Cemara mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia merasakan punggungnya sakit, dan sedikit pegal. Ia mencoba bangkit, tentu saja Cemara tau bahwa kini ia sedang berada di rumah sakit. Apalagi ditambah dengan selang oksigen yang berada dibawah lubang hidungnya. Cemara melepasnya secara paksa. Siapa yang membawanya ke rumah sakit?
Ah, Ia ingat. Bisa-bisanya ia pingsan setelah mengetahui bahwa Oxy selama ini sudah menikah dan dikaruniai seorang anak laki-laki tampan. Mengingat itu, matanya jadi memanas lagi. Tak bisa ia pungkiri bahwa hatinya tercubit sakit. Cemara kecewa? Benar.
Cemara kecewa, sebab harapannya sudah pupus. Tidak akan ada masa depan yang indah seperti yang ia idam-idamkan selama ini. Ternyata meninggalkan Oxy 6 tahun ini berakibat fatal untuk dirinya sendiri. Apa yang harus ia lakukan setelah ini? Cemara masih sangat mencintai laki-laki itu.
Bahkan beratus-ratus hari sekalipun, waktu tak memudarkan cintanya.
Mengapa ia malah menangis seperti ini? Bukan kah ini keinginannya? Bukan kah ini akibat kesalahannya sendiri? Harusnya ia tak egois hari itu. Harusnya ia tak pergi meninggalkan Oxy bersama dengan kenangan mereka. Dan harusnya jika hari itu tidak terjadi, maka hari ini mungkin saja ialah yang menjadi ibu dari anak Oxy.
"Hiks,"
Isakan demi isakan terus keluar dari bibir Cemara. Bahkan dengan membungkam mulutnya sekalipun, hal itu masih tak dapat meredam suara tangisannya.
"Aunty."
Cemara menoleh, ia melihat bocah cilik itu datang kepadanya sembari membawa buah Strawberry besar di tangannya. Hanya satu.
"Aunty menangis?" tanya El polos.
Anak itu berusaha naik ke Hospital bed dibantu oleh Cemara dari atas. Mengingat El masih terlalu pendek, sehingga ia kesulitan untuk naik ke atas. El mendudukan dirinya di samping Cemara. Tangan anak itu perlahan naik mengusap leher dan dahi Cemara secara bergantian.
"Badan aunty udah nggak panas lagi. Aunty kenapa nangis?" tanya El.
Mendengar itu, Cemara menggeser tubuh El lebih dekat. "Kapan aunty nangis? Aunty nggak nangis sayang. Aunty baik-baik aja."
"Aunty pasti sedih ya? Aunty jangan sedih, ini El kasih stlawbelly buat aunty. Kata papa, aunty cuka sama buah ini." ujar El.
Cemara tersenyum haru, ia menerima buah pemberian anak itu dengan senang hati. Oxy dan istrinya pasti bangga dengan El, mereka berhasil mendidik El menjadi anak yang baik dan murah hati. Berbeda sekali dengan Oxy yang terlihat angkuh itu.
"Makasih, El baik banget." Cemara menghadiahi kecupan manis di kedua pipi bocah itu.
"Gimana? Ada yang sakit?"
Suara bass itu membuat Cemara dan El menoleh bersamaan.
"O-oxy?" gumam Cemara terbata.
"Minum dulu." Oxy menyodorkan segelas air putih.
Dengan tangan sedikit bergetar Cemara menerima segelas air putih itu dan segera meneguknya. "Makasih."
"Hm, El ayo turun. Kasihan aunty Cemara, biarin aunty Cemara istirahat dulu ya." ucap Oxy mengelus kepala El.
"Nggak papa kok, aku malah seneng kalau ada El disini jadi aku nggak bosen." ujar Cemara kikuk, entah mengapa rasanya benar-benar canggung.
"Yaudah, aku bawain kamu nasi kotak. Lauknya ada ayam kecap kesukaan kamu."
Lagi-lagi Cemara dibuat jantungan oleh laki-laki di depannya ini. Oxy memang terlihat semakin dingin tapi faktanya laki-laki itu malah semakin care. Sangat berbeda dengan covernya. Ditambah dengan sebutan aku-kamu yang masih terucap dari mulut Oxy, yang membuat Cemara semakin bingung dengan semua ini. Mungkin kah Oxy memang sudah berubah, atau mungkin Oxy seperti ini hanyalah bentuk perhatian sebagai teman.

KAMU SEDANG MEMBACA
OxyLeon
Teen FictionTerbangun dari masa koma dan kembali melihat megahnya dunia, bahagia itu lah yang dirasakan oleh Cemara. Gadis cantik pengidap kanker darah itu harus menelan kenyataan pahit, ketika harapannya terbangun dari masa koma ia bisa melihat seseorang yang...