rosé | 32

875 100 14
                                    

rosé | chapter tiga puluh dua

*

*

*

4 tahun sebelumnya...

Darke tidak menyangka bahwa penjara bawah tanahnya akan terisi dengan cepat. Apalagi bukan oleh sembarangan orang melainkan satu calon penerus penting Kerajaan Barat. Dia agak puas betapa Silas tidak berkutik, begitu pun Elle yang sudah melayangkan tatapan membunuh kepadanya. Mereka sudah diikat kemudian ditempatkan di satu sel kumuh dan gelap tersebut. Meskipun begitu, keberadaan mereka tetap saja mencolok; berbeda dari tawanan yang biasa Darke tangkap dan kurung di sini. Satu sel di sini pun pernah ditempati Lavirna, kerap membawa sedikit kenangan akan perempuan tersebut.

Karena Lavirna pula, Pangeran Silas harus rela berada di balik jeruji besi dingin tersebut. Silas mengetatkan rahangnya, matanya sudah memerah. "Setidaknya, kau harus tahu, pihak istanaku tidak akan tinggal diam atas penghinaan ini, Darke."

"Oh ya? Bagaimana dengan penghinaanmu atas diriku? Dengar, selir itu adalah milikku dan kau seenaknya menculiknya demi kepuasanmu sendiri, brengsek."

"Dia tukang penggoda!"

Darke tergelak, tertawa dengan tajam. "Oh ya? Dan kau juga menikmati godaannya kan? Katakan kepadaku, sejak kapan kau menaruh perhatian kepada Lavirna? Apakah saat dia datang kemari? Apakah jauh sebelum itu? Mengapa .." Ia terkekeh. "Mengapa hanya diam saja dan tidak mengambil langkah? Dasar bodoh."

"Aku .. itu bukan urusanmu," tukasnya seraya memalingkan wajah.

"Dan sosok ini," Darke mendekat ke bagian jeruji tersebut, menatap dalam sosok Elle yang masih mengertakan gigi kepadanya. "mengapa bisa bedebah ini ada bersamamu? Kau memungutnya? Hah, aku menyesal tidak langsung membunuhmu, El."

"Persetan! Lepaskan kami sekarang juga!"

"Sssh, kau masih sekasar dahulu." Darke tetap saja dibuat tercengang. Bagaimana bisa Ellenoir bergabung dengan Silas bahkan merencanakan dan melakukan penculikan terhadap Lavirna. Dia pikir, Elle sudah sekarat dan tidak akan cari mati lagi. Sekarang dia melemparkan diri bagaikan umpan empuk ke depan mata Darke yang siap mencengkram Elle tanpa ampun. Langkah gegabah. "Kau tidak takut mati kan, huh? Apakah menyakitkan diusir dari pasukanmu setelah banyak upaya untuk masuk dan diakui di sana, Wolfy?"

"Diam kau!"

"Apakah kau lupa apa yang terjadi kepada Baron setelah kau sempat membawa Lavirna naik kapal bersamamu? Kau tidak pernah kapok ya?"

"Kau—"

Darke menghela napas dan berjalan mundur. "Kalian tetap orang-orang payah. Dengarkan aku, kalian tidak akan menemui Lavirna lagi setelah ini, terpenting, jangan pernah mencari gara-gara kepadaku lagi."

"Kau akan membebaskan kami kan? Lihat, kaki Yang Mulia terluka parah karena ulahmu! Setidaknya, bawa tabib kemari untuk .." Elle menatap prihatin luka menganga tersebut. "dia bisa saja terkena infeksi parah."

"Itu bukan urusanku. Besok pagi, aku akan memutuskan apakah sebaiknya aku memenggal, memotong, atau bahkan mencabik kalian."

Silas menggeram keras. "Kau tidak bisa seenaknya! Bagaimana pun, aku tetap bagian keluarga kerajaan dan ini menyalahi aturan! Ada pengadilan tinggi yang mengurus semua ini dan kau tidak bisa menjatuhkan hukuman seperti itu saja!"

"Oh ya? Mengapa aku pikir aku bisa?"

"Sialan kau!" pekiknya. "Ibuku tidak akan pernah memaafkan tindakanmu ini." Darke melirik dan tersenyum, seakan mengejek. "Kau dengar itu? Kerajaan Barat akan murka dan menghancurkan seluruh tempat ini dan rakyatmu!"

rosé (2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang