rosé | chapter tiga puluh tujuh
*
*
*
Cermin itu jatuh porak-poranda, terpecah menjadi potongan-potongan tajam. Cassia menunduk, mendapati wajahnya masih dapat terpantul di permukaan cermin yang tidak utuh tersebut. Sepasang matanya merah dengan wajah tertarik tegang. Dia mendesis dengan napasnya kacau. "Apa? Apa katamu?"
"Sudah saya bilang, Yang Mulia, Nona Lavirna yang akan menjadi permaisuri baru untuk Pangeran Darke. Setelah itu, mereka pun akan dinobatkan sebagai raja dan ratu Vacroz yang baru."
"Tidak ... ini tidak boleh terjadi."
Dari arah pintu, satu dayang pun masuk kemudian menunduk. "Anda harus meminum obat.."
"Diam! Bisakah kalian berhenti mengurusiku dan hentikan yang terjadi di istana? Mengapa kalian tidak berguna?!" gertaknya. Cassia nyaris ambruk di tempat kalau saja satu pengawalnya tidak sigap menahan pinggangnya lantas membantu Cassia mencapai tepi ranjang yang empuk. "Ini tidak boleh terjadi. Darke tidak boleh menikah lagi."
"Mereka sudah mengumumkannya, Yang Mulia. Pernikahan dan penobatan akan diselenggarakan besok."
"Tidak."
"Yang Mulia, kuatkan diri Anda."
Cassia menggeleng, bibirnya mengerecut pahit. Akhir-akhir ini, Cassia makin merasa tubuhnya seakan babak belur dan dia terus saja teringat bagaimana momen-momen menyakitkan itu terjadi—ketika ia berhasil mengandung namun terenggut begitu saja. Cassia tidak tahu apa yang mendekapnya sekarang, tapi dia tahu kesedihan itu masih menggumpal utuh dan tidak dapat dienyahkan. Sekarang apa yang ia dengar barusan? Darke benar-benar akan menikah dan dengan .. Lavirna? Cassia bagai terhantam batu keras. Tidak boleh, jelas, ini tidak dapat dibiarkan.
"Kumohon, tinggalkan aku," pintanya dengan suara parau.
"Tidak, Yang Mulia, kondisi Anda belum stabil," timpal satu dayang kemudian beberapa dayang dipanggil untuk membantu Cassia agar dapat berbaring dan merebahkan kepalanya di bantalan besar. Cassia meringis, sedangkan tubuhnya gemetaran hebat. "Kondisi Anda akan memburuk jika Anda seperti ini."
Cassia terisak. "Bayiku... aku mau bayiku."
"Yang Mulia."
Wanita itu meremas sekitar sprai satinnya. Dadanya terasa sesak terhimpir seiring dengan isakannya kian timbul ke permukaan. Cassia tidak tahu dan tidak mengerti mengapa Darke setega itu kepadanya. Bahkan ketika Cassia terus sakit dan terpuruk, apa yang Darke lakukan selain mengirimkan tabib untuknya? Tidak ada. Sekarang di saat Cassia benar-benar butuh pelukan dan usapan hangat, Darke justru ingin menikah dengan Lavirna. Cassia tidak sanggup membayangkan hal tersebut terjadi.
Ratu bergegas masuk, diikuti beberapa dayangnya kemudian duduk di sisi Cassia. Ia memengangi tangan putrinya tersebut. "Sayang, jangan menyiksa dirimu—"
"Mengapa ibu tidak katakan kepadaku?"
"Apa yang harus aku katakan?" sahutnya dengan terkejut. "Apa maks—"
"Darke! Ibu tidak cerita kepadaku bahwa Darke akan menikahi Lavirna." Suara itu makin tersendat-sendat. "Mengapa ibu menyembunyikannya dariku? Hanya karena aku masih lemah di sini, bukan berarti kau bisa menyembunyikan hal itu begitu saja. Ibu .. ibu tidak kasihan kepadaku, huh?"
.
.
Lavirna meraba satu benda yang menggantung indah di depan dadanya. Ia melihat pantulan benda itu di cermin perak kemudian terdiam. Karena pita itu sudah dibakar habis, sekarang Lavirna diberikan satu benda lain—kalung dengan bandul emas putih berbentuk mawar yang merekah. Lavirna berterimakasih akan hadiah itu, sama sekali tidak menyangka akan mendapatkannya secepat ini. Dia juga berpikir bahwa Pangeran Darke mana sempat memikirkan hadiah untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
rosé (2018)
RomantikDi masa ini, wajah cantik adalah bencana. Kau akan disekap oleh pihak kerajaan untuk menjadi penghibur para ksatria yang baru pulang dari medan perang atau kau akan menjadi selir raja. Lavirna Rose lahir sebagai gadis miskin. Dia hanya ingin bekerja...