rosé | 07

2.6K 199 18
                                    

rosé | chapter tujuh

*

*

*

Sialan. Sialan. Sialan.

Dalam hati, Ellenoir tidak berhenti melontarkan umpatan kasar. Rencananya kacau balau dan sekarang mereka jadi pusat perhatian seluruh penghuni kapal tersebut. Ellenoir menjaga suaranya tetap tenang dan melirik Lavirna yang sudah sesenggukan. "Kau akan baik-baik saja. Berhenti menangis."

Lavirna mengigit bibirnya dan mengangguk keras.

"Dengar, sebaiknya kalian mundur! Sekarang!" pekik Ellenoir lantang. Beberapa pria itu justru tertawa rendah, meremehkan sementara Ellenoir mulai mengangkat tinjuannya di depan dada. "Jangan. Berani."

"Kau bisa apa, Nona?"

Ellenoir menggeram rendah dan mulai menyerang mereka satu persatu. Para pria itu tanpa segan menargetkan wajahnya, dadanya, bahunya, hingga Ellenoir perlu menghindar dengan gesit seraya menendang mereka bergantian. Dia pun melayangkan tinjuan, bergerak cepat hingga akhirnya menyerang mereka dengan brutal. Beberapa penghuni kapal nampak merapat, tidak mau terlibat sedangkan si pria tiket mulai bangkit kembali dan langsung meraup tangan Lavirna.

"Ikut!"

"Tidak! Lepaskan aku!" Lavirna memekik keras kemudian memberontak. Lavirna mengigit lengan si pria dan berusaha untuk pergi. Geladak kapal menjadi ricuh terlebih dengan beberapa orang yang ikut berteriak dan mendukung kubu para pria dibanding Lavirna yang tenaganya bagaikan terkuras tiga kali lipat. Dia terus meninju, memukul, menghadang, memiting lengan mereka, menundung, berguling dan akhirnya menendang perut mereka dengan suaranya yang geram.

"Kau pikir kau bisa melawanku hah?! Aku tidak dilatih untuk menyerang orang lemah seperti kalian." Ia meludah kasar dan menghajar satu pria yang sudah berani menarik bahunya kasar.

Sementara itu, Lavirna mulai menjerit dan menendang mereka semua. "Menyingkir! Jangan sentuh aku!" Ingatan malam itu, pangeran yang menatapnya dan berusaha menggapai tubuhnya terus saja terputar hingga Lavirna merasa amarahnya memuncak. "Menyingkir!"

"Nona Cantik, kemarilah. Astaga, wajah dan tubuh secantik itu tidak untung berkelahi. Lebih baik kau ikut aku ke kamar ..."

"Pergi!"

*

*

Di sini, wajah cantik adalah bencana. Di sini, kemolekan dan paras memukai adalah mimpi buruk. Di sini, apapun akan dibenarkan karena kau cantik. Bayangkan di pengadilan, hakim bahkan tidak merasa penting untuk membelamu. Selalu dengan gagasan yang sama; yah, salahmu yang cantik dan menggoda mereka. Seharusnya, kau tidak tampil di hadapan banyak orang.

Yah, salahmu karena menarik hingga akhirnya pria-pria bernafsu kepadamu. Coba saja jika kau berpakaian sopan bahkan menutup wajahmu, mungkin mereka tidak akan peduli. Sudah menjadi insting mereka untuk menyentuh dan memiliki perempuan cantik. Kurasa sudah cukup jelas bahwa hukum di sini yang paling benar; perempuan yang salah karena tidak menjaga penampilan mereka hingga para lelaki terpancing mendekat.

Sinting kan? Huh?

Ellenoir bernapas kasar dengan lutut yang ambruk. Dia mengerang ketika cambukan itu mengenai punggungnya dan terus menerus dihujam kepadanya. "Hen ... tikan."

rosé (2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang