rosé | 42

521 41 1
                                    

rosé | chapter empat puluh dua

*

*

*

Darke mengamati hiasan kepala rusa yang baru didapatkan oleh satu prajuritnya. Itu bukan kepala rusa biasa tapi rusa albino dengan tanduk keras dan tajam. Ekspresi rusa itu tegang dan kaku bagaikan kertas baru sedangkan Darke memandang kulit kasar berwarna putih dengan sedikit warna kecokelatan. Hiasan tersebut paling cocok ditaruh di ruang bacanya.

"Yang Mulia, Anda memanggil saya?" Pintu terdorong pelan. Sir Ale muncul dan membungkuk kepada pelayan yang mempersilakan agar Sir Ale masuk kemudian mereka menutup lagi pintu ruangan tersebut.

"Kemari dan duduklah." Pria itu agak menyibakkan jubah berbulunya dengan ujung menyapu lantai kayu bersih. Dia duduk di kursi besar miliknya.

Sir Ale menempati satu kursi dan menatap lurus. "Jadi, apa gerangan yang membuat Yang Mulia memanggil saya?"

"Bagaimana progressnya?"

"Uh? Semuanya berlangsung baik, Your Highness. Yang Mulia Ratu belajar dengan gigih dan mengalami peningkatan. Kami akan mulai belajar membaca banyak artikel dan surat kabar sedangkan saya memberikan tugas untuk membuat satu lembar tulisan di perkamen."

"Hm, begitu."

"Apakah Anda menargetkan sesuatu? Seperti kemahiran di bulan awal atau semacamnya?" Sir Ale bertanya pelan. "Maksud saya, pasti ada semacam kewajiban atau semacamnya dari istana kepada Yang Mulia Ratu."

"Tidak juga," sahut Darke enteng. "Biarkan saja dia belajar dengan kapasitasnya. Aku tidak mau menekannya apalagi sekarang dia harus bisa memberikanku keturunan, itu jadi tugas utama."

Uh, ya.

Sir Ale tidak merespon apapun dan hanya tersenyum. Di sisi lain, Darke kembali mendongak untuk memperhatikan hiasan kepala rusa barunya. Perasaan puas menyelimuti dirinya apalagi mengingat sejauh ini, dengan beban tugasnya sebagai raja rasanya semuanya berjalan baik; sebagai raja dia dapat memimpin semaksimal mungkin, keluarganya aman dan damai, hubungannya dengan Lavirna kian romantis dan Averuz pun tumbuh semakin aktif nan sehat. Apalagi ayah dan ibunya berangsur-angsur lebih bugar pula. Segalanya berjalan sebagaimana seharusnya.

"Oh ya... satu lagi."

Sir Ale mengangguk dan mendengarkan, wajahnya nampak serius. "Ya, Yang Mulia?"

"Pekan depan aku akan berangkat ke Pegununan Nyx untuk melakukan negosiasi penting. Mereka ingin suplai hewan ternak tambahan sedangkan aku butuh banyak bahan baku dari pegunungan mereka. Apalagi aku ingin membangun posko militer juga di sana dan menjadikan sebagai tempat pelatihan khusus. Kami butuh pasukan yang handal dan berasal dari anak-anak muda."

"Oh, begitu. Sepertinya tugas penting." Sir Ale perlu menahan dirinya agar tidak kegirangan. Raja tidak di sini. Dia akan aman dan santai. "Semoga segalanya berjalan baik, Yang Mulia."

"Yah, dan aku harap kau bisa tetap bekerja sebaik mungkin pula."

.

.

Pegunungan Nyx memanjang dari arah Barat ke arah Timur dengan luas yang tidak main-main. Penduduk di sana terbiasa menjadi petani atau penebang kayu, ada juga yang memelihara ternak ikan namun karena suhu dingin, maka mereka mulai mengembangbiakan hewan-hewan pengangkut seperti kuda, rusa, dan anjing-anjing huski yang biasanya lincah dan berguna menarik gerobak panjang berisikan muatan. Tidak hanya itu, penduduk di sana pun terbiasa membangun desa mereka di dekat bantaran sungai, atau kaki gunung. Berbeda dengan Aphorte yang lebih beriklim ke arah tropis, maka Nyx merupakan surga musim dingin. Di sana akan ada hujan salju, gundukan es dan juga ranting-ranting dengan pohon yang menggundul kala angin musim dingin menyapa.

rosé (2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang