rosé | 61

323 30 11
                                    

rosé | chapter enam puluh satu

.

.

Darke menyikap tudung hitam tersebut. Sontak saja napasnya tertahan sedangkan bibirnya berkendut naik. "Lucia?" Prajuritnya diminta mundur dan Darke makin mengamati perempuan itu. Meski Lucia terlihat lebih kurus dari yang ia ingat, Darke masih hafal garis wajah Lucia. Bahkan sepasang matanya yang terus menyihir itu. "Kau masih hidup."

Lucia tak bersuara. Di belakangnya, Lavirna meremas tangannya resah. Apa yang akan Darke lakukan? Apakah Lucia akan buka suara? Apakah Lucia akan bersaksi soal kecelakaan beberapa waktu lalu yang sampai membuatnya seharusnya tewas? Lavirna terus berdebar-debar. Jika namanya disebutkan, Lavirna harus memutar otak supaya Darke tak tambah curiga padanya.

Darke tak dapat mengucapkan apa pun lagi. Kemunculan Lucia di hari ini bagaikan ilusi. Sekarang Lucia di hadapannya, tampak sehat dan terlihat segar. Darke tak dapat membendung rasa leganya. "Aku yakin kau takkan pernah pergi meninggalkanku."

Sebelum Lavirna mencegah, Darke telah mendekap tubuh Lucia di depan matanya. Tepat di mana dia memandang mereka berdua! Lavirna merasa gejolak cemburu memenuhi dirinya, namun dia tak bersuara. Darke menarik wajahnya dan menangkup wajah Lucia. "Aku lega sekali."

Lucia hanya tersenyum tipis, kemudian dia memandangi ikatan di pergelangan tangannya. Darke langsung paham dan cepat menebas tali itu hingga Lucia terbebas. "Maaf, aku sangat takut kau kabur tadi," jelas Darke dengan suara lebih lembut.

Lavirna makin geram. Tak pernah Darke bersikap semanis itu pada siapa pun selain dirinya, dan tak seharusnya begitu pada Lucia! Astaga, ini Lucia betulan atau seseorang yang berpura-pura?

"Yang Mulia, sepertinya ada kekeliruan. Mungkin dia hanya mirip."

Keduanya menoleh ke arah Lavirna. Wanita itu jelas takkan tinggal diam jika Lucia kembali tinggal di istana dan Lavirna jelas akan mencari cara efisien agar Lucia benar-benar pergi tanpa jejak. Tak seperti ini. Lucia bukan tandingannya dan tak seharusnya terus menjadi penghalang di tengah rumah tangganya dengan sang raja.

"Lavirna, tenanglah. Lucia baru kembali."

"Aku memang Lucia, Yang Mulia. Bukan orang lain," sahut Lucia dan menampilkan senyum separuh. Lavirna langsung melebarkan matanya, makin geram. Lucia tersenyum dan beralih menyentuh wajah Darke tanpa ragu. Lavirna hendak memekik, mencegahnya namun Lucia malah mendekap tubuh Darke lagi. Terlihat nyaman.

*

*

Sir Ale memiringkan wajah. Elle nampak setegang dirinya namun wajahnya tak dapat menyembunyikan rasa puas. "Hanya butuh beberapa keping emas."

"Ya. Pada dasarnya mereka tetap keluarga miskin, apalagi suami Lucia bukan orang dengan pekerjaan yang dapat menghasilkan banyak uang."

Sir Ale tersenyum. "Aku sangat puas. Ini akan menarik."

"Hei, tetap kabari aku. Aku akan waspada di dekat sini." Festival masih berlangsung namun keduanya lebih seru menyaksikan sewaktu prajurit menarik paksa Lucia yang sengaja sudah memisahkan diri dari suaminya, Svaz. Atau rencana mereka akan berantakan. Lucia menyepakati sandiwara ini, lebih karena dia pun penasaran akan ingatan yang samr di kepalanya. Elle punya kemampuan untuk membujuk orang yang menakjubkan.

"Tahu, tidak? Aku bertaruh ratu sangat marah sekarang. Dan terkejut."

"Dan akan mual."

"Dia benci disingkirkan."

rosé (2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang