the wedding

259 22 2
                                    

the wedding

*

*

Kolam pemandian raja sudah dipersiapkan. Darke tersenyum puas, berjalan setelah menjatuhkan pedang beratnya dan masuk dibantu para dayang yang membungkuk dalam. Ada selusin sabun buatan tangan yang harum, sedangkan air mandinya sendiri disuling langsung dari mata air terjernih di Vacroz. Darke melepaskan seluruh pakaian dan masuk ke dalam kolam yang airnya terasa agak hangat. Ia bersandar di tepian kolam yang dingin dan memejamkan matanya.

Vacroz menang. Itu artinya, Vacroz akan semakin berjaya dan perluasan wilayah menambah kekuasaan Darke akan negeri-negeri lain. Darke mengusap wajahnya, mengelap keringan dan bau anyir yang tadi menempel di kulit. Satu langkah lagi; ia akan mendapatkan Lavirna kembali.

Dayang menyiapkan handuk yang terlipat rapi di dekat kolam, lalu membungkuk pamit karena Darke suka keheningan dan hanya dirinya yang bersantai di dalam kolam.

Pria itu mencuci wajahnya, menggosokkan sabun harum dan menyabuni tubuhnya seraya memikirkan bagaimana ia akan mengatur janji dengan pendeta serta menterinya, disusul rapat penting bersama perwakilan Perserikatan untuk membahas peresmian pembagian wilayah yang sudah disepakati bersama.

Darke sangat bersemangat, ototnya menggeliat nyaman seraya senyum tidak pupus dari bibir.

*

*

"Kami akan mengurus mereka, Nyonya."

Lavirna merasa berat hati sewaktu Mav, Iz, dan Jeannete dibawa para dayang di kerajaan Vacroz. Mereka baru tiba setengah jam lalu, bermodalkan kereta kuda yang dipesan Darke secara khusus untuk mengawal mereka kemari. Kemudian Lavirna diminta untuk duduk bersama anak-anaknya yang bingung. Jeannete tidak paham bagaimana ibunya harus pergi atau bagaimana ayahnya tidak bernapas lagi, sedangkan si kembar sama sekali tidak paham atau tahu di mana mereka berada. Sejak kecil mereka hanya dibesarkan di Noblese tanpa tahu adanya kerajaan Vacroz, tanah kelahiran mereka.

Lavirna tercekat dan membiarkan dayang itu membawa anak-anak. Ia diminta berganti pakaian karena gaunnya lusuh dan tidak sedap dipandang. Dayang menawarkan mandi, namun Lavirna tidak tergerak sama sekali. Akhirnya, dibujuk sedemikian rupa, ia pun menurut; mandi, berpakaian, dan didandani. Lavirna ingat bagaimana Emre dilarang untuk dikebumikan, Walter dan Nenek langsung dibawa pergi kemari pula tapi di kereta terpisah. Lavirna mendengar itu perintah Darke. Noblese sudah hancur, para rakyat langsung ditarik prajurit untuk keluar dan mengabdi pada kerajaan Vacroz. Mereka sekarang bukan lagi rakyat Noblese, melainkan bagian dari Vacroz namun statusnya setara dengan buruh tanpa bayaran. Lavirna tidak dapat menangis lagi, sadar-tidak sadar matanya kosong dan pikirannya seperti lapangan tanpa ujung.

"Nyonya, Yang Mulia Raja Darke akan menemui Anda," umum satu dayang dan membungkuk pamit. Lavirna berdiri, masih merasa resah dan bingung.

"Selamat datang kembali di Kerajaan Vacroz," sambut Darke ketika melewati pintu. Ia meminta semua orang keluar dan menutup rapat pintu ruangan, sementara ia berjalan gagah mendekati Lavirna yang menatapnya hampa. "Kau sudah sepatutnya di sini."

"Apa yang kau mau?"

"Aku akan membiarkan anak-anak tetap di sini, tanpa terkecuali. Artinya anak kau dan si bedebah itu akan tetap di sini. Baik, kan?"

"Apa yang kau mau?"

"Dan soal adik suamimu serta neneknya yang tua, baiklah, mereka juga boleh tinggal asal tidak berniat melakukan kudeta padaku, atau apalah," katanya ringan. Darke mendekat seraya meraih dagu Lavirna. "Tentu, semuanya tidak gratis."

Lavirna mendesis, berusaha melepaskan tangan Darke darinya. "Apa yang kau mau..." Giginya menggertak kasar. Lavirna menyingkirkan tangan Darke, memancing senyuman pria itu. Masih semanis dulu. Di matanya, perlawanan Lavirna tidak ada apa-apanya, ibaratnya Darke sudah di atas angin sekarang. Noblese akan membuat ia makin maju dan bertindak semaunya. Ia merasa menang, terlebih Lavirna di sini.

"Pernikahan."

Mata Lavirna berkilat kesal. "Apa maksudmu..." Suaranya terputus, dan keduanya tahu apa arti perkataan Darke barusan. Lavirna mencebik kasar seraya memalingkan wajahnya. "Kau sudah menikah, kau hilang akal?!"

"Aku sudah mengajukan permintaan cerai atas istriku, Charice. Aku yakin dia sepakat, mengingat besar harta yang aku berikan nanti," katanya enteng. "Aku bersumpah, aku akan tetap menikahimu. Jika bisa, besok."

Lavirna terhenyak singkat. Ini pasti mimpi. "Kau pikir aku akan menerima..."

Darke merengkuh wajah Lavirna. Dari dekat, fitur wajah pria itu makin tegas; hidung yang tinggi kokoh, bibir berlekuk tipis, wajah yang sombong serta tatapan mata yang tajam nan dalam. Darke mewarisi gen terbaik keluarga Vacroz, sialnya, Lavirna tidak pernah menyukai itu. Darke menyeringai kecil. "Atas alasan apa kau dapat menolak? Kau tidak di pihak yang bisa menolak, Nyonya. Kau akan menikahiku."

Lavirna mengeyahkan tangan Darke, pria itu terkekeh.

"Dengar, kau akan kembali menjadi Ratu, kau akan dapat tempat di istana. Anak-anakmu, anak kita, semuanya akan hidup makmur. Kau akan melupakan si bedebah itu, aku akan menyayangimu. Kita mulai semua dari awal; kau dan aku. Aku berjanji..." Darke mengusap wajah Lavirna hati-hati. "Aku akan memperlakukanmu dengan baik."

Omong kosong.

Darke menatap turun perut Lavirna, wajahnya berubah tegas. "Kau dapat melahirkan anak itu. Jika dia laki-laki, aku akan memasukkannya ke kamp khusus, jika dia perempuan, aku akan menyerahkannya pada pihak biara di ujung Vacroz. Kau tidak boleh menentukan apa-apa," katanya tegas. Lavirna makin terlihat marah, yang justru diabaikan begitu mudah oleh Darke. "Ini kisah dongeng, Sayang. Kau dapatkan raja, kau akan bahagia."

Lavirna tidak pernah sebenci ini, sampai rasanya menembus tulang-tulang dan ulu hatinya. Ia tidak pernah ingin mencekik seseorang sampai sehebat ini. Ia bisa saja langsung melakukannya, andai Darke tidak punya pengaruh atau bahkan banyak prajurit di luar pintu mereka. Jadi, dia hanya terdiam dan mundur sedikit.

"Untuk apa kau menikahiku? Membuktikan bahwa kau bisa mendapatkan apa pun? Bahwa kau menang atas segalanya? Kau menyedihkan," sindirnya sinis.

Darke hanya tersenyum.

"Aku tidak pernah mengerti denganmu, atau obsesimu. Aku pikir kau akan berubah, tapi sampai detik ini, aku hanya melihat bajingan busuk yang sama seperti beberapa tahun lalu. Apa artinya pernikahan untukmu? Untuk mengendalikanku? Kau mau aku menciumk kakimu? Kau mau aku terus menderita?"

"Aku mencintaimu."

Lavirna melotot lebar. "Tahu apa kau soal cinta."

"Aku tahu, dan aku akan tetap menikahimu, Lavirna."

[]

rosé (2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang