rosé | chapter tujuh puluh sembilan
*
*
Sepuluh tahun kemudian...
Elora Bluebell membasuh wajah, serta membawa tumpukan pakaian kotor ke dekat sungai. Ia bangun sejak pagi buta, membersihkan kandang domba dan setelah mencuci bersih pakaian keluarganya, ia harus mengambil rumput serta menggembala domba-domba ke padang rumput dekat sini.
Tinggal di pelosok Vacroz membuat Elora perlu beradaptasi. Terlebih, ia bukan dari keluarga berada. Ayah hanya buruh tani di kebun gandum, sedangkan ibunya pemetik kopi. Kakak-kakaknya pergi merantau dan pulang hanya beberapa tahun sekali. Elora tinggal dengan kedua orang tuanya, kakek yang sudah jompo serta dua kakaknya yang sekarang menjadi buruh peternakan sapi. Mereka bekerja bergotong royong agar dapat makan tiap hari.
Elora merasa pinggangnya sakit, kemudian cepat-cepat membersihkan sisa cucian. Rambut cokelatnya tergelung berantakan, sedangkan wajahnya yang kecil terlihat lelah. Elora cantik untuk ukuran gadis desa, dan karenanya, ayah melarang dia pergi merantau karena khawatir akan ada mata-mata jelalatan yang lapar akan gadis cantik. Apalagi, pihak istana pun lebih suka membawa para gadis cantik untuk jadi pemeriah pesta kerajaan.
Minggu depan kabarnya Pangeran Vacroz akan merayakan ulang tahun yang ke-18 dan semua gadis cantik akan ada di sana. Pangeran Averuz, namanya. Elora membayangkan dia sosok tinggi gagah dengan wajah yang rupawan. Namun, Elora tidak pernah bermimpi akan bisa pergi dari desa ini. Ia pun cemas kedua orang tuanya akan tetap melarangnya. Dan wajah ini, akan menyusahkannya.
"Tiap yang cantik, akan menderita." Nenek pernah berpesan sewaktu belum meninggal. Elora kecil memang punya wajah yang menarik perhatian. Matanya biru gelap yang membuat siapa pun ingat lautan indah, dan wajahnya berbentuk hati. Ia diberkasih alis dan rambut tebal alami serta pipi yang merona, serta kulit putih bersih. Di usianya yang menginjak tujuh belas ini, Elora bertubuh lebih tinggi dari teman sebayangnya dengan postur sempurna. Ia bisa mendapatkan pekerjaan bagus di istana, tapi tidak dengan wajah seperti ini.
Raja sudah menyiarkan kabar untuk mencari permaisuri barunya, padahal pernikahannya dengan Ratu Charice baru berjalan empat tahun terakhir. Mereka diberkahi satu anak bernama Raven, yang tumbuh menjadi berandalan namun akan meneruskan tahta bersama dengan Ave.
Raja Darke masih terlihat gagah dan tampan untuk ukuran pria yang sudah berumur. Seperti anggur, ketampananya bertambah dari waktu ke waktu. Ia jelas masih sangat aktif berburu, ikut dalam barisan pasukan Vacroz untuk menemani Ave berlatih serta disiapkan jadi jenderal utama.
Elora bangkit, kemudian menjemur pakaian yang sudah dicuci bersih. Ia memerasnya sekuat tenaga, menyeka keringat dan membuang sisa air dalam ember. Setelahnya, Elora mulai mencari rumput liar. Ia membawa wadah kayu besar untuk menampungnya, sedangkan matahari makin tinggi. Elora bergegas agar domba-dombanya tidak kelaparan, dan ia bisa pulang untuk isirahat makan siang.
Setibanya di kandang itu, domba-domba sudah menyambutnya. Elora mengeluarkan mereka dari kandang, kemudian menggendong anak-anak domba yang masih menyusui. Elora suka bagaimana domba itu bermain bersamanya, sedangkan ia memantau mereka sesekali. Sejak kecil, ayah mengajarinya bagaimana mengawasi serta membimbing domba agar tidak jauh-jauh darinya. Rumput tadi untuk makan sore mereka, jadi ia membiarkan bagaimana domba meraup rumput-rumput yang masih segar dari tanah, kemudian ia bisa duduk sembari menimbang bayi domba yang bertubuh kecil.
Elora tersenyum. Angin membelai wajah cantiknya, sedangkan ia menunduk untuk memandangi domba itu. Pasti indah kan tinggal di istana besar? Punya gaun bagus serta dihormati para pelayan? Elora percaya, semua tidak seburuk yang diceritakan keluarganya. Pasti masih ada istana yang menyambut dan memperlakukan perempuan seperti ratu, kan?
*
*
Pasar padat dengan pembeli yang hendak melakukan transaksi. Susu, gandum, tepung dan banyak bahan lain menjadi incaran mereka. Pasar di siang ini lebih ramai karena anak-anak gelandangan yang juga berlarian dengan riang, dan orang tua mereka sibuk mengemis di sana sini. Ave menyambangi pasar desa itu karena ada kabar bahwa ada gerombolan bandit nakal yang katanya anti istana. Ave malas mengurusinya, tapi ayah sudah bertitah. Ave tidak punya pilihan. Dengan beberapa orang ajudannya, ia pergi menunggangi kuda. Ave tumbuh menjadi pemuda tampan dan karismatik. Wajahnya khas anggota kerajaan dengan rahang kokoh, mata menyorot dalam namun bibirnya cantik, mirip perempuan yang Ave tidak mau sebut namanya sejak peristiwa itu. Ave tidak berniat untuk mengungkitnya lagi.
"Periksa di bagian sana, aku akan menelusuri jalanan utama," katanya dan ajudannya mengangguk patuh kemudian mengarahkan kuda mereka ke arah yang ditunjuk Ave.
"Aduh!"
Ave mengeryit dalam sewaktu satu gadis menumpahkan wadah susu hingga mengenai kaki kudanya. "Astaga, ceroboh sekali, sih."
"Ma... maaf, Yang Mulia. Maafkan aku."
"Serena, kau baik-baik saja?" Gadis bertudung hitam itu muncul entah dari mana dan mendekati si gadis ceroboh tadi. Ia mendongak sedikit dan membungkuk. "Maafkan sahabat saya. Kami berpisah karena saya ada urusan tapi susu itu milik saya. Maafkan, Yang Mulia." Suara Elora terputus ketika Ave turun dari kudanya, dan mendekat padanya. Wajahnya sangat dingin, dan bibirnya membentuk garis tipis serius.
Elora tercekat sewaktu Serena menggenggam tangannya sangat erat.
"Kita harus pergi."
"Ya."
"Yang Mulia, saya permisi."
Ave memekik. "Tunggu." Ia dengan mudah menyikap tudung Elora, hingga rambut cokelat gelap Elora terjatuh di bahu gadis itu. Ave membidik wajah cantik itu dengan rasa berminat yang mendadak muncul. Wajah ini. Pasar tidak mengusiknya, dan Ave hanya memperhatikan Elora yang menahan napas dan balas menatapnya takut. Mata birunya seperti enggan menatap Ave lama-lama, namun Ave bergeming. "Cantik."
Ave enggan menyebut kata tersebut sembarangan. Cantik berarti ibu. Cantik berarti membuka lama. Cantik itu berarti banyak hal. Ave tersihir begitu saja. "Wanita cantik itu seperti perhiasan dan aku suka melihatnya. Apakah itu salah, Nak?" Suara ayah muncul di kepala Ave. Ave mengusap pipi Elora, dan membuka bibirnya perlahan. "Gadis cantik, apa yang kau lakukan di tempat sekumuh ini?"
"Saya... saya." Elora tidak bisa menemukan kata-kata.
"Aku tidak bisa membiarkanmu pergi."
Elora menggeleng. "Maaf, saya harus pergi." Ave cepat menangkap pergelangan tangan Elora, membuat Serena ikut berjengit. "Yang Mulia, saya mohon, lepaskan saya."
"Datang ke istana bersamaku. Ini perintah."
"Tidak."
"Kau akan jadi pendampingku di pesta."
Elora melebarkan mata. "Maaf? Pesta?" Ia enggan untuk berpikir, kemudian Ave sudah menarik tangannya hingga ke dekat kudanya. Elora memandang Serena dengan wajah cemas, sedangkan Serena berusaha menahan Elora. Mereka mengabaikan genangan susu yang ada di dekat kaki mereka, kemudian Ave membantu Elora untuk langsung naik ke pelananya. Ave tidak berbicara, dan itu yang membuatnya jauh lebih seram dari seharusnya. Elora memekik waktu Ave bergabung dan duduk dekat di belakangnya. Napas Ave langsung menyerbu tengkuk Elora.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
rosé (2018)
RomanceDi masa ini, wajah cantik adalah bencana. Kau akan disekap oleh pihak kerajaan untuk menjadi penghibur para ksatria yang baru pulang dari medan perang atau kau akan menjadi selir raja. Lavirna Rose lahir sebagai gadis miskin. Dia hanya ingin bekerja...