU ADA DI DALAM, AKU HARUS MELIHATNYA!" Hilda meronta, saat ia harus ditahan diluar ruang, setelah ia pingsan beberapa saat tadi.
Saat terbangun, yang ia ingat adalah Oxy. Tak peduli dengan tubuh lemahnya, yang ingin ia temui hanyalah Oxy, putranya. Delon lantas memeluk istrinya yang masih sangat shock itu. Ia berusaha menenangkan Hilda.
Hilda sangat takut. Takut kehilangan putra nya untuk yang kedua kali. Perlahan raungan itu melemah, tubuhnya merosot dan jatuh ke lantai dalam dekapan suaminya.
Hilda pingsan.
Entah lah keadannya begitu runyam.
*****
Cemara senantiasa mendengarkan rentetan cerita masalalu itu dari bibir Oxy. Ia tak pernah menyangka setelah kepergiannya yang tanpa kabar, ia telah melewatkan begitu banyak episode kelam.
Bahkan ia tidak pernah tau bahwa Oxy mengalami kecelakaan naas yang nyaris merenggut nyawanya. Bahkan setelah kecelakaan naas itu, ujian dalam hidupnya ternyata belum usai. Ia harus dihadapkan dengan dua pilihan lagi. Dimana kedua orang tuanya harus berpisah secara paksa.
Oxy yang biasa hidup sendiri akhirnya tetap memilih untuk mengasingkan diri. Hidup jauh dari kedua orang tuanya. Ingin mengejar Cemara, namun ia tak tau dimana gadis itu berada. Dunia seakan menolaknya untuk berbahagia.
"Oxy—"
"Setelah kepergian kamu, nggak ada yang tersisa di dunia ini Ra. Mungkin kamu segitu bencinya sama aku, sampai Tuhan aja nggak ngizinin aku buat ketemu sama kamu."
Cemara menggeleng kuat. Ia mengelus lembut rahang lelaki itu. Sehingga membuat Oxy memejamkan matanya sejenak, menikmati elusan tulus dari Cemara.

KAMU SEDANG MEMBACA
OxyLeon
Teen FictionTerbangun dari masa koma dan kembali melihat megahnya dunia, bahagia itu lah yang dirasakan oleh Cemara. Gadis cantik pengidap kanker darah itu harus menelan kenyataan pahit, ketika harapannya terbangun dari masa koma ia bisa melihat seseorang yang...