rosé | 53

366 33 2
                                    

rosé | chapter lima puluh tiga

.

.

Darke menyadari ada perubahan signifikan paska perang dalam hal militer termasuk kualifikasi ideal prajuritnya. Jika dahulu mereka mengandalkan kekuatan dan juga ketangkasan, sekarang Darke juga ingin para prajurit dapat mengasah otak mereka dengan memberikan sejumlah rencana-rencana penyerangan atau pun penyeludupan, atau pun sebagainya. Darke ingin pasukan mereka tidak hanya menang dalam baku hantam tapi juga mulus bergerak layaknya ular dengan ekor derik—berbahaya dan anggun.

Untuk itu, dia mengeluarkan dektret khusus mengenai regulasi pelatihan militer, standar prajurit, atau pun tugas-tugas nantinya yang akan diemban para prajurit yang beres dari pelatihan. Terlebih di Nyx, mereka lebih menekankan pada fakta bahwa Nyx adalah wilayah istimewa dan sebuah kehormatan dapat berlatih militer di tempat sebagus dan seluas itu. Vacroz akan terkenal memiliki prajurit handal dan siap tempur kapanpun.

Darke mengusap dagunya, agak meringis. Sejak hari kedatangannya ke Nyx, dia menyadari bahwa urusan ini terus menyita waktunya (bahkan mereka jadi tinggal lebih lama, dan gagal pulang karena rentetan kabar di kamp) sehingga pagi itu, pria tersebut sengaja mengundang Ave dan juga Lavirna untuk tahu bagaimana perasaan mereka karena perlu menemaninya sampai di hari ini. Hanya saja karena lelah bermain semalaman (ada festival kembang api di istana), Ave jadi betah berlama-lama tidur di ranjang empuk. Karenanya, hanya ada mereka berdua yang duduk untuk sarapan karena Raja Miguel dan sang Ratu Nyx izin pagi-pagi buta untuk pergi ke balai kota untuk suatu urusan penting.

"Kau terlihat pucat, Yang Mulia," gumam Darke seraya meminta pelayan mereka menyiapkan makanan-makanan untuk dihidangkan di meja besar itu. "Apakah kau sakit?"

"Hanya mual. Aku pikir tubuhku belum terbiasa di sini. Besok atau lusa aku akan pulang ke Vacroz terlebih dahulu, Your Highness."

Darke mengangguk pelan. Ia pun mulai menuangkan air untuk mengisi gelas Lavirna. Sejak beberapa waktu terakhir, ia punya sedikit asumsi tapi masih ditahan di bibirnya. Hari ini, ia ingin bertanya tanpa ada rasa takut. "Mungkinkah kau .. hamil?"

"Hm, entahlah? Aku harus menemui tabib istana kalau begitu," jelasnya. Lavirna mengusap wajahnya. Saat dia hamil Averuz tidak ada tanda-tanda seperti ini bahkan semuanya terkesan terlalu biasa. Lavirna bahkan tidak merasakan mual hebat, masih dapat beraktivitas meski sudah menginjak kehamilan lima bulan. Lavirna juga sering lupa, terus mendorong dirinya bekerja giat di kebun, padahal perutnya tengah mengandung. Kalau memang ia hamil sekarang, ini jelas baru. Apalagi sesuatu seakan bergumul di perutnya, memicu agar ia terus memuntahkan apapun. Bahkan aroma-aroma asing di sini sudah membuat Lavirna pusing bukan kepalang.

"Kita harus memastikannya, sayang."

Lavirna mengangguk praktis. Setelahnya, mereka menyantap sarapan dengan lebih tenang. Aku hamil, itu akan jadi berita besar. Setelah banyak kejadian di istana bahkan kejadian Lucia, ini jelas berkah luar biasa. "Yang Mulia, berapa lama kau akan memantau semua pelatihan militer kita?"

"Mungkin seminggu? Setelahnya aku akan serahkan kepada Jenderal Perang kita. Apalagi, aku yakin dia yang lebih tahu soal pengurusan dan lain sebagainya." Darke bahkan sudah menebak bahwa keberadaannya tidak begitu penting, malah membuat siapapun ketakutan karena raja mereka sendiri yang muncul dan memantau jalannya pelatihan tersebut. "Aku akan duduk menunggu kabar dan fokus kepada kerajaan kita, dan dirimu."

"Okay."

"Apalagi kalau kau hamil aku tidak mau jauh darimu." Perlahan, Darke mengenggam tangan Lavirna lantas tersenyum. Ibunya sering bilang bahwa senyuman Darke diwariskan langsung darinya. Jadi meskipun agak terlihat mengerikan dan penuh maksud, senyuman Darke masih terkesan menakjubkan. Ibunya bahkan terkenal punya senyuman tercantik selama di Aporte. Sekarang, Darke tidak sabar memberitahu beliau bahwa akan ada cucu lain untuk menemani Averuz.

rosé (2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang