rosé | 23

1K 106 17
                                    

rosé | chapter dua puluh tiga

*

*

*

Berkat Charlotte, Lavirna mendapatkan alamat lengkap tabib tersebut. Sebelumnya, Lavirna memang pernah mendengar cerita ibunya bagaimana tabib di desa mereka terkenal dapat menyuburkan kandungan, bahkan karena beliau pula ibu mendapatkan Lavirna di usianya yang tidak lagi muda dan sanggup mengandung kembali setelah melahirkan kakak-kakak Lavirna. Jadi, inilah keputusan yang ia buat—menemui tabib tersohor itu seraya meminta bantuan sesaat ia merasa ramuan tabib istana tidak begitu cocok dengan fisiknya.

Berkat Charlotte pula akhirnya jadwal berbelanja ke pasar bergeser menjadi kunjungan menuju rumah tabib itu. Sejak perjalanan dari istana kecil, melewati banyak jalanan berbatu hingga sampai di sekitar jalan setapak desanya, Lavirna merasa dirinya ingin segera turun bahkan mampir ke rumah orang tuanya. Tetapi, ia cepat sadar bahwa itu bukan tindakan yang bijak. Harus ada jadwal khusus untuk menemui mereka apalagi Lavirna punya kunjungan penting sekarang.

Lavirna duduk dengan gugup dengan kereta kuda terus melaju. Karena merasa agak gelisah tadi, jadi Lavirna memutuskan untuk menutup tirai kereta kuda, tidak menyenangkan juga saat ada banyak pasangan mata yang tertarik untuk apa anggota kerajaan muncul di desa kumuh mereka. Kereta kuda terus bergerak, menimbulkan bunyi khas sewaktu roda-roda kayu itu menggilas bebatuan yang kasar. Lavirna meremas tangannya sedangkan Charlotte mulai memandangnya dan tersenyum. "Aoakah Anda gugup, Yang Mulia?"

"Aku .. ini pertama kalinya aku kembali setelah pengangkatanku sebagai selir . Dan agak aneh sewaktu aku sekarang datang dengan kereta kuda mewah, bersama denganmu, kusir istana dan juga ini." Lavirna tidak dapat menahan dirinya jadi dia menyentuh pita hitam yang sudah tersemat bagaikan kulit kedua di lehernya, tidak lepas setiap kali dia keluar istana. "Ini agak asing."

"Anda akan terbiasa."

Lavirna mengangguk singkat. "Terima kasih karena sudah mengatur semua ini. Kau tahu, kau sangat membantuku."

Charlotte tersenyum. "Ini sudah menjadi tugas saya, Yang Mulia." Lavirna tidak cukup mengatakan bahwa dia nyaman bersama Charlotte. Sekarang hubungan mereka sudah lebih akrab daripada seorang teman, bahkan lebih mirip saudara kandung karena saking seringnya Lavirna mengandalkan Charlotte. Lavirna pikir, dia merasa aman jika bersama Charlotte. Sosok itu menawarkan banyak keramahan dan juga uluran tangan kapanpun untuknya.

.

.

Hampir tiga jam berlalu, Elle bisa katakan tubuhnya kering karena terjemur di bawah teriknya matahari desa Vacroz tersebut. Elle mengerang gusar. "Sampai kapan, Yang Mulia? Tidak ada tanda-tanda kedatangannya, apakah Anda tidak salah?"

Pangeran Silas mengerang samar seraya menggaruk tengkunya. "Seharusnya hari ini. Aku yakin sekali."

Elle pun mendaratkan bokongnya di atas karung jerami tebal. Selama ini dia tidak pernah tahu keahliannya justru terpakai untuk memata-matai Lavirna seperti ini. Elle hampir bingung bukan main sewaktu pasukan Pangeran Silas mengiranya laki-laki karena rambutnya yang dimasukkan ke dalam baret hitam tersebut. Tidak hanya itu, Elle bahkan sempat dituduh sebagai pasukan gelap dari Pangeran Silas yang selama ini disembunyikan dan akan diperintah sewaktu Pangeran Silas.

Sungguh nasib yang aneh.

Elle ingin membungkam mulut mereka dengan meneriakkan; Yah, aku pasukan gelap! Yah, hidupku sangat tidak terduga bahkan sekarang aku harus membantu pangeran mendapatkan perempuan idamannya. Apakah aku senang? Setidaknya ini pilihan yang aku dapatkan agar aku tidak mati di tangannya. Elle mendengus kasar. "Apakah kita akan tetap menunggu? Bahkan sampai malam?"

rosé (2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang