rosé | chapter lima puluh tujuh
.
.
Ibu Lavirna senang menyisiri rambut putrinya. Selepas keramas, dia akan menyuruh Lavirna duduk dengan ibu duduk di belakangnya, kemudian meraih sisir tua itu dari laci. Otot-otot kepala Lavirna lebih rileks tiap kali tarikan sisir itu terasa, kemudian dia akan terkantuk-kantuk karena saking nyamannya. Lavirna pernah sampai tertidur, dan ibu tertawa pelan.
"Senang?"
"Ya," jawab Lavirna, kemudian mengucek matanya. Hidup di gubuk tua mereka seperti terisolasi, namun sangat nyaman. Yah, senyaman sisir tadi. Lavirna tidak pernah tahu bagaimana duniar luar, jadi dia tidak tahu apa saja yang dilewatkan. Apalagi di rumah ada ibu, kakak, bahkan nenek, jadi Lavirna merasa sudah lengkap. Tidak pernah terlintas di benak gadis itu betapa warna-warninya dunia, bagaimana udara sejuk, atau bagaimana ada banyak orang dengan cara bicara, logat, dan suara bermacam-macam.
Duduk di kursi besar ratu, Lavirna merasa baru membuka mata—lahir kembali sebagai dirinya yang berbeda. Dahulu, dia sangat lugu nan polos. Dahulu, dia hanya tahu bahwa di meja makan ada makanan dan lauk, dia akan senang. Sekarang, berbeda.
Cukup terlihat jelas perbedaannya.
Lavirna memekik kaget sewaktu Darke menyentuh lengannya secara mendadak. "Ma—maafkan aku."
"Kau sakit? Mengapa dari tadi kau terus cemas?" tanya pria itu. Kepalanya miring, bibir tertekuk serius. Lavirna terlihat lebih pucat, dan jelas ada sesuatu yang menganggu wanita itu. Darke yakin.
"Bu—bukan apa-apa. Aku mau kau kerahkan banyak pasukan di sekitar Vacroz ini. Ada penyusup."
"Oh ya? Penyusup bagaimana?"
Lavirna meneguk ludahnya dalam. "Pokoknya, penyusup. Laporkan langsung kepadaku jika ada yang mencurigakan. Jika bukan penduduk Vacroz, sebaiknya kita adili di istana," katanya tegas. Rupert langsung mengangguk patuh, lalu bergegas berangkat. Di waktu itu juga, mereka langsung keluar dari istana secara serempak hingga mungkin akan membuat penduduk kaget karena prajurit istana mau mendatangi desa-desa mereka tanpa ada pemberitahuan.
Darke menyentuh lengan Lavirna lagi. "Apakah ada hubungannya dengan kiriman asing ke istana?" tanyanya lebih pelan.
Lavirna tertegun lagi. Dia tahu?! Darke sudah melihatnya?! Lavirna mulai berdeham. "Mungkin. Aku akan selidiki juga, tidak seharusnya banyak kiriman aneh ke istana." Aneh yang sampai membuat Lavirna sulit fokus dan terus waswas. Aneh karena dia merasa dihimpit rasa jengah dalam, karena tahu, di sekitar Vacroz ini ada Lucia yang berkeliaran dan mungkin akan bertemu denganya.
Bertemu dengannya cukup bagus, dia bisa langsung mengeyahkan gadis itu. Tapi bagaimana kalau orang yang ditemuinya adalah Darke? Celaka. Lavirna tidak mau membayangkan reaksi suaminya jika tahu Lucia masih hidup, padahal kereta kudanya sudah remuk di dasar jurang.
Lavirna mencebik. Seharusnya aku bakar sekalian saja. Namun, percuma. Semua sudah terjadi, dan Lavirna harus fokus dalam pencarian Lucia. Kali ini, tidak akan pernah dia biarkan lolos lagi.
.
.
Darke menemui Raja Miguel di waktu menjelang malam hari. Dia baru tiba dan terlihat agak letih. Jamuan makan malam Raja Miguel terlihat mengundang, meski dia belum terlalu lapar. Seusai turun dari kuda jantannya, Darke langsung masuk ke istana besar tersebut. Darke terus takjub bagaimana mereka punya desain istana yang sangat megah dan anggun. Dia mungkin harus belajar banyak di sini, menyulai Vacroz agar lebih elok.
"Selamat datang, Yang Mulia," sapa Raja Miguel lantas mendekapnya. "Bagaimana urusan di Vacroz?" tanyanya setelah menarik diri lantas mendongak.
"Semuanya baik. Ratu agak letih, tapi dia sehat," jawab Darke tersenyum.
Raja Miguel mulai mempersilakannya duduk di satu kursi besar. Dia bahkan sengaja menuangkan anggur di gelas tinggi. "Nah, sepertinya Anda sangat lelah hari ini. Saya sudah menyuapkan santapan dan anggur terbaik," katanya bangga. Raja Miguel bahkan bertepuk tangan, hingga para chef istana mula menaruh makanan yang masih mengepul lezat di meja makan panjang itu. Raja Miguel memandang tamunya, cukup puas. "Bagaimana?"
"Kau yang terbaik, Yang Mulia." Rasa lapar mulai merambati kerongkongan Darke. Setelah Raja Miguel duduk di kursinya, maka jamuan makan dimulai. Sejujurnya, Darke begitu bersyukur karena dapat menjalin kerja sama dengan Miguel. Sejauh ini, semua lancar dan mulus. Dia akan mendapatkan pasukan yang handal, dan Miguel dapatkan bagiannya pula. Sejumlah dana sudah diberikan sebagai balas budi karena mengizinkan pasukan Darke berlatih di lapangan miliknya. Apalagi iklim di sini cukup mendukung dalam latihan fisik para prajurit yang diharapkan tangguh dan terus berlatih gigih itu.
"Aku dengar putramu ingin kemari lagi," ujar Raja Miguel. "Aku akan sediakan rumah sementara yang terbaik, bahkan seluruh istana ini bebas kalian tempati."
"Yah, dia agak rewel karena ingin ikut. Tapi dia masih terlalu kecil."
Raja Miguel mengangguk. "Kurasa dia akan mirip denganmu."
Darke mengulum senyum. "Seharusnya begitu. Sebagai putra mahkota, dia akan melanjurkan tahtaku dan aku jelas berharap lebih padanya." Meski masih kecil, sejauh ini, Ave terlihat tangguh dan sangat ambisius dalam banyak hal. Ave akan tumbuh sebagai pria yang punya karakter kuat dan pelindung. Ave adalah putra terbaiknya.
"Dia beruntung."
Darke mengangguk. Beruntung. Sebenarnya, Darke yang beruntung. Untung saja di hari itu dia berkunjung ke Aporthe. Jika tidak, mungkin sampai detik ini dia tidak akan pernah tahu bahwa Lavirna pernah punya anak darinya. Lavirna tidak akan pernah kembali ke Vacroz dan mereka tidak akan menyambut anak kedua mereka dengan suka cita. Darke terus berpikir Lavirna mungkin agak stres karena berada di isnana. Mungkin agak bosan karena jadwal belajar dengan Sir Ale. Mungkin mereka butuh liburan bersama lagi.
"Setelah ini, mari jalan-jalan ke satu tempat favoritku, Yang Mulia." Raja Miguel berucap lagi. "Di sana ada pesta menyenangkan. Gadis-gadis, minuman enak, dan musik yang merdu. Kau pasti suka."
Bukan rahasia lagi, Darke sudah terkenal akan titelnya "Gila Wanita" dan Raja Miguel akan dapatkan kontrak lagi bersama Vacroz jika dia berhasil membujuk Darke untuk menyerahkan sejumlah dana tambahan untuk negerinya. Yah, ini caranya.
Darke mengulum senyum dan mengangguk ringan. "Pesta selalu menyenangkan, Yang Mulia," jawabnya pelan. Di Vacroz, ada banyak pesta; pesta penyambutan, pesta istana dan sebagainya. Bahkan ada pesta yang mengundang kerajaan lain. Akhir-akhir ini, mereka belum mengadakan salah satunya karena Lavirna pikir, belum cukup waktu dan persiapan untuk menyiapkan pesta. Apalagi Lavirna ingin fokus akan kehamilannya dan tidak mau diusik. Jadi, Darke perlu bersabar.
Yah, pesta sebentar takkan menyakiti siapa pun. Apalagi Darke cukup tertekan, dan butuh sejenak hiburan. Mungkin dia akan duduk dan menyaksikan gadis-gadis cantik di sini menari. Mungkin dia akan duduk nyaman sembari bercengkerama bersama petinggi kebanggaan Raja Miguel. Pokoknya, dia mau bebas malam ini. Dan merasa nyaman.
"Kalau begitu, aku akan minta mereka siapkan kereta kudanya."
Darke mengangguk. "Tentu."
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
rosé (2018)
RomanceDi masa ini, wajah cantik adalah bencana. Kau akan disekap oleh pihak kerajaan untuk menjadi penghibur para ksatria yang baru pulang dari medan perang atau kau akan menjadi selir raja. Lavirna Rose lahir sebagai gadis miskin. Dia hanya ingin bekerja...