rosé | chapter tiga
*
*
*
She tastes like a heaven. ... and a drug. Darke perlu bersusah payah menarik dirinya ketika gadis itu mulai meringis kesakitan karena cecapannya berubah menjadi gigitan-gigitan kecil. Darke mengetatkan lehernya sesaat dia menyadari bagaimana kulit pucat gadis itu sudah berubah penuh memerah kemerahan.
"Your Majesty, stop," lirihnya pelan.
Darke mengatur napasnya kemudian menyingkirkan rambut tebal gadis itu kemudian menatap sepasang mata besar sang gadis. "Ini belum apa-apa." Lavirna semakin memucat dan berusaha meneguk ludahnya dalam. "Aku akan memberikanmu yang lebih dari ini, kau tidak boleh mengeluh."
"Why?"
"Karena kau sudah bersamaku, dan kau ... " Pria itu mengusap sisi wajah Lavirna perlahan. "Secantik ini. Sialan, aku sangat membenci orang tuamu yang telah begitu lama menyembunyikan makhluk secantik dirimu. Apakah kau tahu apa hukuman untuk itu?"
Air mata Lavirna mengalir tidak terbendung lagi. Setelah ia merasakan kulitnya cukup panas, sekarang dadanya bergemuruh tidak karuan. "Jangan. Jangan sakiti mereka. Kumohon."
Darke tersenyum. "Oh, aku bukan pria yang bisa diajak bernegosiasi dengan mudah. Harus ada bayaran yang setimpal.."
"Please... please..." Lavirna terisak dengan air mata yang lebih deras. Darke sejenak memperhatikan bagaimana bola mata besar itu basah dan sekarang menatapnya dengan nanar. "They're my life. Please, Your Majesty."
"Then you must do me a favor."
Lavirna melipat bibirnya dalam. Apalagi ini? "Apa itu, Your Majesty?" Darke sontak tersenyum dengan sumringah. Itulah yang ia inginkan! Tidak ada yang murah di dunia ini!
"Mudah saja. Aku ingin kau."
"You want me?"
"Yes, I need every inch of you. I need..." Ketika pria itu kembali mendesak tubuhnya hingga tidak ada jarak dan Lavirna merasa dirinya semakin gemetaran, Darke meniup telinganya pelan. "Kau terlalu indah untuk Paduka Raja, dan kau tidak cocok menjadi pelayan yang biasanya. Kau harus tinggal bersamaku, terus denganku dan.." Darke mengerakkan tangannya naik untuk merengkuh rahang Lavirna. "Mendapatkan sedikit pelajaran dewasa dariku."
Lavirna kesulitan menarik napasnya. "Apa.. apa maksudnya semua itu, Your Majesty?" Di rumahnya, tidak ada pelajaran apapun menyangkut 'hal dewasa' dan satu hal yang normal di sana dan bentuk kontak fisik paling umum hanyalah genggaman tangan dan kecupan sayang di kening. Di luar dari itu, tidak pernah ... tidak pernah ada sekalipun hal yang lebih jauh. Sontak Lavirna mengigil dibuatnya.
"Kau akan mengerti. Tapi pertama-tama, kau harus tenangkan dirimu dahulu."
Such a sin for having such a beautiful mouth.
And tastes like heaven and hell.
*
*
Ellenoir meneguk gelas bir besarnya. Sejujurnya, dia tidak berencana untuk mabuk tapi melihat fakta yang ada; bagaimana Raja sudah gusar bukan main karena Darke mendadak tidak terlihat di manapun, ditambah dengan para prajurit yang teler di sekelilingnya, Ellenoir tidak dapat menahan diri selain berdecak sinis. Apakah mereka semua ini ingin mati di sini saja? Jika boleh, dia ingin menebas kepala semua orang. Membuang waktu saja. Mengapa harus menunggu di medan perang untuk menghabisi manusia-manusia tidak berguna ini?
Ellenoir meneguk birnya lagi hingga habis. Rasa pusing melandanya ditambah dengan rasa terbakar yang dahsyat. Dia menaruh pedangnya di atas meja, agak mengejutkan beberapa petinggi yang melewati meja mereka. Untuk wajah seperti Ellenoir, minus dengan goresan di wajahnya, dia bukanlah orang yang cocok untuk berada di kerumunan Serigala--bagian dari tim mereka saat ini.
"Apa yang kau lihat?" tegurnya angkuh. Beberapa petinggi itu buru-buru mengambil langkah sewaktu Ellenoir sudah mengertaknya seperti itu. Ellenoir hendak menyambar gelas lain namun perutnya sudah terkocok parah. Dia bisa mati betulan sekarang! Berjalan sempoyongan, dia pun keluar dari hingar bingar pesta memuakkan tersebut. Alasan Ellenoir ingin kembali ke istana untuk mengikuti serangkaian hal konyol ini sebenarnya satu; dia senang melihat Darke yang tidak dapat menyentuhnya. Dia puas ketika pangeran sialan itu justru mengambil jarak karena posisinya sebagai barisan prajurit tangguh serta dengan luka di wajah ini. Tidak pernah Ellenoir merasa hal menakjubkan seperti itu, terlepas dari momen dia dilantik menjadi barisan utama.
Sekarang, mempermainkan hati pangeran itu jadi candu tersendiri. Ketika ia mendengar ada gadis 'emas' itu, Ellenoir ingin meludah rasanya. Di lubuk hatinya, dia merasa hancur bahwa pihak istana tidak pernah berhenti untuk memburu darah-darah muda sebagai 'santapan' mereka. Atau mungkin untuk menjadi budak mereka yang dipermainkan dengan sukarela demi alasan bahwa siapapun yang terpilih, gadis itu sebenarnya adalah gadis bukan sembarangan dan telah membawa berkah kepada keluarganya. Ellenoir tahu bahwa pihak istana akan membayar sejumlah uang dan berpeti-peti makanan untuk pihak keluarga jika mereka rela menyerahkan anak gadis mereka.
Seperti sapi saja!
Di selasar itu, Ellenoir terhuyung-huyung sembari menyeret pedangnya. Dia tergelak ketika beberapa dayang istana melewatinya dengan beberapa percakapan khas mereka. "Gadis itu tidak akan bertahan dalam satu malam!"
"Gadis itu tidak akan bisa berjalan untuk beberapa hari!"
"Pangeran Darke bukan orang yang lembut jika menyangkut masalah ranjang!"
Dan obrolan tidak senonoh lain, membuat Ellenoir benar-benar ingin mengosongkan perutnya. Dia bersandar di salah satu pilar. Hatinya meringis pilu, sementara matanya mulai memanas.
Apakah gadis itu bahkan dapat memandang dirinya besok pagi?
*
*
Lavirna terbangun dengan jeritan kecil. Dia menggeser tubuhnya kemudian menyikap selimut sutra tersebut. Dilihatnya tubuhnya yang penuh dengan jejak merah dengan kakinya yang kebas. Dia bahkan tidak dapat bersuara lagi karena tenggorokannya seperti terjepit. Di ranjang itu, Lavirna mengumpulkan nyawanya kemudian terjungkal dan terseret-seret bergerak di lantai dengan terbungkus selimut.
Lavirna menangis dalam diam karena di ruangan tersebut tidak ada siapapun. Ketika dia hendak bergerak lagi, pintu terbuka membuat Lavirna semakin mengigil di posisinya yang menyandar di dinding. Satu sosok berjubah besi itu muncul dan menunduk kepadanya. "Si--siapa kau?"
Gadis itu mengawasi sekitar kemudian mulai mengangkat tubuh Lavirna yang rapuh. "Kita hanya punya satu lima menit menuju kereta kuda dan kau bisa bebas dari sini ..."
"Tapi .. Pangeran..."
"Tidak ada waktu." Ellenoir cepat membopong tubuh Lavirna kemudian melewati bagian selasar sebelum kepala pelayan menangkap basah mereka. Ellenoir sudah hafal betul bagaimana istana akan punya jeda waktu 'mabuk' sehingga suasana jadi lebih senyap bahkan deretan pelayan mengambil waktu untuk ikut minum dan terbuai mimpi-mimpi serta ocehan tidak masuk akal mereka. Di waktu emas itu, dia akan menyelinap, masih dengan gemuruh dadanya yang penuh oleh amarah melupa.
Lavirna meringkuk di depan dada Ellenoir, masih gemetaran hebat. Ellenoir mengetatkan rahangnya seraya membawa tubuh ringkih itu ke sayap kiri istana di mana ada tempat kereta kuda yang sudah dia persiapkan sejak dini hari.
Kau akan bebas.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
rosé (2018)
RomanceDi masa ini, wajah cantik adalah bencana. Kau akan disekap oleh pihak kerajaan untuk menjadi penghibur para ksatria yang baru pulang dari medan perang atau kau akan menjadi selir raja. Lavirna Rose lahir sebagai gadis miskin. Dia hanya ingin bekerja...