rosé | 25

978 104 16
                                    

rosé | chapter dua puluh lima

*

*

*

Pangeran Darke memasuki satu toko pakaian. Ia melangkah tegap sembari diikuti barisan pengawal. Sebuah pedang masih tersampir di ikat pinggang sedangkan wajahnya mengeras. Setelah mendapatkan laporan mengenai Lavirna tengah berbelanja di pusat kota, mencari gaun sampai mendatangi toko pakaian yang sudah jadi langganan keluarga istana, Darke langsung memimpin pasukan untuk mampir sejenak apalagi ini sudah memasuki jam makan siang. "Aku akan menemuinya. Kalian berjaga di sini saja," titah sang pangeran kemudian di menyikap tirai putih di hadapannya.

Lavirna tengah berdiri, menjajal satu gaun biru muda yang nampak cocok di kulit pucatnya. Dia menekuni satu gadis dengan bibir tertekuk di hadapan cermin. Itu adalah dirinya yang sekarang nampak anggun. Namun, Lavirna memekik karena satu pasang mata yang terpantul di cermin yang sama.

Pangeram?

Lavirna membalikkan badan, Charlotte dan para pelayan pun langsung membungkuk dalam. "Yang Mulia? Apa yang kau lakukan.."

Pangeran mengerakkan kepalanya, memberi isyarat sehingga ruangan itu hanya ada mereka berdua. Perubahan atmosfer itu berpengaruh kepada tarikan napas Lavirna yang berubah tegang. "Apa yang kau lakukan?"

"Aku .. ada pemberitahuan mengenai pesta di Kerajaan Barat. Apakah Anda mengetahuinya, Yang Mulia?"

"Pesta katamu?" Pangeran Darke mengeryit. "Aku tidak pernah dengar."

"Tapi, aku diberitahu waktu ada di pasar.."

"Siapa yang memberitahumu?"

"Pangeran Silas?"

Darke tergelak. "Serius? Sangat tidak sopan. Dengar, kau bagian kerajaan sekarang dan jika dia berniat untuk mengundangmu ke pesta atau apapun, dia berhak datang ke istana dan berhadapan setidaknya denganku. Apa katanya? Pesta? Cih, bahkan untuk pesta sekalipun tidak boleh sembarangan begitu."

Oh. Lavirna nampak terhenyak. Ini jadi tamparan di wajahnya, bagaimana sangat awamnya dia di tengah kerajaan.

"Kau mungkin selirku, tapi kau juga bagian penting di kerajaan sekarang. Apakah kau lupa apa yang kau ikrarkan saat penobatanmu sebagai selir? Kau adalah bagian kerajaan dan akan patuh akan perintah kerajaan. Ini salah satunya, Lavirna."

"Maafkan aku," gumamnya pelan. Lavirna menundukkan wajahnya, tapi dengan cepat, Pangeran Darke meraih dagunya dan mendongakkan wajahnya hingga mereka bertemu tatap.

"Dan jangan menundukkan pandanganmu seperti ini. Kau bukan budak atau apapun. Kau sah di mata kerejaan, kau pasanganku."

"Ok—oke."

"Nah," Darke melihat sekeliling, mendapati ada barisan banyak gaun yang berwarna elok. Dia menyandari betapa cocoknya Lavirna bersanding dengan banyak keindahan. Cantik. "Daripada pergi ke sana, sore ini kau harus ikut denganku ke festival perbatasan Vacroz. Akan ada pesta kembang api di sana, dan aku ingin mengajakmu."

Lavirna mengerjap. "Aku? Mengapa?" tanyanya pelan.

"Karena aku ingin."

"Bagaimana dengan Putri Cassia?"

"Serius? Kau ingin membahasnya?" Darke memasang ekspresi muram. "Dengar, Putri Cassia tidak ada urusannya dengan semua ini. Dia ada di istana, dan dia akan tetap di sana. Aku ingin mengajakmu, jadi pilih gaun terbaik serta .." Darke berbisik rendah. "Bukan aku takjub akan dirimu."

rosé (2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang